Thursday, April 3, 2014

Seorang Jepang, Penganut Buddha, dan Islam di Indonesia

Islam di Mata Orang Jepang: Ulil, Gus Dur, sampai Ba'asyir
Penulis: Hisanori Kato
Jumlah halaman: 176 halaman
Format terbitan: paperback
Penerbit: Kompas
Kepemilikan: Milik ayah
Waktu pembelian: Maret 2014
Asal: Rumah Buku Surabaya
Harga beli; Rp. 47.000
Ketersediaan di Lendabook: -

Rating Shiori-ko: 5/5
Sinopsis:
Buku karya sosiolog Jepang yang ditulis berdasarkan penelitian tentang seluk-beluk Islam di Indonesia selama lebih dari satu dekade. Berisi hasil wawancara dan analisis dari pendapat sejumlah tokoh Islam dari berbagai mahzab dan aliran.
Apa saja perbedaan dan persamaan persepsi tentang ajaran Islam antara Ulil Abshar Abdalla, tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL); K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ulama moderat yang menjadi Presiden RI; dan Abu Bakar Ba'asyir, yang dikenal sebagai figur utama Islam fundamentalis?
Benarkah anggota Front Pembela Islam (FPI) semuanya orang-orang garang yang senang kekerasan? Apakah benar Abu Bakar Ba'asyir tokoh yang sangat sulit ditemui?

Resensi Shiori-ko
Buku ini adalah buku kedua Kato-sensei tentang Indonesia. Kebetulan beliau memang sedang meneliti mengenai agama Islam di Indonesia.
Isi dari buku ini membuat kepalaku berkecamuk, ingin mendapatkan teman diskusi karena tulisan Kato-sensei sangat menyenangkan (dalam penyampaiannya). Bagaimana Kato-sensei mendeskripsikan tokoh-tokoh Islam berbagai aliran di Indonesia membuat diriku memiliki presepsi bahwa sebenarnya beliau-beliau tersebut tidaklah seperti apa yang selama ini media beritakan: sulit ditemui karena kesibukan, karena birokrasinya berbelit, karena tidak mau menemui yang berbeda aliran dengannya. Buktinya, Kato-sensei yang jelas bukan orang Indonesia dan seorang penganut Buddha bisa mewawancari beliau-beliau tersebut tidak hanya sekali. Bahkan Kato-sensei menjadi akrab dengan Gus Dur gara-gara penelitian yang ia lakukan saat itu. Meskipun banyak yang memperingatkan Kato-sensei untuk tidak menemui Abu Bakar Ba'asyir ataupun berkunjung ke kantor FPI, Kato-sensei tetap berniat menemui mereka dan bisa mendapatkan data yang menarik.

Melihat bagaiamna potret agama Islam di Indonesia dari orang yang sama sekali bukan WNI lagi-lagi (seharusnya) membuat aku bersyukur. Aku memang buta tentang politik dan demokrasi Pancasila yang menjadi bentuk pemerintahan negeri ini, tetapi melalui tulisan Kato-sensei terlihat bahwa Indonesia terbuka dengan berbagai macam aliran Islam, baik yang kata media berbahaya sekalipun. Kato-sensei memberi imej kepada pembaca bahwa tidak ada yang salah dengan para tokoh tersebut, karena mereka semua memiliki pemahaman mengenai Islam sebagai agama yang membawa perdamaian.

Pada bab terakhir, Kato-sensei seakan menuliskan kesimpulan terhadap data yang telah dikumpulkannya dengan pengalamannya tinggal di Indonesia, bersinggungan langsung dengan Muslim di Indonesia. Kato-sensei bertutur bahwa Indonesia dengan keseragaman yang sangat unik ini sepatutunya bersyukur karena mereka bisa hidup berdampingan, bukan lagi waktunya untuk saling membenci., bukan lagi adu otot.

Saran Shiori-ko
Ku rekomendasikan buku ini untuk siapapun yang ingin memperluas pandangannya, bukan hanya untuk mengetahui agama Islam, melainkan corak budaya Islam di Indonesia. Apabila kamu sudah membaca buku ini dan ingin berdiskusi, mari! Tenang saja, pengetahuanku tentang Islam dan Islam di Indonesia belumlah seperti Kato-sensei dan tokoh-tokoh narasumbernya, tapi kita bisa berdiskusi sambil belajar kan? :)

No comments:

Post a Comment