Penulis: Adithya Mulya
Jumlah halaman: 263 halaman
Tahun terbit: 2014
Penerbit: Gagasmedia
Format: e-book
Harga: gratis
Rating Shiori-ko: 2/5
Sinopsis:
Cowok lebih memilih kepada siapa cinta akan mereka berikan, hingga mampu mengejarnya. Cowok lebih baik menunggu atau memberi "kode" cinta.
Mengejar cinta tak semudah yang dibayangkan. Dimulai dari menentukan target yang pas. Lalu, mengumpulkan energi untuk momen pas "nembak" itu sering kali bikin mules.Bagaimana bila ternyata cinta itu tak berbalas? Duh, bisa jadi pingsan. Namun, mau tak mau, kita mesti menghadapi -- berani mengejar cinta atau hanya mampu menunggunya?
Resensi Shiori-ko:
Membaca buku ini baru kemarin, ketika menemani seorang teman menyelesaikan materi pamerannya padahal sudah punya buku ini di Google Play Books semenjak ulang tahun Gagasmedia ke-12 (yang mana mereka membagi-bagikan beberapa e-book gratis).
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Mungkin, bisa dikatakan kalau buku ini mencoba untuk menyuguhkan sebuah kisah dalam bentuk komedi sehingga dari segi gaya bahasa maupun kosa kata dibuat seringan mungkin. Ada selipan lelucon pada sebagian besar ceritanya. Sampai-sampai pembaca langsung dapat atu kalau buku ini bukanlah novel cinta-cintaan yang serba serius.
Penyampaiannya pun juga ringan. Namun kadang aku suka lepas dengan cerita. Terutama pada dialog-dialog yang melinat lebih dari 2 tokoh. Adhitya Mulya tidak suka memberikan keterangan siapa yang berkata.
Plot
Plot awalnya mundur, dengan mengenang kenangan masa lalu tokoh utama. Kemudian baru beranjak maju menceritakan kisah cintanya si Gege. Cerita ini dikisahkan dari sudut pandang orang ketiga serba tahu. Sayangnya alur berjalan tidak terlalu mulus. Aku sendiri merasa ada beberapa plot hole yang terasa aneh dan janggal.
Penokohan
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Gege. Dia seorang produser di salah satu stasiun radio swasta di Jakarta. Dalam buku ia dideskripsikan sebagai sosok yang kurang tampan, biasa saja dan berteman dengan rekam kerja yang sama gilanya. Ia seperti jomblo ngenes, seakan tidak ada wanita yang mau mendekat. Namun gairah hidupnya tiba-tiba meningkat karena wanita pujaan hatinya semasa muda dulu berkantor di gedung sebelah.
Tokoh wanita dalam buku ini ada dua (dan sisanya pembaca sudah bisa menebak akan seperti apa). Yang satu bernama Caca. Dikisahkan dialah yang memiliki paras paling cantik satu sekolah. Seperti bunga yang paling indah, Caca seringkali diperhatikan oleh banyak laki-laki, termasuk Gege.
Tokoh perempuan yang satu lagi bernama Tia. Rekan kerja Gege yang juga sama gilanya dengan dia. Tia lebih terlihat ceria ketimbang Caca. Kalau dari deskripsi yang ada di buku sih, tokoh Tia ini tidak begitu jaga image ketika di depan Gege (atau malah sebenarnya dia hanya salah tingkah ya?)
Ide Cerita
Seperti kebanyakan novel pada umumnya, ada satu pria dan dua tokoh wanita dan terjadi adalah cinta segitiga. Gege menginginkan Caca namun di satu sisi ternyata Tia memendam rasa. And I won't tell you Gege lebih memilih siapa. Yang aku sayangkan dari cerita ini adalah masalah plot hole, dimana dia bisa lompat untuk langsung suka pada Caca dan begitu pula sebaliknya. Padahal Caca lama sekali tidak bertemu Gege, bahkan Caca tidak menyadari siapa Gege itu sebelum Gege menceritakan bahwa dirinya sudah lama mengamati Caca semenjak mereka pada sekolah yang sama. Belum lagi (menurutku) proses jatuh cintanya Caca pada Gege yang agak terlalu dipaksakan (agar cerita cepat selesai mungkin?). Gege pada awalnya digambarkan sebagai seseorang yang tidak terlalu punya tampang (aku sendiri membayangkan kalau Gege itu orang yang tambun...) bisa-bisanya Caca jatuh cinta hanya alasan nyaman yang juga tidak membutuhkan waktu lama dalam proses pendekatan mereka.
Belum lagi hampir sebagian besar bukunya dicertiakan dalam bentuk drama radio. Cukup unik sih. Tapi aku pribadi tidak cukup nyaman. Hampir sama ketika aku membaca Twivortiare, aneh, banyak yang dengan sengaja aku lompati. Untuk akhir ceritanya sebenarnya lucu dan memang itu tidak mungkin. Tapi for the sake menghibur pembaca, jadi ya sah-sah aja. Toh ini adalah buku fiksi.
Ide cerita yang standar dan sayangnya juga eksekusi yang tidak terlalu halus.
Saran Shiori-ko:
Jangan berkespektasi akan mendapatkan kisah cinta yang manis dan membuat kamu jatuh cinta dengan tokoh utamanya. Karena yang ada malah akan mati tertawa (meskipun ada beberapa yang tidak lucu juga sih). Sayangnya, buku ini juga tidak terlalu mengangkat nilai yang cukup kuat untuk bisa diaplikasikan dalam kehidupan pembacanya. Kalau cuma sebatas hiburan pembunuh waktu saja, aku rasa tidak salah kalau membaca buku ini.
Boleh bagi e-book nya?
ReplyDeletesaya dapat ebooknya ketika Gagasmedia punya promo ebook gratis via Google PlayBook :)
DeleteLucu ember bukunya
ReplyDelete