Penulis: Imelda Bachtiar
Jumlah halaman: 240 halaman
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahun terbit: 2015
Format: paperback
Harga: Rp. 59.000 di Togamas
Rating Shiori-ko: 2.5/5
Sinopsis:
Diaspora Indonesia adalah setiap orang Indonesia yang tinggal di luar negeri -- baik yang asli maupun keturunan -- apapun status hukum, bidang pekerjaan, latar belakang etnis, dan kesukuannya. Sekalipun demikian, kecintaan mereka terhadap Indonesia tidak pernah luntur.
Buku Diaspora Indonesia, Bakti untuk Negeriku adalah rekam jejak sejarah dan dokumentasi perjuangan membangun koneksi warga Indonesia di perantauan guna memberikan sumbangsih terbaik bagi negeri kelahiran yang selalu dicintai dalam jiwa dan raga: Indonesia. Buku ini juga berisi tuturan pengalaman para diaspora Indonesia di mana pun mereka berada.
Resensi Shiori-ko:
Tengah asik stalking dari satu akun Twitter ke akun Twitter yang lain, mendaratlah aku pada satu akun Twitter orang Indonesia yang tengah berada di Belanda. Dalam Twitter itu, ia mengunggah fotonya membawa buku ini. Penasaran, aku cari lebih jauh dan ternyata masih baru. Syukurlah, di toko buku diskon kesayangku, buku ini sudah tersedia. Tanpa banyak berpikir, setelah aku menyelesaikan buku yang sebelumnya, aku memutuskan untuk membaca buku ini.
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Khas dengan bagaimana buku-buku terbitan Penerbit Buku Kompas. Lebih banyak dan lebih condong untuk mendiskusikan hal-hal yang serius ketimbang menggunakan bahasa penyampaian yang bisa dimengerti orang awam. Sejak awal membuka buku ini, membaca bagian pengantar dan pendahuluan yang ditulis oleh orang-orang penting di Indonesia, sudah bisa ditebak kalau buku ini bukanlah sekedar buku yang ditujukan kepada mereka yang baru ingin tahu apa sih Diaspora itu.
Gaya bahasanya sangat lugas, jelas, padat, dan berbobot. Dari gaya bahasa hingga penyampaiannya sudah terlihat sekali bahwa aura yang ingin diciptakan adalah aura yang serius. Kosa kata yang dipilih pun juga menunjukkan bahwa buku ini ditujukan kepada mereka yang selama ini sudah terbiasa membaca bacaan berbobot, seperti Harian Kompas. Walaupun memang pada awal buku telah diberi sedikit definisi dan penjelasan mengenai istilah penting yang sekiranya akan terus bermunculan dalam buku, tetapi tetap saja pembaca awam tidak terlalu bisa untuk menikmati buku ini. Minimal, siapapun yang membaca buku, dari gaya bahasanya pun terlihat membidik mereka yang meiliki latar belakang pendidikan yang cukup mumpuni, atau minimal senang membaca hal-hal yang berat pula.
Desain dan Tata Letak
Sebenarnya sangat formal, sudah sangat khas Penerbit Buku Kompas. Dari pemilihan font type hingga font size-nya pun semuanya sentuhan Penerbit Buku Kompas. Namun, yang sedikit berbeda ialah ada beberapa bagian yang memiliki desain halaman yang tidak sekedar warna putih polos. Halaman-halaman khusus tersebut membicarakan tentang hal-hal penting seperti undang-undang mengenai Dwikewarganegaraan atau sekedar pidato dari orang-orang penting mengenai Dwikewarganegaraan.
Tidak hanya tulisan saja, buku ini juga dilengkapi dengan foto. Mungkin untuk sedikit mengurangi kesan serius yang muncul dari rentetan huruf dan istilah yang agak sulit untuk dimengerti. Foto-foto tersebut disediakan beberapa halaman khusus. Foto yang ditampilkan pun beragam. Dari Konferensi Diaspora Indonesia pertama hingga ketiga dan juga foto Warga Negara Indonesia yang mendukung aturan Dwikewargenaraan.
Syukurlah, dari segi penampilan fisik, buku ini tidak membuat sakit mata.
Ide Buku
Seperti yang sudah aku sampaikan di atas bahwa ketertarikan muncul karena hasil stalking dan kebetulan aku cukup tertarik dengan keadaan para diaspora Indonesia yang mengharumkan nama bangsa. Membaca sinopsis di kaver belakang buku, aku kira buku ini akan membahas mengenai apa yang membuat diriku penasaran.
Faktanya: tidak. Itulah mengapa aku memberikan hanya 2.5 bintang dari 5. Aku memang bisa menghabiskan buku ini dalam waktu semalam meskipun aku katakan juga di awal kalau buku ini memiliki bahasan yang cukup berat. Sebagian besar buku ini menjelaskan tentang pentingnya Pemerintah Indonesia (diwakili oleh DPR) mengamandemen Undang-Undang tentang Dwikewarganegaraan. Dijelaskan pula oleh penulis dengan memperbolehkan para diaspora Indonesia memiliki Dwikewarganegraan maka kontribusi yang bisa diberikan oleh mereka terhadap bangsa juga akan lebih banyak. Penulis membeberkan pula bahwa Indonesia Diaspora Network (IDN) kini tengah membangun bank data untuk memudahkan memetakan keberadaan para diaspora Indonesia. Tidak sampai disitu saja, IDN juga membuat program kerja yang berfokus pada beberapa bidang dan sejauh apa progresnya kini.
Saran Shiori-ko:
Kalau kamu ingin membaca buku ini karena merasa buku ini bisa membeberkan padamu siapa-siapa saja para diaspora Indonesia yang sudah banyak mengharumkan Indonesia, kamu mungkin tidak kusarankan untuk membaca buku ini. Jangan pula, membaca buku ini karena bisa menghiburmu. Tidak. Buku ini memang memberikan pengetahuan baru, tetapi bahasannya cukup berat.
No comments:
Post a Comment