Sunday, October 18, 2015

Homeroom Diaries

Homeroom Diaries
Penulis: James Patterson
Jumlah halaman: 272 halaman
Tahun terbit: 2015
Penerbit: Arrow
Format: paperback
Harga: Rp. 108.000 di Periplus
Rating Shiori-ko: 3/5
Sinopsis:

Margaret 'Cuckoo' Clarke recently had a brief stay in a mental institution following an emotional breakdown, but she's turning over a new leaf with her 'Happiness Project'. She's determined to beat down the bad vibes of the Haters, the Terror Teachers, and all of the trials and tribulations of high school by writing and drawing in her diary. And when life gets really tough, she works through her own moments of uncertainty through imaginary conversations with her favourite literary characters.

Cuckoo's also got a nearly impossible mission: she, along with her misfit band of self-deprecating friends (who call themselves 'the Freakshow') decide to bridge the gap between warring cliques and 'bring the Nations together'. Not everyone is so willing to join hands and get along, but Cuckoo never stops smiling... until one of her closest friends, pushed to desperation by a Hater prank, decides that enough is enough. 


Resensi Shiori-ko:
Kembali membaca tulisan James Patterson yang ringan dan tergoda karena desain sampulnya yang menarik, ternyata harganya juga tidak begitu mahal di tengah keadaan nilai tukar rupiah yang bisa bikin gigit jari.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Judul Homeroom Diaries bukanlah sekedar judul semata. Buku ini dibalut dengan cara penyampaian remaja perempuan yang sedang menulis buku harian. Bab pertama dari buku ini saja sudah menarik pembaca untuk terus membalik hingga tanpa sadar terhanyut dalam cerita. Wajar saja, karena gaya bahasanya sangat blak-blakan khas siswa SMA. 

Untuk kosa kata untung saja tidak ada kata-kata kasar yang sering kita dengar dilontarkan oleh siswa SMA. Meskipun kehidupan Cuckoo dan teman-temannya juga tidak 100% seperti remaja Amerika yang kita liat di film, paling tidak mereka menggunakan bahasa gaul. Akan cukup sulit untuk pembaca yang tidak biasa mengetahui idiom-idiom gaul. Tapi secara keseluruhan, tidak ada masalah dengan kosa katanya karena pembaca bisa langsung menangkap apa maksud dari cerita ini.

Plot
Dari awal buku ini diceritakan dari sudut pandang orang pertama, yakni Cuckoo sendiri sembari menuliskan apa yang dihadapinya ke dalam buku harian. Meski tanpa keterangan waktu yang tepat, pembaca bisa mengerti kalau buku ini memiliki plot maju. Sedikit sekali Cuckoo menjelaskan tentang masa lalunya, bahkan pembaca dibiarkan tidak mengetahui apa yang pernah terjadi pada Cuckoo sebelumnya.

Penokohan
Sebenarnya ada beberapa tokoh yang juga terlibat dalam kehidupan Cuckoo. Margaret Clarke, nama asli dari Cuckoo memiliki sekelompok teman yang juga memiliki nama panggilan yang unik. Tapi yang paling dekat dengan dirinya adalah Katie alias Brainzilla/Zilla. 

Margaret diceritakan tidak memiliki hubungan yang baik dengan ibunya, apalagi semenjak ibunya bercerai dengan ayahnya dan hidup tidak beraturan. Cuckoo sendiri tidak tahu pasti apa yang terjadi pada ibunya, apakah harus masuk rehabilitasi karena kecanduannya akan alkohol atau ada hal lain. Yang ia tahu, ia sempat didatangai oleh Dinas Sosial untuk mengurus posisi dirinya karena ia belum dianggap sebagai orang dewasa sehingga butuh wali. Akhirnya, Cuckoo pun dirawat oleh tetangganya yang lumpuh namun baik hati. 

Salah satu ilustrasi dalam buku // sumber


Katie alias Brainzilla berbeda dari Cuckoo. Ia bisa dikatakan sebagai sosok perempuan yang cantik dengan rambut blonde, yah tipikal siswi dengan banyak penggemar. Namun hidupnya tidaklah hanya tentang dirinya menjadi cantik. Brainzilla seringkali harus membantu orang tuanya mencari uang, entah ia harus menjadi pelayan di bar atau kemungkinan-kemungkinan liannya. Orang tuanya sangat ingin Katie bisa berkuliah di Yale, oleh karena itu Katie merasa hidupnya tidak sesempurna fisiknya. 

Keduanya berbagi kisah karena mereka sangat dekat. Cuckoo tidak memiliki orang yang benar-benar bisa dipercaya karena banyak hal yang pernah terjadi dengan orang-orang terdekatnya sehingga ia pun hanya bisa lari menuju Brainzilla. Begitu pula dengan Brainzilla. Ia tidak berani menolak atau menyanggah keputusan orang tuanya agar ia belajar sangat giat supaya diterima di Yale. Pokoknya harus di Yale!

Desain dan Tata Letak
Seperti buku James Patterson yang ditujukan kepada pembaca muda, selalu saja ada ilustrasi menarik untuk membuat buku ini lebih hidup. Ilustrasi dalam Homeroon Diaries tidak bisa aku katakan bagus, tetapi unik. Keino selaku ilustrator untuk buku ini memiliki gaya menggambar yang berbeda dari gaya menggambar ilustrator buku James Patterson lainnya. Gambar-gambar Keino memang tidak bisa dikatakan menggambarkan sosok manusia yang sempurna, tetapi cukup lucu juga. 

teman satu geng Cuckoo dan panggilannya // sumber


Setiap halaman, setiap bab, selalu ada gambar yang mengikuti ceritanya. Gambarnya pun diberikan semacam balon kata-kata selayaknya komik. Sehingga pembaca tidak hanya membaca dari apa yang ditulis dalam bentuk paragraf, melainkan juga yang ada di sisi-sisi buku. Malah ada satu bab yang hanya terdiri dari gambar komik tersebut. 

Ide Cerita
Awalnya aku kira ini hanya mengenai Cuckoo dan bagaimana ia menghadapi kehidupan SMA dari kacamata dirinya. Ternyata bukan. Kurang lebih James Patterson memberikan kisah mengenai bagaimana serunya SMA. Apakah kamu punya teman yang broken home, ataukah orang tuamu banyak menuntutmu untuk menjadi sempurna, semuanya bagi James Patterson hanyalah suatu fase hidup yang bila dilalui dengan lapan dada rasanya seperti petualangan. 

Cuckoo tidak sendiri. Tidak hanya dia yang memiliki masalah. Ternyata Brainzilla pun yang terlihat sempurna juga memiliki masalah. Hal ini menjadikan pembaca memahami bahwa tidak semua yang dilihat oleh mata adalah tampilan yang sebenarnya. 

Selain itu, buku ini juga menceritakan bagaimana kisah pertemanan di bangku SMA memang indah.

Saran Shiori-ko:
Untuk bacaan ringan dan menghibur sekaligus mengenang bagaimana serunya masa SMA, Homeroom Diaries adalah bacaan yang cocok. Tapi, jangan harap akan merasa hangover setelah membaca buku ini..

No comments:

Post a Comment