Thursday, May 22, 2014

Read on: March

Pardon my laziness. Sudah bulan kelima dan aku baru berbagi apa yang sudah aku baca selama bulan Maret. Bulan ketiga ini tidak terlalu banyak yang aku baca dan kebetulan bersamaan dengan awal masuk kuliah di semester 6. Meskipun begitu, buku tetap menjadi temanku yang paling loyal dan yang paling setia menemaniku di segala kondisi kok :)


Bulan ini aku hanya membaca 5 buku dan syukurlah bisa selesai semua! :D


Buku ini merupakan salah satu buku yang aku bawa dari Jakarta, hasil pinjam dengan salah seorang temanku yang suka baca buku juga. Aku sempat meragukan kualitas buku ini karena nama pengarangnya asing bagiku. Tetapi, namanya juga sudah dipinjami, rasanya tidak sopan apabila aku tidak membacanya.

Begitu membaca sinopsisnya di kaver belakang buku, aku merasa buku ini semacam buku misteri. Menawarkan aura aksi. Rupanya tebakanku tidak salah. Buku ini ternyata malah terdapat permasalahan ganda. Dengan latar belakang karakter utama keluarga Yahudi, aku merasa bertambah pula wawasanku. Sayangnya, buku ini tidak setegang Secret to the Grave karya Tami Hoag. Malah bagiku, bagaimana penulis mengkahiri cerita juga kurang membuat gregetan.

Untuk suatu alasan tertentu, seorang dosenku membelikanku buku ini. Aku belum pernah membaca satupun serial The Mortal Instruments. Aku bahkan sempat skeptis kalau bukunya akan bagus mengingat aku kurang puas dengan bagaimana kualitas cerita yang digambarkan di filmnya. Mencoba pinjam sana-sini ternyata tidak kunjung mendapatkannya. Akhirnya aku menerima tawaran ibu dosenku yang baik hati itu (mayan hehehe...)

Genre buku ini adalah fantasi. Menyenangkan rasanya membiarkan imajinasiku dituntun oleh narasi yang dituliskan oleh penulis. Membayangkan bagaimana wujud sebenarnya dari makhluk fanatasi yang ada disana. Dialognya mudah diikuti. Guyonannya juga lucu. Jujur, kalau berdasarkan deskripsi yang ada di dalam buku, aku jatuh cinta dengan salah satu karakter lelaki: Jace (meskipun aktor yang memerankan di film juga tidak kalah menarik). Bagiku, buku tersebut adalah buku yang menarik. Indikatornya? Aku sempat merasakan hangover. Ingin segera mendapatkan buku keduanya dan melanjutkan berfantasi di dunia magis.

Terima kasih kepada Rumah Buku yang sering sekali mengadakan diskon buku! Aku mendapatkan judul ini (yang terjemahan dari Gramedia) hanya Rp. 25.000. Karena aku sudah terpukau dengan tulisan John Grisham, maka aku tidak ragu ketika membelinya. 

John Grisham akan membuat pembaca merasa kesal dengan salah satu karakter utama di dalam cerita. Namun, seiring dengan berjalannya cerita, pembaca akan lebih mengetahui mengapa si karakter tersebut menyebalkan. Lagi-lagi dari buku karya John Grisham inilah aku menjadi semakin tahu tentang bagaimana proses penjatuhan hukuman dilakukan. Apalagi kisah ini diangkat dari kacamata si karakter yang berupa juri. Aku tidak akan bosan merekomendasikan buku-buku John Grisham untuk dibaca karena selain mendapatkan hiburan, kamu juga akan mendapatkan informasi baru.

Kalau buku ini, aku dapatkan dari kawan pembaca juga (tapi bacaannya dia lebih berat!) yang namanya Aven. Walaupun buku bekas, selama harganya pantas dan tulisan di dalamnya masih bisa dibaca, aku tdak menolak. Aku membaca buku ini sebenarnya juga terdorong dengan ramainya teman-temanku membicarakan Inferno, buku keempat dari kisah Robert Langdon. Aku malas saja jika harus lompat langsung ke buku tersebut, meski temanku sudah mengatakan bahwa keterkaitan antarkisah tidak terlalu kentara.

Sebelum mendapatkan buku ini, aku hanya sebatas menonton filmnya. Itupun aku tidak menonton secara keseluruhan, karena aku menyaksikan yang ditayangkan oleh salah satu saluran televisi swasta di Indonesia. Begitu membaca bukunya, aku setidaknya bisa mengerti beberapa bagian yang kurang dijelaskan di dalam film. Yang aku suka adalah buku ini memuat informasi historis yang berupa fakta, tapi ingat, ceritanya tetaplah fiksi. Sehingga aku mendapatkan pengetahuan baru tentang relik sejarah yang ada di Eropa sana. Namun sayang, ada beberapa chapter yang menurutku membosankan. Terkadang Dan Brown lamban dalam menceritakan suatu kejadian. 

Terima kasih mbak Ersti sudah bersedia meminjamkan buku ini padaku! Buku ini bagiku berjenis self-help karena membantu pembacanya untuk menjadi lebih kreatif. Salah satunya dengan tetap menjadi diri sendiri dan mengembangkan apa yang menjadi kelebihan diri. Yang aku suka lagi adalah bahasa yang simpel. Tips yang dituliskan juga bisa dilakukan oleh siapapun karena sesungguhnya kiat-kiat yang diberikan sudah biasa kita temui, hanya saja kita tidak menyadarinya dan tidak melakukannya dengan cara yang berbeda.
Aku sempat merasa kalau buku ini sekilas sama dengan Kreatif Sampai Mati milik Wahyu Aditya. Eh ternyata, buku karya Austin Kleon ini memang digunakan sebagai referensi oleh mas Wahyu :)) Aku menunggu mendapatkan pinjaman untuk buku selanjutnya yang berjudul Show Your Work masih dari penulis yang sama.

---

Ingin bisa bercakap ria dan melihat apa saja yang sudah kubaca? Sila cek twitter ku (@hzboy) dan akun Goodreadsku :)

No comments:

Post a Comment