Tuesday, April 16, 2019

Giveaway: Filosofi Teras


Di tengah maraknya kampanye pasangan calon presiden-calon wakil presiden yang sudah terasa sejak akhir tahun lalu, rasanya kita menjadi "penuh." Bahkan, akibat rasa "penuh" tersebut, kita menjadi lebih mudah tersulut, merespon tanpa memikirkan implikasi selanjutnya. Ujung-ujungnya, stress sendiri. Lalu, kita bisa berbuat apa?


Di bulan November tahun lalu, sebuah kecelakaan tunggal terjadi. Menyebabkan adanya dislokasi tulang yang memengaruhi mobilitas sehari-hari. Di saat yang seperti itu, sebenarnya sudah tersedia pilihan: mau mengutuk keadaan atau menerimanya, mengikuti pergerakan alam/semesta. 

Jika memilih opsi pertama, imbasnya bisa jadi malah semakin mengeluh dan menyalahkan hal-hal eksternal. Sedangkan, jika memilih opsi kedua, pikiran dan diri menjadi lebih ringan. Sebab, sudah tahu bahwa dislokasi tulang terjadi dan memang butuh bantuan medis (hingga hasil akhir untuk tidak beraktivitas selama waktu tertentu).

Kejadian kecelakaan motor tersebut sudah pernah aku bahas dalam ulasanku terhadap buku Filosofi Teras di Jurnal Ruang. Sebuah buku yang ku tunggu sejak akhir tahun 2018 dari salah satu penulis favoritku: om Henry Manampiring. 


Filosofi Teras
Penulis: Henry Manampiring
Tahun terbit: 2018
Penerbit: Buku Kompas
Halaman: 344 halaman
Rating Goodreads: 4.24/5
Sinopsis:

"Apakah kamu sering merasa khawatir akan banyak hal? baperan? susah move-on? mudah tersinggung dan marah-marah di social media maupun dunia nyata?

Lebih dari 2.000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme, atau Filosofi Teras, adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan. Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini."


Filosofi Teras, atau kemudian juga dikenal dengan Filsafat Stoikisme, adalah ilmu filsafat yang digunakan sebagai laku hidup (way of life). Bagaimana menerapkan Stoikisme dalam kehidupan individu sehari-hari agar lebih bahagia. Di sini, yang dimaksud bahagia ialah ketiadaan terhadap masalah/problematika. 

Bagaimana bisa?

Om Piring selanjutnya menuliskan konsep dari Stoikisme: dikotomi kendali. Para pelaku Stoikisme menyadari betul bahwa di dunia ini ada hal yang bisa kita kontrol dan yang tidak bisa kita kontrol. Yang bisa kita kontrol adalah pikiran kita sendiri, jiwa kita, emosi kita sebagai manusia. Maka dari itu, mau keadaan eksternal kita seburuk apapun, hanyalah pikiran kitalah yang masih merdeka. Kita sangat bisa membuat "doktrin" untuk diri kita sendiri.

Dikotomi kendali ini menjadi elemen yang cukup penting. Mengapa? Dengan begitu, kita sebagai individu diajari untuk tidak terlalu mengambil pusing hal-hal yang memang bukan kendali kita. 

Misalnya saja dalam kasus kecelakaan motor itu tadi: aku tidak bisa mengendalikan keadaan tubuhku ketika sudah mengetahui bahwa ada dislokasi tulang. Tapi aku bisa mengendalikan pikiranku untuk lebih menerima keadaan dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai cara belajarku terhadap pentingnya memiliki asuransi kecelakaan. 

Itu masih satu hal yang dijelaskan dalam Filosofi Teras. Masih ada banyak aspek dan konsep yang sebenarnya masih relevan jika diaplikasikan saat ini. Apalagi ketika lingkungan sekitar kita (termasuk informasi yang kita terima melalui media) semakin membuat kita "penuh" atau "ribet." Meskipun, spektrum dari Filsafat Stoikisme masih ada yang lebih luas dari yang dibahas dalam buku Filosofi Teras.

