Penulis: Tami Hoag
Jumlah halaman: 434 halaman
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Signet
Format: mass market paperback
Harga: Rp 34.000 di Periplus
Rating Shiori-ko: 4/5
Sinopsis:
In her terrifying new novel, The 9th Girl, New York Times bestselling author Tami Hoag (Down The Darkest Road) brings back her inimitable investigators, Sam Kovac & Nikki Liska.
When Kovac and Liska investigate the cause of death of the ninth unidentified body to turn up in Minneapolis in 2012, they discover a shocking fact: the victim, nicknamed Jane Doe 9, has been found without any identifiable characteristics.
This case takes the two detectives deep into the life of a teenage girl who wanted nothing more than to be 'normal' – her twisted family background, the bullies who tormented her, and the haunting details of a young love that just may hide the secret of Jane Doe 9's terrible fate.
Resensi Shiori-ko:
Akhirnya kembali lagi bersua dengan salah satu penulis kisah kriminal favoritku, Tami Hoag. Setelah sebelumnya merasa kecewa dengan tulisan The Girl on The Train yang bagiku begitu dipaksakan, aku rindu dengan sentuhan Tami Hoag dan kejutan dalam setiap kisahnya. Kebetulan, buku The 9th Girl termasuk dalam daftar diskon akhir tahun toko buku Periplus.
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Aku sudah beberapa kali membaca tulisan Hoag dan aku suka dengan gaya penceritaannya. Menggunakan kosa kata yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu kasar (jika dibandingkan dengan tulisan Gilan Flynn), pembaca bisa mengikuti bagaimana cerita bergulir. Hoag juga bukanlah tipikal penulis yang suka bertele-tele dan memberikan terlalu banyak deskripsi yang bisa melemahkan cerita, Hoag suka langsung mengutarakan apa yang sekiranya bisa membuat pembaca semakin penasaran tanpa perlu mengulur-ulur plot. Intinya, Hoag jago membuat pembaca jadi ingin terus membaca tanpa perlu menambahkan hal-hal yang membuat cerita menjadi bak drama Korea.
Plot
Alurnya digambarkan dengan alur yang maju terus tanpa ada kesempatan untuk membawa pembaca secara khusus pada momen di saat pembunuhan itu terjadi. Kalaupun ada, itu berupa kesaksian atau testimoni para tokoh yang memiliki keterkaitan langsung dengan kejadian, atau bahkan tokoh polisi tersebut. Buku ini diceritakan menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu sehingga pembaca bisa lebih tahu dengan apa yang terjadi di sekeliling para tokoh ketimbang hanya mendapatkan informasi dari tokohh itu sendiri.
Tokoh
Membaca serial petualangan detektif Kovac dan Liska adalah pengalaman baru.
Kovac merupakan detektif yang lebih suka to the point ketimbang mencoba mendekati dengan perkataan yang halus. Kovac lebih terlihat terburu-buru dan penuh semangat. Namun, meskipun begitu, Kovac sebenarnya perhatian dengann rekannya, Liska. Ia seringkali mengingatkan Liska untuk minimal menjaga diri dan anak-anaknya dari pelaku pembunuhan yang belum jelas siapa dia.
Sedangkah Liska adalah seorang janda dengan 2 orang putera. Hidupnya keras karena pekerajaan sebagai detektif tidak memiliki jam kerja yang pasti sehingga ia seringkali meninggalkan puteranya bersama seorang pengaruh. Putera pertamanya bernama Kyle yang berusia 15 tahun dan yang paling kecil bernama R.J. Keduanya terlihat tidak masalah dengan keadaan Liska yang jarang punya waktu untuk anak-anaknya, namun baik Liska maupun Kyle dan R.J sebenarnya sama-sama menyimpan rahasia yang tinggal menunggu waktunya untuk meledak.
Kovac dan Liska adalah pasangan detektif yang menakjubkan. Keduanya bisa saling mendukung dan memiliki panggilan "sayang" tersendiri. Bahkan Liska mengakui, kalau ia seperti menikahi Kovac tanpa adanya hubugan seksual. Keduanya saling melindungi dan melengkapi.
Ide Cerita
Seperti biasa, tidak mungkin tulisan Tami Hoag tidak memiliki plot ganda. Meskipun permainan plot bukanlah kekuatan dari buku ini, ternyata akhir buku membuatku jadi terkejut. Kisah pembunuhan seorang gadis yang tidak diketahui siapa namanya dan juga asal usulnya memberikan petunjuk baru untuk kisah pembunuhan dengan modus serupa yang sudah terjadi selama 8 kali dan meresahkan warga karena pelaku belum juga tertangkap. Ada tekanan dari media, pers, dan masyarakat yang memaksa para polisi untuk bekerja lebih keras atau bakal ada lagi korban-korban berikutnya.
Tidak hanya bermain dengan tindak kriminialitas saja, Hoag juga pandai bermain dengan emosi para pembacanya. Menggunakan sosok dan kisah hidup Liska yang harus juga mengurus kedua anaknya memperlihatkan kepada pembaca bahwa menjadi wanita karir sangat tidak mudah. Apalagi Liska juga wajib datang ke acara sekolah Kyle supaya ia tidak merasa malu (atau dipermalukan oleh teman sekelasnya). Liska seperti cerminan bagaimana perjuangan seorang ibu untuk membuat anak-anaknya menjadi lebih bahagia daripada dirinya.
Saran Shiori-ko:
Ya ini saran yang sangat subyektif sih karena aku memang suka dengan Tami Hoag. Meskipun buku ini merupakan buku keempat kisah petualangan detektif Kovac dan Liska, tetapi kamu bisa tetap membacanya tanpa harus membaca ketiga bukunya yang terdahulu. Petualangannya seru. Ohya, aku juga heran mengapa Tami Hoag suka sekali menggunakan nama tokoh yang tidak Amerika Serikat (seperti Kovac dan Liska, misalnya) ya?
No comments:
Post a Comment