Penulis: Rick Riordan
Jumlah halaman: 499 halaman
Tahun terbit: 2015
Penerbit: Disney Hyperion
Format: paperback
Harga: Rp 189.000 di Periplus
Rating Shiori-ko: 4/5
Sinopsis:
Magnus Chase has always been a troubled kid. Since his mother’s mysterious death, he’s lived alone on the streets of Boston, surviving by his wits, keeping one step ahead of the police and the truant officers.
One day, he’s tracked down by a man he’s never met—a man his mother claimed was dangerous. The man tells him an impossible secret: Magnus is the son of a Norse god.
The Viking myths are true. The gods of Asgard are preparing for war. Trolls, giants and worse monsters are stirring for doomsday. To prevent Ragnarok, Magnus must search the Nine Worlds for a weapon that has been lost for thousands of years.
When an attack by fire giants forces him to choose between his own safety and the lives of hundreds of innocents, Magnus makes a fatal decision.
Sometimes, the only way to start a new life is to die . . .
Review Shiori-ko:
Akhirnya setelah menimbang dengan cara berselancar di situs Periplus, aku memutuskan untuk menukarkan poin tahunan (poin tahun 2015) dengan buku ini. Magnus Chase yang ramai jadi perbincangan di kalangan pembaca fantasi, misalnya di antara anggota komunitas Penggemar Novel Fantasi Indonesia. Teman-teman dari komunitas Blogger Buku Indonesia ketika event Secret Santa kemarin juga banyak memasukkan novel ini sebagai buku yang ingin mereka dapatkan. Tentu saja, aku sendiri penasaran seberapa bagusnya kah buku sehingga banyak komentar bagus yang masuk (berikut rating di Goodreads yang juga diatas 4 bintang).
Gaya Bahasa, Kosakata dan Penyampaian
Jujur, aku sendiri sudah agak lama tidak membaca buku karangan Riordan. Serial yang berhasil aku selesaikan hanyalah serial Percy Jackson and The Olympians yang terdiri dari 5 volume, sedangkan yang lain seperti serial Heroes of Olympus dan Kane Chronicles masih terhenti di tengah jalan. Ketika aku pada akhirnya kembali pada tulisan Riordan rasanya aku tidak terlalu kaget. Gaya bahasanya masih saja sama: kocak dan konyol serta ringan sekali. Kalau sudah pernah membaca serial yang sebelumnya, aku rasa pembaca akan menemukan pola kalau Riordan selalu sama. Riordan mempertahankan kekonyolan tersebut dengan tokoh dan setting yang berbeda.
true |
Masih ala Riordan, tulisannya semua ditujukan untuk para pembaca muda sekitar usia SD-SMP . sehingga kosa katanya juga tidak ada yang sulit. Semuanya mudah diikuti oleh pembaca. Dan tentu saja, sekalipun tulisannya bergaya humor, tetap tidak menggunakan kata-kata yang kasar.
Plot
Seperti biasa, rasanya tulisan Riordan selalu menggunakan sudut pandang orang pertama dengan alur maju. Untuk serial ini, sudah dapat ditebak kalau narator utamanya adalah Si Magnus Chase sendiri. Ia menceritakan dari awal tentang kehidupan yang tengah ia alami dan hal-hal ajaib yang ia temui selama ia melakukan petualangan dalam buku ini.
Tapi sayangnya, peletakan konflik dalam serial Magnus Chase ini masih sama dengan yang ada dalam bukunya yang lain. Alur yang digunakan adalah alur klasik dimana konflik berada di tengah-tengah setelah tahap perkenalan dan kemudian barulah ada tahap penyelesaian masalah. Alur yang sangat lumrah yang paling mudah dicerna oleh pembaca muda/
Penokohan
Dalam serial ini selain ada Magnus Chase juga ada para side kick yang menemani Magnus untuk menyelesaikan misinya. Yang aku suka dari buku ini adalah Riordan menjadikan orang-orang yang selama ini terpinggirkan sebagai para pahlawan juga. Mari kita berkenalan lebih lanjut ya!
