Monday, July 3, 2017

Anak Rantau


Rasa-rasanya Indonesia pun juga punya jadwal penting di tengah tahun. Sama seperti di negara maju seperti Amerika Serikat, bulan Juni-Juli dipenuhi dengan rilisnya judul baru dari para penulis yang namanya sudah dikenal. Tidak terkecuali nama Ahmad Fuadi yang sebelumnya melambung berkat trilogi Negeri 5 Menara.

Bulan Juli ini, Ahmad Fuadi menerbitkan sebuah novel baru. Tidak jauh-jauh dari tema yang sudah pernah digali, yakni mengenai menjadi seorang peratau. Berjudul Anak Rantau, novel yang satu ini diluncurkan pada pertengahan Juli. Namun beruntunglah mereka yang sudah mengikuti pre-order sebab, buku baru tersebut sudah bisa dinikmati sebelum lebaran kemarin.


Penulis: Ahmad Fuadi
Jumlah halaman: 370 halaman
Tahun terbit: 2017
Penerbit: Falcon Publishing
Harga: Rp 90.000
Rating Shiori-ko: 4/5
Sinopsis:

Hepi, perantau bujang yang menyalakan dendam di tepi danau.

Martiaz, ayah yang pecah kongsi dengan anaknya di simpang jalan.

Datuk, kakek yang ingin menebus dosa masa lalu di tengah surau.

Pandeka Luko, pahlawan gila yang mengobati luka lama di rumah usang.

Apakah "alam terkembang jadi guru" menjadi amanat hidupnya?

Mungkinkan maaf dan lupa menjadi penawar bagi segenap luka?

Ikuti petualangan Hepi bersama Attar penembak jitu dan Zen penyayang binatang, bertemu semua tokoh ini, bertualang mendatangi sarang jin, menghadapi lelaki bermata harimau, memburu biduk hantu, dan menyusup ke markas pembunuh. Semuanya demi melunasi sebuah dendam, sebuah rindu.

***

Siapa yang rindu dengan tulisan Ahmad Fuadi? Semua pembaca sebagian besar puas dengan akan bagaimana trilogi Negeri 5 Menara ditulis. Kekentalan budaya yang ditonjolkan dalam cerita tidak menghilangkan bagaimana manisnya sebuah kisah persahabatan.

Hal tersebut terulang lagi dalam novel Anak Rantau. Hepi, seorang anak yang harus pindah dari Jakarta ke kampung Tanjung Durian di tanah Minang. Berontak namun di satu sisi ada yang membuat ia merasa bahwa di kampung dirinya menjadi lebih berguna. Alasan mengapa Hepi pindah sudah cukup jelas di depan. Alur yang maju memudahkan pembaca untuk memahami sebab musabab akan suatu peristiwa yang dialami oleh para tokohnya.

Kekentalan dalam budaya sepanjang cerita tidak sekedar satu dua kali. Atau satu dua kosa kata saja. Ada banyak sekali kosa kata yang belum cukup dikenal oleh pembaca awam. Apalagi yang sama sekali tidak memahami bahasa Minang. Memang, ada terjemahan di dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, ada juga beberapa kosa kata yang merupakan bahasa Indonesia namun sebenarnya merupakan istilah dalam bahasa Minang. Memang terdapat glosarium di akhir buku, namun akan lebih membantu apabila terdapat catatan kaki.

Ahmad Fuadi mempunyai kekuatan untuk menuturkan kisah secara rapi dan runtut. Plotnya tersusun minim celah sehingga pembaca bisa mengikuti dengan nyaman. Tidak terburu-buru dan tidak juga dibuat mengantuk. Begitu pula dengan penokohannya yang masing-masing tokoh sentral memiliki latar belakang yang cukup kuat untuk dikembangkan.

Meskipun begitu, cerita dalam novel ini mudah ditebak. Apalagi yang sebelumnya sudah membaca trilogi Negeri 5 Menara. Pembaca akan menemukan pola yang berulang. Hanya saja, si tokoh merantau dari tanah Jawa menuju tanah Sumatera. 

Secara keseluruhan, Anak Rantau merupakan sebuah sajian pelipur rindu untuk para penggemar Ahmad Fuadi. Tidak lupa juga, melalui buku Anak Rantau, Ahmad Fuadi ingin melestarikan budaya Minang supaya tidak tergerus oleh moderinasasi. Sebuah buku yang cukup tebal untuk cerita dengan konflik utama hanya satu namun diberi konflik tambahan supaya terlihat kompleks. Tapi, tidak ada salahnya mencoba. Pemberian bintang 4 dari 5 ialah karena  buku ini layak untuk dinikmati di pertengahan tahun.

No comments:

Post a Comment