Penulis: Ray Bradbury
Jumlah halaman: 281 halaman
Tahun terbit: 2012
Penerbit: Simon and Schuster
Format: mass market paperback
Harga: Rp. 115.000 di OpenTrolley
Rating Shiori-ko: 4/5
Sinopsis:
The Illustrated Man, a seminal work in Ray Bradbury’s career, whose extraordinary power and imagination remain undimmed by time’s passage, is available from Simon & Schuster for the first time. A peerless American storyteller, Ray Bradbury brings wonders alive. In these eighteen startling visions of humankind’s destiny, unfolding across a canvas of decorated skin, living cities take their vengeance, technology awakens the most primal natural instincts, and dreams are carried aloft in junkyard rockets. Provocative and powerful, The Illustrated Man is a kaleidoscopic blending of magic, imagination, and truth—as exhilarating as interplanetary travel, as maddening as a walk in a million-year rain, and as comforting as simple, familiar rituals on the last night of the world.
Resensi Shiori-ko:
Terpukau dengan bagaimana Fahrenheit 451, tidak ada salahnya aku mencoba membaca buku Bardbury yang lain. Malah, karena buku ini menjadi inspirasi dikerjakannya sebuah drama televisi oleh Steven Spielberg membuat diriku tidak ragu lagi untuk membeli dan sukses membacanya hanya dalam 2 hari saja.
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penceritaan
Aku hanya berani membandingkannya dengan Fahrenheit 451. Dari segi kosa kata, Bardbury tidak banyak menggunakan istilah yang sulit dipahami, mengingat genre buku ini masuk ke dalam kategori fiksi sains. Hal tersebut juga diikuti dengan gaya bahasanya yang jauh lebih mudah diikuti ketimbang Fahrenheit 451. Mungkin karena itulah, aku lebih merasa kalau buku ini setidaknya memiliki tingkat yang sama dengan Fahrenheit 451. Menerka-nerka bagaimana masa depan dari pandangan penulis pada tahun 1950an.
sumber |
Kalau dari penceritaan, karena buku ini merupakan kumpulan 18 cerita pendek fiksi sains, aku rasa memang tepat jika dibuat menjadi pendek. Ada beberapa hal dalam cerita yang kalau dibiarkan terlalu panjang, malah menjadi cukup membingungkan bagi para pembacanya. Cerita-cerita pendek inilah yang membuat pembaca jadi lebih mudah untuk memahaminya, meskipun kosa katanya tidak sepenuhnya merupakan kosa kata yang biasa kita dengar.
Plot
Di sini Bardbury bermain-main dengan permainan waktu. Memang, secara garis besar Bardbury menggunakan latar waktu di masa depan seperti tahun 2155 tetapi ada juga bagian dimana Bardbury kembali menggunakan latar waktu masa lampau, seperti tahun 1930 atau 1948 (sebelum buku ini dipublikasikan). Tetapi permainan waktu dari masa depan dan masa lalu itu sesungguhnya saling berkaitan (untuk lebih lengkapnya silahkan baca ceritanya ya...).
Ada cerita yang dikisahkan dari sudut pandang orang pertama, namun ada juga yang diceritakan dari sudut pandang orang ketiga serba tahu. Semua cerita dalam buku sekana-akan berdiri sendiri, padahal jika pembaca bisa jeli, ada satu benang merah yang seakan-akan membuat mereka sebenanrnya saling berhubungan.
Penokohan
Disini aku tidak terlalu banyak menuliskan bagaimana tokohnya ya, karena semua tokoh yang ada dalam buku ini seakan-akan menjadi suatu sindiran akan keberadaan manusia masa kini. Misalnya saja ada tokoh yang kemudian berfilsafat kalau sebenarnya manusia itu tidak pernah ada, yang ada hanyalah ruang dan waktu saja. Atau tokoh yang bisa pergi kemanapun, kapanpun dengan menggunakan mesin waktu namun kemudian terjebak di suatu.
Ray Bardbury menggambarkan para tokohnya sebagai sifat manusia yang bisa mempertanyakan eksistensi dirinya di bumi (dan kemudian menyerang planet Mars), manusia sebagai sosok yang serakah, manusia sebagai sosok yang tidak mau tahu dengan apa yang terjadi selain yang terjadi pada dirinya sendiri.
Ohya, for your information, di dalam buku ini ada tokoh Poe dan sastrawan terkenal lainnya yang merasa mereka sudah dibunuh dengan cara dibakar buku-bukunya (coba baca Fahrenheit 451). Aku rasa, titik berat dari buku ini malah para tokoh yang menggambarkan ego manusia itu sendiri yang selama ini kurang kita sadari.
Ide Cerita
Aku suka dengan ide ceritanya!!
Sebelumnya, ke-18 cerita pendek tersebut berjudul:
The Veldt, Kaleidsocope, The Other Foot, The Highway, The Man, The Long Rain, The Rocket Man, The Fire Balloons, The Last Night of The World, The Exiles, The Particular Night or Morning, The Fox and The Forest, The Visitor, The Concrete Mixers, Marionettes, Inc, The City, Zero Hour, The Rocket.
Sebelumnya, ke-18 cerita pendek tersebut berjudul:
The Veldt, Kaleidsocope, The Other Foot, The Highway, The Man, The Long Rain, The Rocket Man, The Fire Balloons, The Last Night of The World, The Exiles, The Particular Night or Morning, The Fox and The Forest, The Visitor, The Concrete Mixers, Marionettes, Inc, The City, Zero Hour, The Rocket.
sumber |
Sungguh. Penulis pada tahun 1950an yang bisa menceritakan suatu kejadian beratus-ratus tahun ke depan dengan membayangkan bahwa manusia akan bisa pindah ke Mars dan kejadian-kejadian di bumi yang lainnya. Misalnya pada cerpen yang berjudul The Fox and The Forest dimana manusia bisa merancang liburannya ke masa lampau untuk kemudian merasakan sensainya berdiri (atau bahkan berfoto) dengan tokoh terkenal seperti Napoleon dan Colombus. Atau pada cerpen yang berjudul Marionettes, Inc ketika manusia bisa membuat robot kloningnya yang sama persis, malah memiliki perasaan dan akal juga.
Untuk yang berjudul Zero Hour, cerpen tersebut menginspirasi Steven Spielberg untuk membuat serial televisi berjudul The Whisperers.
Buku ini terlalu keren, bagaimana Bardbury kemudian menyisipkan pendapatnya tentang hidup, mati, perjalanan ruang angkasa yang di sisi lain malah mematikan manusia itu sendiri.
Saran Shiori-ko:
Kalau kamu punya duit lebih, aku menyarankan kamu untuk membeli buku ini. Terutama kamu yang menikmati fiksi sains seperti karya H.G. Wells. Kurang lebih, apa yang ada di dalam 18 cerita pendek itu hampir mirip dengan The War of The World, bedanya Bardbury bisa membuatnya lebi keren dan lebih mendetil untuk menyindir kehidupan manusia (yang belum kita sadari hingga kini).
No comments:
Post a Comment