Saturday, July 8, 2017

Summer Days and Summer Nights


Di tahun 2014, sebuah kumpulan cerita dengan tema musim dingin diluncurkan. Desain sampulnya begitu menarik. Pun dengan para penulis yang mengisi buku tersebut. Ditengok lagi, penyuntingnya adalah salah satu penulis young adult yang digandrungi, Stephanie Perkins. Di tahun 2016, buku dengan tema musim panas pun diluncurkan. Sentuhan dan citra yang diberikan masih sama dengan buku My True Love Gave to Me, meskipun nama para penulisnya tentulah berbeda. 


Beda cinta musim dingin, beda pula cinta di musim panas. Itulah yang ingin ditonjolkan dalam 12 kumpulan cerita pendek tersebut. Berhasil dengan My True Love Gave to Me, maka 2 tahun kemudian terbitlah Summer Days and Summer Nights ini. Rasa-rasanya tidak perlu mengganti sang penyunting kecuali para kontributornya.


Penyunting: Stephanie Perkins
Jumlah halaman: 388 halaman
Tahun terbit: 2016
Penerbit: St. Martin's Griffin
Format: hardcover
Harga: Rp103.000 (Summer Sale Periplus)
Rating Shiori-ko: 3/5
Sinopsis:

Maybe it's the long, lazy days, or maybe it's the heat making everyone a little bit crazy. Whatever the reason, summer is the perfect time for love to bloom. Summer Days & Summer Nights: Twelve Love Stories, written by twelve bestselling young adult writers and edited by the international bestselling author Stephanie Perkins, will have you dreaming of sunset strolls by the lake. So set out your beach chair and grab your sunglasses. You have twelve reasons this summer to soak up the sun and fall in love.

Featuring stories by Leigh Bardugo, Francesca Lia Block, Libba Bray, Cassandra Clare, Brandy Colbert, Tim Federle, Lev Grossman, Nina LaCour, Stephanie Perkins, Veronica Roth, Jon Skovron, and Jennifer E. Smith

***

Apa yang diinginkan pembaca dari sebuah kumpulan cerita? Ya, adanya perasaan menyenangkan dan juga campur aduk. Sama seperti sebuah musim panas yang bisa memberikan perasaan bak naik roller coaster. Itulah yang ingin ditunjukkan (kembali) oleh Stephanie Perkins melalui kumpulan cerita Summer Days and Summer Nights. Hanya saja bedanya, latar belakang dari semua cerita tersebut adalah pada saat musim panas.

Kedua belas penulis yang ikut menyumbang cerita mungkin bagi sebagian besar orang belum pernah mereka baca novelnya. Dengan kata lain, buku ini juga ikut mengenalkan beberapa penulis young adult yang sebenarnya memiliki karya yang tidak kalah bagus namun kurang diekspos. Ambil contoh nama Jon Skovron. Terutama di Indonesia, cukup sedikit yang tahu dan pernah membaca novelnya.

Summer Days and Summer Nights memiliki komposisi yang menarik. Praduga awal ketika membaca buku ini ialah bahwa semua cerita yang ada di dalamnya adalah antara tokoh laki-laki dengan perempuan. Lupa, bahwa banyak sekali penulis young adult yang berusaha menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Terlebih, beberapa penulis yang mengangkat tema tentang LGBT menyajikan hal positif: mereka diterima di tengah keluarganya. 

Untuk beberapa penulis yang sudah kita kenal karya-karyanya secara luas (alias sudah familiar di kalangan pembaca Indonesia), pasti mampu mengidentifikasi gaya penulisannya. Misalnya tulisan Cassandra Clare yang tidak pernah lepas dari genre fantasi. Meskipun kisah cinta yang mereka tuliskan memiliki satu tema yang sama, mereka tidak kehilangan sentuhan personalnya.

Mengapa hanya bintang 3 saja kalau begitu? Sayangnya, ada beberapa cerita yang cukup membosankan. Mengikutinya memang masih nyaman. Plotnya rapi dan tertstruktur. Namun ada beberapa hal yang membuat mengantuk. Seperti misalnya akhir cerita yang mudah ditebak. Alhasil, hanya sedikit yang berkesan.

Untuk sebuah buku bacaan di kala musim panas, rasanya buku ini menggoda karena desain sampulnya yang cantik serta nama-nama para penulis, Selebihnya, tidak begitu menjadi alasan untuk memiliki buku ini secara fisik.

No comments:

Post a Comment