Thursday, December 31, 2015

Estetika Banal & Spiritualisme Kritis

Penulis: Erik Prasetya & Ayu Utami
Jumlah halaman: 152 halaman
Tahun terbit: 2015
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Format: paperback
Harga: Rp 45.000 di Gramedia
Rating Shiori-ko: 5/5
Sinopsis: 


Sebuah dialog fotografi dan literatur dalam 13 bagian.


Resensi Shiori-ko:

Kalau istilahnya, aku mengalami apa yang dinamakan sebagai binge reading atau book hangover. Yakni suatu keadaan dimana pikiranku masih berada dalam bayang-bayang bacaan yang sebelumnya. Setelah jatuh cinta dengan pemikiran Ayu Utami pada buku Simple Miracles: Doa dan Arwah, aku teringat kalau Ayu bersama suaminya pernah membuat sebuah proyek yang terdengar menyenangkan. Lucunya adalah, suaminya, Erik Prasetya, adalah salah satu fotografer yang dikagumi oleh pacarku. Dan aku pun baru tahu kalau beliau adalah suami dari Ayu Utami dari akun Ask.Fm milik Afutami. Dengan bekal pengetahuan seadanya mengenai siapa itu Erik Prasetya dan perasaan jatuh cinta dengan pemikiran Ayu Utami, maka tanpa pikir panjang aku langsung membeli buku ini untuk aku nikmati kedalaman pemikiran pasangan suami-istri ini.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Erik dan Ayu punya caranya masing-masing untuk mengungkapkan apa yang mereka pahami sebagai "Estetika Banal" dan "Spiritualisme Kritis. Keduanya menggunakan bahasanya masing-masing untuk menjelaskan kedua konsep (atau bagi mereka, teori). Mereka berdua memiliki kesamaan dalam hal kosa kata. Mereka pandai merangkai kata-kata menjadi suatu narasi yang tampak luarnya sederhana, padahal makna yang tersirat lebih dalam dan jauh lebih mengena. Masih sama seperti buku Simple Miracles, buku yang merupakan proyek berdua ini sesungguhnya menyampaikan pesan yang jauh lebih kompleks, yang seakan mengkritisi apa yang terjadi belakangan ini pada sebagian masyarakat: sudah tidak ada lagi sisi humanis. 

Buku ini terdiri dari 13 bagian yang bila dikali 2 sama dengan 26 tulisan. Penyampaian Erik & Ayu tergolong unik. Tulisannya berdampingan. Pembaca bisa memilih untuk membacanya sesuai dengan penulis, atau membaca seperti layaknya buku pada umumnya. Padahal buku ini memiliki layout, sisi kiri untuk Erik dan sisi kanan untuk Ayu. Ketika pembaca membacanya tanpa mempedulikan bagian siapa itu yang tengah bertutur, pembaca akan menemukan perasaan yang "indah". Mereka berdua bisa menjadi satu jiwa yang sama, instead mereka adalah individu yang berbeda. Penyampaian inilah yang membuatku lagi-lagi takjub dengan pasangan Erik & Ayu.

Isi Buku
Buku Estetik Banal & Spiritualisme Kritis jangan diharapkan sebagai buku yang bisa memberikan inspirasi "wah". Insight dari Erik dan Ayu menurutku cukup mendasar. Erik dan Ayu menjelaskan esensi tentang hubungan antarmanusia, hanya saja Erik menggunakan kacamata fotografer dan Ayu sebagai penulis. Keduanya sama-sama saling mengisi dan pada akhirnya urun pendapat atas pendapat masing-masing tentang apa itu "Estetika Banal" dan "Spiritualisme Kritis". Mereka tampak seperti menjelaskan dua hal yang berbeda. Nyatanya, dua konsep tersebut saling mengisi, saling memberi penjelasan satu sama lain. Maka, seperti apa yang aku katakan sebelumnya, tulisan ini menjadi seperti refleksi Erik dan Ayu: mereka satu jiwa namun dalam dua tubuh berbeda. Mereka meyakini hal-hal esensial dalam hidup manusia yang suda lama diabaikan begitu saja.

Sayangnya , aku tidak bisa menjelaskan secara panjang lebar tentang isi buku ini. Buku ini terlalu indah bagiku dan benar-benar beyond words. Aku berkali-kali takjub dengan bagaimana dua orang ini bisa menciptakan esai yang sesungguhnya saling mengisi satu sama lain, malah bagiku saling melengkapi. Namun, yang perlu diingat, buku ini tampaknya mudah dicerna, namun sebenarnya ada yang lebih dalam maknanya ketimbang tulisan Erik dan Ayu. Mereka tidak sekdar mengemukakan pendapat, mereka seakan berbicara pada pembaca, memberikan pandangan yang baru tentang sisi humanis kehidupan manusia.

Oh iya, jangan lupakan kalau Erik Prasetya sesungguhnya seorang fotografer. Tentu, buku ini juga dilengkapi dengan foto-foto hasil jepretan Erik sebagai pelengkap dan mempercantik tulisan. Buku ini dilengkapi pula dengan bagian tanya dan jawab kepada Erik dan Ayu tentang hal-hal dimana Erik dan Ayu punya pemahaman versi mereka sendiri. Selanjutnya, buku ini ditutup oleh katalog buku Erik dan Ayu. Sebelum kamu membeli buku ini, supaya kamu tahu kalau buku ini memiliki konsep flip flop. Kedua sisi sampul buku ini merupakan sisi depan. Satu untuk tulisan yang berbahasa Indonesia dan satu lagi tulisan dengan bahasa Inggris.

Saran Shiori-ko:
Kalau kamu ingin tahu kolaborasi indah, apalagi Erik & Ayu adalah pasangan suami istri, buku ini bisa menjadi pilihan. Namun, untuk dapat memahaminya perlu usaha yang cukup besar, terutama bagi mereka yang belum pernah membaca tulisan Ayu maupun tulisan Erik. Tapi dengan harga yang dibawah Rp 50.000 dan full color, buku ini tampaknya layak untuk dibaca dan dimiliki.

1 comment:

  1. sudah lama masuk wishlist tapi belum kesampaian buat dibaca. aakkk! tulisan Ayu Utami memang tak perlu diragukan lagi. I'm also a big fan of her writing. :D

    ReplyDelete