Saturday, August 23, 2014

Sabtu Bersama Bapak - Sebuah Rangkuman Bekal Hidup dikemas Menyenangkan

Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Jumlah halaman: 278 halaman
Format: paperback
Goodreads
Rating Shiori-ko: 4,2/5
Sinopsis: dikutip dari Goodreads

“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.
“Ini Bapak.
Iya, benar kok, ini Bapak.
Bapak cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra.



Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan.

Ketika punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung ke mana harus mencari jawaban.
I don’t let death take these, away from us.
I don’t give death, a chance.


Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”

Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.

Resensi Shiori-ko:
Terhasut banyak sekali komentar akan buku ini di berbagai media sosial akhirnya aku memutuskan untuk membeli dan membaca. Buku karya Adhitya Mulya pertamaku yang untungnya meninggalkan kesan yang baik.

Gaya Bahasa dan Kosa Kata
Santai sekali. Penuturannya bisa diterima oleh pembaca awam bagiku. Tidak perlu mengerutkan dahi ketika membaca ini. Kosa kata yang digunakan pun ringan, tidak berbelit, sederhana dengan menawan. Malah, karena pemilihan diksinya itu, aku yakin para pembaca akan menemukan kutipan menarik yang mengena di hati. Akibat kesederhanaan itu, awalnya aku kira buku ini beraura agak serius. Faktanya, ada juga bumbu-bumbu humor yang pada awalnya aku merasa ganjil. Tapi kemudian, aku pun berpikiran ini mungkin yang menjadi serunya buku Sabtu Bersama Bapak.

sumber


Penokohan
Entahlah, ketika aku membaca ini, rasanya yang ada di kepalaku adalah bahwa 2 tokoh pria utama, yakni Cakra dan Satya ketika tumbuh menjadi dewasa adalah sosok yang sempurna. Yang sudah bisa berdiri dengan kaki-kakinya sendiri. Tapi aku berpikir kembali, kalau tokoh utamanya saja sudah sempurna begitu, ada dimana letak konfliknya? Tiap tokoh memiliki kekurangan. Yang aku suka ialah, mereka berdua selalu "mengadu" pada orang tuanya untuk mendapatkan jawaban. 

Untu ibu Itje, menunjukkan bahwa sebagai wanita yang menjanda, jangan sampai pasrah dengan kehidupan begitu aja. Ketegaran hatinya bisa dijadikan contoh untuk semua pembaca, bahwa begitulah adanya seharusnya manusia. Tidak menyusahkan namun tidak segan pula untuk membantu.

Sedangkan tokoh lainnya seperti istri Satya, Rissa, dan ketiga anak mereka, Ryan, Miku, Dani juga punya porsi tersendiri dimana percakapan diantara mereka sebenarnya membawa pesan dalam konteks mengasuh anak. Sedangkan dengan Cakra dan urusan kantor dan mencari pacar bisa dikatakn sebagai bumbu humor sepanjang cerita. Sekaligus menunjukkan bahwa hubungan antara atasan dengan bawahan hendaknya tidak kaku dan bisa saling mendukung.

Masing-masing tokoh membawa karakter yang menyenangkan dan membawa pesan moral tersendiri.

Plot
Alur ceritanya maju mundur. Aku tidak mau bilang bagaimana perjalannya, yang pasti alur cerita disini tidak menuntut pembaca untuk segara menyelesaikan. Pembaca diminta untuk membaca dengan tenang dan memaknai pesan moral yang terselip.

Yang Menarik
Semua hal di dalam buku ini menarik. Catatan kaki ada yang memang informatif, namun ada juga yang bersifat menghibur. Lagi-lagi aku katakan, kutipan bermaknanya mengandung pesan yang layak kita pikirkan demi masa depan kita masing-masing.

Saran Shiori-ko:
Intinya, buku ini layak baca. Dengan harga hanya Rp. 48.000 sangatlah tidak rugi. Setelah membaca buku ini coba diskusikan masalah masa depan kalian (apalagi yang sudah mau menikah) apakah bisa direlasikan dengan buku ini :)

No comments:

Post a Comment