Penulis: Ika Natassa
Jumlah halaman: 360 halaman
Tahun terbit: 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Format: paperback
Harga: Rp. 44.000 di Toko Buku Uranus, Surabaya
Rating Shiori-ko: 3/5
Sinopsis: dikutip dari Goodreads
Do busy bankers tweet? Yes, they do. Empat tahun setelah Divortiare, Alexandra membuka kembali hidupnya kepada publik melalui akun Twitter-nya @alexandrarheaw. Lembar demi lembar buku ini adalah hasil “mengintip” kehidupannya sehari-hari, pemikirannya yang witty dan sangat jujur, spontan, chaotic, dan terkadang menusuk, yang akhirnya akan bisa menjawab pertanyaan: “Dapatkah kita mencintai dan membenci seseorang sedemikian rupa pada saat bersamaan?” Twivortiare adalah kisah klasik tentang cinta dan luka, terangkai dalam tweets, mentions, dan DM yang lahir lewat ujung-ujung jemari karakter-karakternya.
Bulan Desember isinya hujan hampir di setiap siang hingga malam di Surabaya. Dan hujan biasanya selalu membawa kesan mellow dramatic yang berpengaruh pada mood membacaku. Tidak peduli timbunan buku yang belum aku baca masih lumayan (kebanyakan adalah novel kriminal & detektif) aku bertanya kepada follower di twitter, bacaan apa sekiranya yang modelnya unyu-menye mudah tertebak dan bisa aku habiskan dalam waktu yang sebentar. Muncul jawaban buku ini. Berbekal rekomendasi dari Tirta (hey, dia anggota Blogger Buku Indonesia juga loh!) aku tancap gas ke toko buku dan membelinya. Berikut penilaianku:
Gaya Bahasa dan Kosa Kata
Sangat ceplas-ceplos! Menggunakan sudut pandang orang pertama yang menumpahkan isi hatinya di media sosial twitter, menurutku adalah salah satu poin unik dari buku ini. Karena dari twitter itu lah, jadi jangan heran kalau bahasa dalam buku sangat beragam. Dari yang formal hingga yang slank sekalipun. Tapi, kalau kamu adalah pembaca yang "ketat" aku rasa kamu bakal tidak nyaman dengan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu kalimat (yang mana bakal sering sekali kamu temui). Secara keseluruhan buku ini tidak terlalu sulit untuk diikuti. Bagiku, pemilihan katanya pun juga ringan. Ditambah sangat santainya cara penceritaan membuat kita merasa bahwa yang bertutur adalah kawan kita sendiri.
Penokohan
Ini adalah selling point dari Twivortiare (selain gaya penceritaannya yang membuat kita serasa membaca lini masa si tokoh utama). Dua tokoh utama, yakni Alexandra dan Beno masing-masing memiliki karakter yang bertolak belakang. Penulis, Ika Natassa, sangat bisa membuat karakter dari 2 tokoh ini kuat. Alexandra dengan sifatnya yang memang perempuan sekali dan Beno dengan sifatnya yang posesif dan cemburuan. Kalau aku pikir, mungkin karena Ika Natassa bisa membangun karakter tokohnya dengan kuat maka pesan emosi yang ada dalam buku ini bisa tersampaikan dengan baik kepada pembacanya meskin bagiku konflik di dalam kisah ini tidak terlalu menonjol.
Plot
Walau ditulis dalam bentuk format lini masa twitter berdasarkan tanggal berapa twit tersebut diunggah, ada kalanya cerita menjadi mundur ke belakang. Ya kembali lagi, karena buku ini isinya adalah kumpulan twit si tokoh utama dan bagi pembaca yang tahu bagaimana twitter itu, kegiatan mengunggah twit bisa berarti menceritakan masa lalu. Dengan bantuan penceritaan ke belakang itu lah, pembaca menjadi memiliki petunjuk ada apa sebenarnya diantara dua tokoh utama dan mengapa sampai hal tersebut bisa terjadi.
Yang Menarik
Secara ide cerita sebenarnya ide utamanya sudah umum, yakni berkutat dalam topik pernikahan dan pasangan suami istri yang masing-masing sibuk dengan pekerjaannya. Namun bagiku yang menarik adalah karena kisah ini diambil dari sudut pandang pihak wanita karir yang juga berjuang mempertahankan pernikahannya, jadi ada banyak ilmu yang bisa diadopsi oleh pembaca. Misalnya ketika Alexandra seperti memberikan kultwit tentang bagaimana sebaiknya mengelola kehidupan finansial pasangan yang keduanya sama-sama bekerja atau apakah sebaiknya wanita seharusnya bekerja dahulu baru menikah untuk memperkuat posisinya.
Poin menarik yang selanjutnya adalah ya tentu saja cara penceritaan yang isinya full dari awal sampai akhir adalah lini masa twitter. Iya, menurutku itu menarik karena aku belum pernah membaca yang serupa. Walaupun aku kadang merasa bosan karena isinya hanya seperti kumpulan twit saja.
Dan yang ketiga, kekuatan tokoh itu sendiri sebagai permainan utama dalam keseluruhan cerita. Secara konflik sebenarnya biasa saja dan aku rasa banyak pasangan di luar sana yang mengalami hal yang sama dengan tokoh. Jadi buku ini, menjual sisi penokohan dan karakter.
Saran Shiori-ko:
Aku berharap aku bakal berakhir jatuh cinta dengan tokoh fiksinya, namun ternyata tidak. Buku ini hanya menang di tokoh saja dan aku akui secara emosional juga cukup bagus. Tapi tidak sampai membuatku hangover di ujung cerita. Kalau sudah pernah baca Attachment karya Rainbow Rowell mungkin akan menemukan bahwa ketika Alexandra berbalas twit dengan Wina sama dengan tokoh utama novel Rowell itu.
So, kalau memang mau membaca ini sebagai hiburan semata, silahkan. Tapi jangan berekspektasi terlalu tinggi. I still choose Fangirl by Rainbow Rowell sih kalau dibandingkan dengan buku ini.
No comments:
Post a Comment