Penulis: Ayu Utami
Jumlah halaman: 177 halaman
Tahun terbit: 2014
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Format: paperback
Rating Shiori-ko: 4/5
Sinopsis:
Spiritualisme kritis adalah penghargaan pada yang spiritual tanpa mengkhianati nalar kritis.
Buku pertama seri ini adalah kisah nyata satu keluarga; satu anggotanya dapat berkomunikasi dengan arwah; seorangnya lagi berusaha bersikap kritis namun terbuka terhadap gejala itu. Suatu ketika si pelihat menyebutkan jadwal wafat ibunda tercinta. Ibu akan meninggal pukul delapan tiga hari lagi...
Informasi tentang masa depan ataupun dunia roh menggelisahkan dan membikin rentan manusia. Ada yang memburunya, ada pula yang sama sekali menutup diri terhadapnya. Simple Miracles bercerita tentang keajaiban-keajaiban sederhana berkenaan dengan doa, kematian, dan arwah; serta bagaimana nalar mencoba mencernanya.
Resensi Shiroi-ko:
Buku ini sudah lama direkomendasikan oleh ibu. Katanya, buku ini memiliki pesan yang menarik yang memberikan sudut pandang baru terhadap apa itu hidup dan mati. Kebetulan, mood-ku setelah membaca Tuesdays with Morrie tampaknya belum mau pergi. Teringat rekomendasi dari ibu, kenapa tidak sekalian membacanya saja?
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Jujur saja, buku ini adalah buku Ayu Utami pertama yang aku baca. Bukannya berupa fiksi sastra melainkan lebih ke arah penceritaan pribadi kehidupan Ayu Utami dengan hal-hal berbau astral, termasuk mempertanyakan kematian dan kemanakah arwah setelah itu. Aku akui, membaca Ayu Utami tidak semudah ketika aku membaca tulisan Mitch Albom, apalagi membaca novel young adult yang selalu menjadi favoritku. Membaca Ayu Utami di sini seperti halnya membaca suatu hal yang cukup berat, berbobot, namun tidak menjadi sok berisi. Maka dari itu, dibutuhkan endapan pengetahuan terlebih dahulu di kalangan pembaca supaya dirinya tidak kebingungan ketika membaca Ayu Utami.
Apakah gaya bahasanya sulit? Apakah kosa katanya rumit? Apakah cara penyampaiannya terlalu berputar-putar? Tidak. Ketiganya bagiku tidak ada yang sulit. Hanya saja, memaknai apa yang tersirat ketimbang yang tersurat pada tulisan Ayu Utami tidak sesederhana itu. Bagi yang hanya membaca sekilas, buku ini seakan hanya berupa narasi mengenai kehidupan Ayu Utami dan juga perihal kematian orang-orang terdekatnya. Tetapi, yang ada di dalamnya lebih dari itu. Ayu Utami menyajikan perspektif berbeda tentang pandangan akan doa dan arwah dan kebiasaa manusia untuk mengucapkan selamat tinggal pada yang sudah tiada. Itu semua rasanya hanya ada jika pembaca bisa memaknai yang ada di balik tulisan yang tersurat itu.
Plot
Alkisah Ayu Utami menuturkan tentang kehidupannya. Bukan semata-mata tentang bagaimana dirinya dibesarkan, namun bagaimana Ayu Utami mengalami perluasan pandangan terhadap hal yang astral dan yang tidak. Maka dari itu, Ayu Utami tidak mengambil plot yang maju-mundur. Ayu menuturkan secara bagian per bagian, namun semuanya terstruktur rapi.
Isi Buku
Tidak sembarang orang yang bisa membaca Simple Miracles tanpa dirinya merasa terancam. Tidak semua orang yang membaca Simple Miracles dan berakhir menghargai pandangan Ayu Utami. Sebab, Ayu tidak hanya blak-blakan mengenai pemikirannya, namun juga memberikan tanggapan akan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh manusia sepeninggal arwah dari jasadnya. Seperti misalnya melakukan tahlilan. Ayu Utami merupakan penganut Katolik, namun hal itu tidak membuatnya serta merta menilai kalau yang lain buruk. Ayu Utami membeberkan beragam pandangan dan kemudian mengomentarinya. Sederhana? Tidak. Yang Ayu Utami jelaskan sesungguhnya tidak sesederhana itu.
Dari setiap bagian per bagian, sebenarnya Ayu Utami tengah mempertanyakan keberadaan mereka yang astral pun mempertanyakan apa sebenarnya dibalik kematian. Apakah arwah tersebut langsug pergi ke dunia lain, atau masih berada bersama kita hanya saja tidak bisa dilihat karena dimensi bentuknya yang sudah berbeda. Yang Ayu Utami tampilkan benar-benar, bagiku, membuatku ikut berpikir. Jangan harapkan adanya insight seperti tulisan Mitch Albom. Yang ada hanyalah pendapat pribadi Ayu Utami yang terstruktur secara rapi dan enak dibaca. Siap-siap terkaget-kaget dengan wawasan Ayu Utami dan penjelasannya yang mungkin bagi sebagian besar dari kita belum pernah memikirkannya.
Resensi Shioir-ko:
Aku tidak berani merekomendasikan buku ini kepada semua orang. Seperti yang sudah aku tulis, butuh endapan pengetahuan dan kebesaran hati untuk dapat membaca buku ini. Pandangan-pandangan baru yang disuguhkan oleh Ayu Utami tidak sesederhana yang kita baca pertama kali. Tapi, sekalinya bisa memahami tulisannya, aku rasa kamu akan jatuh cinta dengan pemikiran Ayu Utami.
sudah memasukkan buku ini dalam wishlist tapi belum kesampaian juga membacanya. jatuh cinta dengan tulisan pun pemikiran Ayu Utami sejak membaca Pengakuan Eks Parasit Lajang (lalu Saman, Larung, dan Si Parasit Lajang). tak bisa dipungkiri Ayu Utami merupakan salah satu dari (hanya) segelintir yang bisa memaparkan pemikiran kritisnya secara apik.
ReplyDeletenice review, anyway! ^^