Kekagumanku terhadap Filosofi Teras berawal karena Om Piring bisa membawakan materi Filsafat dengan cara yang lebih ringan. Jauh lebih ringan ketimbang bacaan filsafatku di zaman kuliah dulu. Padahal, kalau diingat, aku bukanlah mahasiswa yang menggemari kelas filsafat. Namun, karena om Piring-lah, aku menjadi tertarik untuk mengulik lebih jauh tentang filsafat, dan itu disebabkan oleh Filosofi Teras. 

Om Piring menyampaikan Filsafat Stoikisme melalui kisah-kisah personalnya. Ditambah, contoh kasus yang relevan dengan kehidupan pembaca membuat pembaca menjadi lebih mudah untuk memahami pesan inti buku ini. Oh ya, tidak lupa juga ilustrasi ciamik dari Levina Lesmana yang membuat buku ini enak untuk dinikmati. 

Secara keseluruhan, aku sungguh puas dengan Filosofi Teras. Aku bahkan mengusahakan untuk terus merekomendasikan buku ini kepada rekan-rekanku. Di satu sisi, aku masih terus berlatih untuk menjadi kaum Stoa, menjadi individu yang bisa mengelola emosinya dengan baik.



Kembali pada topik pemilu dan kampanye, Filsafat Stoikisme sangat bisa diaplikasikan pada kasus tersebut. Kita tidak perlu ambil pusing terhadap hasil akhir: siapa yang menjadi presiden. Toh, itu sudah berada di luar kendali kita. 

Namun, jika kamu berhasil mendapatkan 1 eksemplar buku Filosofi Teras dan berkenalan dengan Filsafat Stoikisme, kira-kira kekhawatiran apa yang ingin diselesaikan?

Silakan tulis jawabanmu di kolom komentar bawah ini dengan mencantumkan akun Twitter/Instagram dan domisili ya!

Jawaban akan ditunggu hingga tanggal 17 April 2019 pukul 20:00 WIB. Satu orang pemenang akan dipilih dan akan aku hubungi melalui Twitter/Instagram. Apabila masih ada yang ingin ditanyakan, silakan colek di Twitter @hzboy atau di Instagram @hzboy1906

13 comments:

  1. Sebenarnya ada kekhawatiran mengenai kesehatan yang dahulu sempat dioperasi di tahun 2011 ternyata muncul lagi di tahun 2016 lalu. Sempat marah dan mengutuk dengan keadaan tapi lama kelamaan berpikir kenapa tidak mencoba berdamai dengan keadaan yang terjadi dan mengambil hikmah dari semua kejadian yang ada.

    Akun twitter : @marinafariza
    Akun instagram : @Marinareads19
    Domisili : Kota Bekasi, Jawa Barat

    ReplyDelete
  2. Sejak lama, saya orangnya terlalu perfeksionis segalanya terlalu dipikirkan, bener ga ya ini sudah bagus ga ya kerjaan ku ini, nanti kata orang gimana ya. Pikiran pikiran itu walau terkadang bagus namun seringkali jadi beban, khususnya pada bagian terlalu khawatir pada pendapat orang, harapan orang. Tentang pilihan, tentang mimpi mimpi yang kusesumbarkan namun belum terselesaikan.

    Instagram dan Twitter = tsabitabee
    Domisili = Malang, Jatim

    ReplyDelete
  3. Mungkin salah satu kekhawatiran terbesar dari seseorang adalah tentang masa depan. Begitu pula denganku. Segala hal di masa depan masih jadi misteri. Apa yang akan terjadi, bagaimana keadaan kita nanti, kemana takdir akan membawa kita. Tapi, daripada mengkhawatirkan apa yang akan terjadi, bukankah lebih baik kita menjalani hidup dengan sebaik-baiknya? Mengikuti arah hidup, sambil terus berusaha dan berdoa. Menentukan berbagai keputusan terbaik agar masa depan tidak menjadi sebegitu menyeramkan dan mengkhawatirkan. Andaikan bisa berpikir lepas begitu setiap kali merasa khawatir terhadap apapun, pasti tidak akan ada banyak beban pikiran 😊

    twiter @rinicipta
    Dom : Karangasem, Bali

    ReplyDelete
  4. Kekawatiran terbesarku yang dari dulu sampai sekarang, aku orangnya susah bersosialisasi dgn orang lain, minderan dan susah berkenalan dgn orang baru. Jadi takut kalau begini terus susah berteman n bersosialisasi, takut jg nanti ke depannya bagaimana. Udh melakukan beberapa tips untuk menghilangkan hal tersebut tp tetap saja belum hilang.

