Saturday, July 29, 2017

The Dinner


Seakan sudah menjadi kebiasaan, setiap kali ada karya dalam satu genre yang begitu fenomenal, akan ada pihak yang melakukan pelabelan terhadap karya lain. Seperti, the next Hunger Games atau label-label lain. The Dinner misal. Tertera pada desain sampulnya tulisan, the next Gone Girl. Ya, Gone Girl karya Gillian Flynn tersebut kini memiliki subordinat. Ada yang mengatakan bahwa The Dinner adalah Gone Girl versi Eropa.

Belum berhenti di situ saja. Popularitas The Dinner juga semakin naik berkat diangkatnya judul novel karya Herman Koch tersebut ke layar lebar. Dibintangi oleh Richard Gere ternyata filmnya tidak begitu menuai pujian. 



Penulis: Herman Koch
Jumlah halaman: 356 halaman
Tahun terbit: 2017 (pertama kali terbit 2009)
Penerbit: Bentang Pustaka
Format: paperback
Rating Shiori-ko: 2/5
Sinopsis:

Menu:
Minuman pembuka:
Pink champagne dengan salam hangat pertemuan.
Hidangan pembuka:
Lobster saus tarragon dan jamur, dihidangkan bersama sepotong tanya tentang kabar.
Hidangan utama:
Filet ayam guinea, dengan hidangan samping sekerat keju ricotta, dan seiris kasus pembunuhan.
Hidangan penutup:
Parfait cokelat dengan berry pilihan dan sebuah kejutan penuh darah.

Ketika Paul dan Claire menerima undangan makan malam dari Serge dan Barbette, perjumpaan mereka yang menyenangkan perlahan berubah menyeramkan. Semua bermula ketika kedua anak mereka terlibat dalam kasus pembunuhan. Di antara denting garpu dan pisau, mereka mencari cara untuk mengubur kasus tersebut dalam-dalam.

Akan tetapi, alih-alih menemukan solusi, mereka justru menyingkap konflik keluarga, membongkar rahasia masa lalu, dan menguak aib busuk di balik topeng mereka sebagai manusia yang beradab. Sekarang, yang ada di benak mereka adalah mencari cara untuk menyelamatkan diri masing-masing. Lantas, sejauh mana mereka akan berbuat untuk melindungi orang-orang yang mereka sayangi?

***

The Dinner dibuka dengan adegan dimana Paul Lohman, yakni salah satu tokoh dan narator cerita ini memulai kisahnya untuk menuju jamuan makan malam. Acara tersebut diusulkan oleh Serge Lohman, kakaknya yang juga seorang politikus yang akan maju dalam bursa Perdana Menteri di Belanda. Pada bab awal diceritakan bagaimana ia dan istrinya memikirkan mengenai acara makan malam itu. Terkait pakaian yang akan dikenakannya, undangan yang tiba-tiba, pilihan restoran yang bagi Serge terlalu mencolok hingga pikiran Paul terhadap putranya, Michel.

Cerita pun beralih menjadi bagaimana Paul dan istrinya mendapatkan perlakuan yang bagi Paul, kurang menyenangkan. Paul pun memperlihatkan sisi pribadi dirinya. Dan itu diikuti oleh deskripsi Paul terhadap orang-orang terdekatnya, terutama istri dan anaknya.

Namun yang menjadi titik utama dalam The Dinner adalah semua pandangan Paul tentang keluarga Lohman yang lain. Serge, Babbette, dan tentu saja putra dan putrinya. Paul menjelaskannya dengan maju dan mundur. Sembari setiap hidangan disajikan, Paul kemudian menceritakan pengalaman yang dialami dengan keluarga Lohman tersebut. Terutama sang kakak yang masih berambisi untuk menjadi seorang Perdana Menteri Belanda. 

Keluarga Lohman dalam adaptasi Hollywood The Dinner // sumber
Diberi judul The Dinner tentu dengan sebab. Kalau Paula Hawkins dengan The Girl on the Train menggunakan perjalanan kereta sebagai medium untuk bercerita, Herman Koch menggunakan alur sebuah pengalaman fine dining sebagai medianya. Di sela hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup selalu ada cerita yang semakin lama semakin gelap. Semakin membuka tabir dari masing-masing Lohman, tidak hanya Serge saja. 

Selain itu, Herman Koch juga menyinggung tentang perilaku orang-orang Belanda di negara-negara tetangga. Sebuah pengetahuan baru untuk mereka yang hanya mengetahui Belanda secara umum. Dan jujur saja, apa yang dituliskan oleh Herman Koch cukup mencengangkan. Sebuah permasalahan sosial yang tidak disangka juga terjadi di Eropa.

The Dinner berbahasa asli Belanda dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Bentang Pustaka selaku pemilik hak terjemahan dan penerbit, untungnya melakukan translasi dengan baik. Tidak ada kata-kata yang terasa janggal meskipun beberapa menggunakan bahasa asing seperti istilah dalam restoran.

Sayangnya, label the next Gone Girl yang ada pada halaman sampul aku rasa terlalu berlebihan. Maaf sekali, tetapi The Dinner tidak bisa disandingkan dengan Gone Girl. Plot twist yang dihadirkan dalam The Dinner malah menjadi hal yang biasa saja. Dan sesungguhnya sudah dapat diperkirakan. Apalagi karena kisah ini hanya berputar di antara keluarga Lohman saja.

No comments:

Post a Comment