Penulis: Laurie Halse Anderson
Jumlah halaman: 210 halaman
Tahun terbit: 2011 (diterbitkan pertama kali 1999)
Penerbit: Square Fish
Format: paperback
Harga: Rp 99.000 di Books & Beyond
Rating Shiori-ko: 4/5
Sinopsis:
The first ten lies they tell you in high school.
"Speak up for yourself--we want to know what you have to say." From the first moment of her freshman year at Merryweather High, Melinda knows this is a big fat lie, part of the nonsense of high school. She is friendless, outcast, because she busted an end-of-summer party by calling the cops, so now nobody will talk to her, let alone listen to her. As time passes, she becomes increasingly isolated and practically stops talking altogether. Only her art class offers any solace, and it is through her work on an art project that she is finally able to face what really happened at that terrible party: she was raped by an upperclassman, a guy who still attends Merryweather and is still a threat to her. Her healing process has just begun when she has another violent encounter with him. But this time Melinda fights back, refuses to be silent, and thereby achieves a measure of vindication. In Laurie Halse Anderson's powerful novel, an utterly believable heroine with a bitterly ironic voice delivers a blow to the hypocritical world of high school. She speaks for many a disenfranchised teenager while demonstrating the importance of speaking up for oneself.
Speak was a 1999 National Book Award Finalist for Young People's Literature.
Resensi Shiori-ko:
Entah sudah berapa kali aku lihat judul buku ini direkomendasikan oleh beberapa situs. Banyak yang mengatakan juga kalau buku ini termasuk buku wajib yang harus dibaca. Penasaran? Tentu saja. Ketika aku tidak sengajar mampir ke Books & Beyond, aku melihat buku ini dan takjub karena harganya tidak sampai Rp 100.000 (apalagi aku punya kartu anggota Books & Beyond sehingga aku mendapatkan diskon 10%!).
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Jangan heran dan jangan kaget. Buku ini begitu eksplisit dalam mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dengan tokoh utamanya, Bagaimana kasarnya Melinda, sang tokoh utama, menggambarkan perasaannya saat ia terperangkap dalam pemikirannya sendiri ataupun ketika ia harus berinteraksi dengan orang lain. Memang, bagi sebagian besar orang, mereka akan merasa tidak nyaman untuk membaca buku yang begitu blak-blakan mengungkapkan masalah dari remaja saat ini (meskipun diterbitkan pertama kali tahun 1999, masalah yang ada masih relevan di zaman sekarang).
Kosa katanya tidak begitu mudah dipahami oleh mereka yang tidak terbiasa membaca buku dengan sentuhan Amerika Serikat yang kental. Ada banyak istilah yang bersifat slang. Penulis mencoba untuk mendekatkan diri dengan para pembaca mudanya, sehingga kosa katanya pun disesuaikan dengan bagaimana mereka selama ini berinteraksi satu sama lain.
Meskipun tidak terlalu smooth, tetapi penyampaiannya masih enak untuk diikuti oleh pembaca. Kalau diamati memang agak melompat-lompat, tetapi bagiku hal tersebut malah lebih baik ketimbang pennulis membuat buku ini terasa panjang dan bertele-tele dengan penjelasan yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keseluruhan cerita.
Plot
Lagi-lagi aku hampir terjebak dengan bagaimana sinopsis tersebut menawarkan sebuah premis. Awalnya aku kira, buku ini akan membawa pembaca pada suatu akibat yang disebabkan karena suatu peristiwa yang membuat seseorang menjadi tidak mau menjadi terbuka. Tetapi ternyata dugaanku salah, Plot dalam buku ini bergerak maju dan mundur yang mana pembaca tidak diberitahu kapan plot tersebut sedang bergerak maju, dan kapan plot tersebut bergerak mundur. Tibda-tiba saja, konflik muncul, kehidupan Melinda menjadi agak sulit. Mungkin, karena ingin memberikan efek kejutan itulah, maka penulis tidak memberikan tanda-tanda kapan plot maju dan kapan mundurnya.
Penokohan
Yang menjadi isu utama dari buku ini adalah mengenai Melinda, tokoh utama yang entah mengapa tidak mau berbicara terbuka. Ia meyakini bahwa setiap sekolah setidaknya memiliki 10 kebohongan yang mereka coba tanamkan kepada para siswanya. Melinda tidak mau terperangkap dalam kebohongan tersebut karena ia pernah merasakan hal yang tidak menyenangkan ketika ia bercerita terus terang: ia tidak dipercaya.
Melinda seringkali dianggap aneh oleh teman-teman di sekolahnya sehingga ia selalu terlihat seperti seseorang yang tidak punya teman. Rachel/Rachelle, mantan teman baiknya mencampakannya begitu saja ketika sekolah mereka menerima siswa pertukuran pelajar dari negara lain, Heather, salah satu murid pindahan dari negara bagian lain, hanya memanfaatkannya untuk banyak hal. Tidak heran jika Melinda tidak memiliki tempat duduk tetap di kantin sekolahnya.
Apa yang dilalui oleh Melinda cukup berat. Hubungan dengan teman-temannya tidak berjalan baik, apalagi setelah ada kejadian tersebut (yang sayangnya iya sendiri telat menyadari), kedua oragntuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan. Guru-guru juga merasa kalau Melinda tidak terlalu istimewa, atau lebih tepatnya tidak memiliki hal yang menonjol: tidak begitu cantik dan tidak begitu pintar.
Isi Buku
Mengenai bagaimana sekolah di Amerika Serikat sana beserta bullying-nya sepertinya sudah bukan hal yang bisa dirahasiakan dan disimpan rapat-rapat. Kompetensi guru-gurunya dan bagaimana mereka memperlakukan para siswanya juga sepertinya sudah banyak diketahui. Tetapi mungkin yang kurang adalah bagaimana orang dewasa tersebut berusaha untuk memahami apa yang menjadi masalah para siswanya, para remaja tersebut.
Jangan kaget ketika membaca buku ini, yang ada malah decak-decak keheranan karena tidak menyangka bahwa siswi SMA bisa seperti itu. They don't do (only) about drugs, tetapi ada lagi yang membuat mereka merasa insecure.
Melinda begitu kaget ketika tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan maklum jika ia merasa trauma. Ia tidak tahu harus kemana karena ia merasa tidak memiliki seorang teman. Bahkan, gurunya saja sangat bisa tidak percaya padanya dan mengatakan padanya kalau itu semua hanya rekayasa. Maka dari itu, Speak menjadi topik yang dibahas disini: bagaimana orang dewasa hendaknya menanggapi cerita para remaja. Apalagi yang seperti Melinda. Bagi dirinya saja, mendapatkan konflik yang seperti itu sudah membuat hidupnya terombang-ambing, apalagi kalau ia bercerita dan tidak ada yang percaya?
Buku ini benar-benar memiliki makna yang dalam bagiku. Meskipun aku sendiri tidak merasakan berada di dalam keadaan Melinda, tapi setidaknya aku pernah tahu bagaimana perasaan menjadi orang yang kesulitan untuk mengungkapkan yang sebenarnya, entah karena takut hal tersebut melukai hati lawan bicaranya atau takut tidak dipercaya.
Saran Shiori-ko:
Dengan harga yang terjangkau, nilai buku ini melebihi hal tersebut. Ringannya buku ini bukan menjadi tanda kalau apa yang tertulis di dalamnya bersifat dangkal.
No comments:
Post a Comment