    Twitter : @miawmeow3
    Domisili : sukabumi, jabar

    ReplyDelete
  5. ketakutan jadi tua dan ga bisa produktif, harus bergantung ke orang lain, dan belum tentu orang lain mau bantu.

    @snydez
    jakarta

    ReplyDelete
  6. Kekhawatiran ku tentang masa depan. Hidup penuh dengan kejutan dan antisipasi terhadap apa yang terjadi kemudian tanpa adanya daya bisa membuat saya terpuruk atau menyesal. Tapi semoga hidup akan menyenangkan di masa depan.

    Twitter/Instagram : tezarnet
    Domisili: Semarang

    ReplyDelete
  7. Sebelumnya terima kasih untuk giveawaynya :)

    Apa yang saya khawatirkan dari semenjak saya duduk di bangku SMP adalah "I dont live my life the fullest". Saya selalu mengambil keputusan dengan instan dan gegabah, ketika keputusan itu membawa saya kepada tanggung jawab dan kepercayaan dari orang lain, ternyata saya belum siap untuk itu. Kemudian saya masuk dalam fase dimana saya merasa saya adalah sebuah kegagalan. Selalu seperti itu hingga kini duduk di bangku kuliah, walaupun baru 2 semester. Saya sangat khawatir akan hal ini, tidak akan baik jika saya terus dalam lingkaran ini. Saya belum bisa mengntrol diri saya untuk itu, saya harap apabila saya memenangkan buku Filosofi Teras ini, saya mendapat pandangan baru dan dapat membuka pikiran saya.

    @geniusonyeo - Jakarta Selatan

    ReplyDelete
  8. merasa pura pura mencintai diri sendiri
    Entahlah, saya merasa khawatir, tapi tidak tau sesungguhnya khawatir tentang apa.
    Mungkin bukunya om piring bisa membantu. Memeberi petunjuk atas kekhawatiran yg tdak saya ketahui.


    Twitter:@indahpusparini11
    Instagram :@indahpuspa84
    Domisili :Ponorogo

    ReplyDelete
  9. Ketakutan terbesar saya saat ini dan ingin saya selesaikan adalah tentang karir pekerjaan saya. Mungkin dalam sisi saya, saya bisa mengendalikan diri untuk bisa lebih giat dalam bekerja. Namun dalam sisi yang tidak bisa saya kendalikan seperti keputusan pimpinan dan lainnya, saya ingin mendapatkan cara dan pemikiran khusus untuk menerimanya dan membentuk diri saya untuk selalu berpikiran positif dalam segala hal.

    Twitter: @pecahanbotol_
    Instagram: @manumaulana
    Lokasi: Ketapang, Kalbar.

    ReplyDelete
  10. Selamat pagi,sepertinya akan menyenangkan menyeduh kopi dan membaca buku ini secara bersamaan, apalagi kalau dapat dari giveaway. Perkenalkan nama saya Riwayati, saya sedang menjalani proses hidup di umur 21 tahun.

    Buku ini sepertinya akan membuat saya lebih bijak dalam bersikap lahir dan batin. Sedari sekolah menengah pertama saya menyadari kalau diri saya sangat kentara saat menghadapi kepanikan, itu membuat saya menjadi gugup, dan ketika gugup hal yang saya takutkan adalah saya akan kehilangan fokus atas apa yang sedang saya lakukan. Saya sudah belajar tenang dalam menghadapi masalah namun tetap saja itu menyulitkan saya, ya meskipun terkadang kepanikanku tidak sampai muncul di permukaan dan membuat orang-orang "melihat" ke saya. Tetap saja, saya berharap dapat mengatasi masalah saat terjadi kepanikan itu dengan tenang dan keren.