Magnus Chase, rasanya sama seperti Percy Jackson. Hidupnya berubah ketika ia berusia 16 tahun. Ia serba tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa banyak orang mengatakan padanya supaya ia lari dan lari. Magnus tidak memiliki orang tua. Ibunya sudah meninggal dan ia sendiri masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya dan keluarganya. Magnus memiliki kepribadian yang kurang lebih mirip dengan Percy. Ia konyol, suka melucu, jarang sekali serius dan bisa menanggapi masalah dengan melontarkan lelucon. Untungnya saja, Magnus bukanlah orang yang ADHD ataupun anak dengan diseleksia. Rasanya, demigod dari mitologi Norwegia tidak memiliki ciri-ciri yang serupa dengan para demigod mitologi Yunani.
Yang selalu bersama Magnus dalam ajang melarikan diri dan menyelesaikan misi ada Samirah Al-Abbas. Iya, namanya mengindikasikan adanya bau-bau Timur Tengah karena memang benar dirinya dari salah satu negara di sana. Samirah atau lebih suka dipanggil Sam merupakan seorang gadis yang berjilbab. Sam adalah seorang muslimah yang mendampingi Magnus. Akhirnya, Riordan menggunakan keberagaman manusia yang ada di Amerika Serikat untuk menjadi tokoh.
Tidak berhenti disitu saja, masih ada Hearth yang tunarungu. Hearth juga setia melindungi dan memastikan Magnus bisa menyelesaikan misi sampai tuntas. Hearth berkomunikasi dengan Sam dan Magnus menggunakan bahasa isyarat yang dimana keduanya sudah saling mengerti satu sama lain. Riordan lagi-lagi mengangkat derajat manusia yang lain supaya pembaca mengerti arti sebenarnya dari "persamaan".
Isi Buku
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kali ini Riordan mengajak pembaca untuk berkenalan dengan mitologi Norwegia. Selama ini, aku rasa orang-orang hanya tahu Thor, Odin, dan Loki (mungkin dengan Heimdall juga) dari film atau komik Marvell tanpa mereka tahu kalau cerita-cerita itu juga sudah diubah sedemikian rupa. Berkenalan dengan para dewa dewi dari Asgard adalah hal yang ditawarkan dalam buku ini. Dengan gaya penyampaian yang sama dengan serial Percy Jackson, aku rasa pembaca bisa mengerti dengan gambaran "dunia" dan bagaimana Midgard/dunia manusia itu diciptakan oleh para dewa-dewi. Namun, karena kita sendiri tidak terbiasa dengan bahasa Norwegia jadilah kita agak susah untuk dapat melafalkan kosa kata dari sana. Seperti pohon kehidupan yang bernama Ygdrassil.
Buku ini sangat seru untuk diikuti. Dengan total halaman sebanyak 500 halaman rasanya petualangan Magnus akan sulit untuk dilewatkan begitu saja. Apalagi setiap babnya tidak begitu banyak halaman dan laju plot juga tidak banyak menjelaskan hal-hal yang bertele-tele. Konten moral yang ingin disampaikan oleh Riordan mengenai keberagaman juga semakin kaya.
Saran Shiori-ko:
Baik harga edisi terjemahan maupun edisi yang aslinya sama-sama tidak ramah kantong, akan tetapi hal tersebut setimpal dengan bagaimana Riordan meramu cerita menjadi menarik sekaligus mendidik. Banyaknya jumlah halaman juga bukan menjadi penghalang untuk bisa menyelesaikannya dengan antusias. Aku rasa, buku ini memang cocok untuk semua kalangan, tidak hanya mereka yang remaja.
Saran Shiori-ko:
Baik harga edisi terjemahan maupun edisi yang aslinya sama-sama tidak ramah kantong, akan tetapi hal tersebut setimpal dengan bagaimana Riordan meramu cerita menjadi menarik sekaligus mendidik. Banyaknya jumlah halaman juga bukan menjadi penghalang untuk bisa menyelesaikannya dengan antusias. Aku rasa, buku ini memang cocok untuk semua kalangan, tidak hanya mereka yang remaja.
kerennn kebetulan ini!!
ReplyDeleteThanks for writiing
ReplyDelete