Monday, December 28, 2015

Tuesdays with Morrie: Pelajaran tentang Makna Hidup

Tuesdays with Morrie: Pelajaran tentang Makna Hidup
Penulis: Mitch Albom
Jumlah halaman: 220 halaman
Tahun terbit: 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Format: paperback
Rating Shiori-ko: 3/5
Sinopsis:

Bagi kita mungkin ia sosok orangtua, guru, atau teman sejawat. Seseorang yang lebih berumur, sabar, dan arif, yang memahami kita sebagai orang mudapenuh gelora, yang membantu kita memandang dunia sebagai tempat yang lebih indah, dan memberitahu kita cara terbaik untuk mengarunginya. Bagi Mitch Albom, orang itu adalah Morrie Schwartz, seorang mahaguru yangpernah menjadi dosennya hampir dua puluh tahun yang lampau.

Barangkali, seperti Mitch, kita kehilangan kontak dengan sang guru sejalan dengan berlalunya waktu, banyaknya kesibukan, dan semakin dinginnya hubungan sesama manusia. Tidakkah kita ingin bertemu dengannya lagi untuk mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan besar yang masih menghantui kita, dan menimba kearifan guna menghadapi hari-hari sibuk kita dengan cara seperti ketika kita masih muda?

Bagi Mitch Albom, kesempatan kedua itu ada karena suatu keajaiban telah mempertemukannya kembali dengan Morrie pada bulan-bulan terakhir hidupnya. Keakraban yang segera hidup kembali di antara guru dan murid itu sekaligus menjadi sebuah "kuliah" akhir: kuliah tentang cara menjalani hidup. Selasa Bersama Morrie menghadirkan sebuah laporan rinci luar biasa seputar kebersamaan mereka.


Resensi Shiori-ko:
Banyak sekali orang yang aku kenal merekomendasikan buku ini & buku-buku Micth Albom yang lain untuk dibaca. Aku cukup tertarik memang karena katanya, insight yang diberikan oleh Albom bisa mengubah cara pandang kita terhadap apapaun. Sayangnya, aku belum menemukan alasan yang kuat untuk membeli buku-bukunya. Hingga salah seorang temanku dengan senang hati meminjamkan (plus merekomendasikan) judul ini untuk kubaca.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Buku seperti narasi. Narasi atas pengalaman hidup seseorang, yakni Mitch Albom sendiri terhadap seorang profesornya yang meskipun dirinya sudah lulus, tetap menjadi seorang guru terbaik bagi Albom. Bagiku, gaya bahasanya cukup ringan tetapi juga cukup mendramatisir. Memang, buku ini berangkat dari bagaimana kehidupan Albom dan hubungannya dengan profesornya yang satu ini, dan kemudian menjadi sahabat karib sehingga tampaklah adanya kedekatan emosional diantara keduanya. Hal tersebut lantas tidak membuat gaya bahasanya menjadi informal, malah sebaliknya, Albom tetap mengusahakan agar buku ini dituturkan dalam bahasa yang baik dan benar.

Bagaimana dengan kosa kata? Tidak ada yang sulit. Kosa kata yang digunakan oleh Albom sangat mudah dipahami, bahkan oleh orang awam sekalipun. Penjelasan yang diberikan oleh Morrie, sang profesor, juga dituturkan dengan enak supaya pembaca lebih meresapi makna dibalik ucapan Morrie terhadap makna kehidupan. 

Lalu, dengan penyampaian, sayangnya model penyampaian seperti ini yang tidak begitu aku sukai. Meskipun begtiu, aku juga cukup takjub karena Tuesdays with Morrie bisa aku selesaikan dengan sangat mudah dan cepat. Padahal aku kira, aku akan mati bosan (pengalaman burukku dengan buku Rubin yang tidak aku sukai pada akhirnya). Jadi, meskipun bentuk penyampaiannya tidak masuk ke dalam kategori favoritku, nyatanya, buku ini masih bisa aku nikmati.

Plot
Buku ini bukan bukuu fiksi, sebab berangkat dari pengalaman hidup Albom dan menuturkan apa dan bagaimana Albom melihat kehidupan. Albom menggunakan sudut pandang orang pertama, yakni dirinya sendiri. Menariknya adalah, meskipun topik utamanya semuanya berjalan maju dari Selasa pertama hingga Selasa ketiga belas, ada beberapa bagian yang berjalan mundur. Seperti ketika Albom meingat-ingat kembali apa yang pernah dikatakan oleh Morrie dalam kelasnya atau percakapan yang membuatnya teringat terus akan suatu hal. 

Morrie dan Mitch, 1995 // sumber


Jangan harap akan adanya konflik dalam buku ini. Bagiku, buku ini seperti perjalanan Albom belajar tentang makna hidup dari seorang profesor yang sangat disegani dan dikagumi olehnya. Dan aku rasa pembaca pun akan tahu bagaimana akhir dari kisah Morrie, dan Albom (tentu saja).

Isi Buku
Sudah dijelaskan secara singkat pula apa yang dituliskan oleh Albom dalam Tuesdays with Morrie. Albom memberikan perspektif tentang kehidupan dari seseorang yang sudah tua dan mengalami sakit yang tidak bisa disembuhkan. Yang disajikan oleh Albom adalah bagaimana dirinya selama ini melihat kehidupan dan bagaimana Morrie pada akhirnya melihat kehidupan dari sisi yang akan menemui ajal. 

Bagiku insight yang diberikan oleh Albom sesungguhnya bagus, hanya saja aku sudah pernah membaca buku-buku dengan insight serupa, sehingga terasa membaca Tuesdays with Morrie seperti membaca buku serupa (mungkin seperti membaca seri Chicken Soup) alias biasa saja. Maka dari itu, aku hanya memberikan 3 bintang dari 5. 

Saran Shiori-ko:
Melihat kehidupan dari sisi yang lain memang membuat kita menjadi tahu hal lain yang siapa tahu selama ini kita lewatkan, padahal dapat memberikan makna yang mendalam terhadap kehidupan kita. Cukup bagus untuk mereka yang rasanya tidak puas dengan apa yang dimilikinya saat ini.

No comments:

Post a Comment