    Instagram: @riwayati1997
    Domisili: Surakarta

    ReplyDelete
  11. I do miss my childhood so much. Masa dimana masyarakat di sekitar lebih mudah menerima perbedaan. Saya tidak tahu tepatnya sejak kapan hal tersebut mulai berubah. Tetapi saya merasa saat ini penerapan konsep pluralisme mulai menurun, khususnya di lingkungan keluarga besar. Saya khawatir akan peluang meningkatnya paham anti-pluralisme, yang menurut saya tidak perlu terjadi karena memang Indonesia dibangun di atas keberagaman. Hal tersebut adalah kekhawatiran yang ingin saya selesaikan.

    Twitter: @geby_priska
    Ig: @gebypriska
    Domisili: Sumenep, Jawa Timur

    ReplyDelete
  12. Halo, kak! Sebelumnya terima kasih banyak ya untuk giveaway nya, membantu banget untuk anak kuliahan kayak saya hehe.

    Sebenarnya permasalahan terdekat saya sekarang ini sih perihal kuliah di Belanda kak. Saya harus berangkat Juli ini, sedangkan untuk dananya juga belum kekumpul semua padahal saya sudah tinggal bayar aja. Lalu untuk kegiatan kuliah disana juga saya selalu gelisah setiap mikirinnya, takut nggak bisa adaptasi, takut nggak bisa mempertahankan IPK yang sudah saya raih di Indonesia, dan takut takut lainnya. Saya sudah lama mau beli buku ini karena ingin belajar untuk mengendalikan pikiran saya, tapi apa daya sebagai mahasiswa isi kantong saya masih terbatas. Saya harap saya bisa dapat giveaway ini walau kadar luck saya tidak terlalu tinggi biasanya hehe, wish me luck!

    Twitter: elsselle
    Domisili: Ungaran, Kab. Semarang

    ReplyDelete
  13. Selamat malam ka, terima kasih sudah berbagi :)

    Kekhawatiran yang saya rasakan dalam diri saya sendiri sampai dengan saat ini adalah, bagaimana bisa saya merasa baik-baik saja terhadap diri saya sendiri seolah tidak ada hal atau sesuatu yang perlu saya khawatirkan. Padahal, saya saat ini sudah kelas 3 SMA, sudah saatnya saya mulai menata kehidupan saya, apa jalan yang akan saya ambil dan bagaimana cara mencapainya, mencoba tidak terlalu bergantung kepada orang tua, dan pastinya sudah mulai berani bertanggung jawab atas keputusan atau pilihan yang saya ambil.
    Namun sampai saat ini, saya kurang gerak kak, tapi saya khawatir akan masa depan saya. Saya juga sudah mendorong dan memotivasi diri saya sendiri, tapi saya tetap masih takut kak, kalau-kalau ini hanya perasaan saya untuk menutupi ketakutan diri sendiri, takut jika ini bukanlah hal yang totalitas, atau hanya penghiburan sementara.
    Di sisi lain saya khawatir dengan keadaan orang tua saya, dari berbagai sisi. Saya ingin membuat mereka bahagia dengan hasil usaha saya, apalagi ibu dan bapak tidak pernah memaksa saya untuk mengikuti keinginan mereka. Saya merasa semakin bersalah dan tidak enak, namun saya heran dengan diri saya yang bandel ini, saya kesal, saya sadar jika saya belum bisa "sadar" makannya saya amat menyesal. Sebenarnya apa yang salah dengan diri saya? Saya ingin membuat mereka bahagia, saya gak mau melihat pengorbanan mereka sia-sia, tapi di sisi lain saya menyesal dengan diri saya.

    Terima kasih banyak ka 🙏🏻 semoga rezeki! Aamiin


    Twitter: Lavistaaaaa
    Domisili: Batang

    ReplyDelete