Sunday, March 3, 2019

Big Bad Wolf Jakarta 2019: Preview Sale


Tulisan terakhir tentang Big Bad Wolf terhenti di tahun pertama saja. Ketika itu, Big Bad Wolf datang di Indonesia dan semesta berkehendak agar aku datang di hari pembukaannya. Di tahun kedua hingga tahun ketiga, hanya sekadar menyempatkan diri untuk hadir. Meskipun, tetap saja pulang dengan membawa timbunan baru. Padahal buku-buku dari BBW sebelumnya juga belum tuntas dibaca.


Saat Big Bad Wolf Jakarta 2019 akhirnya resmi digelar, aku sudah mengantisipasi untuk hadir di hari libur dan tidak menjadikannya sebuah kewajiban. Kalau bisa datang ya syukur, kalau tidak juga tidak menjadi suatu masalah. Lagipula, aku sedang berusaha mengendalikan diri untuk tidak terlalu banyak menimbun buku (baik fisik dan digital).

Namun ternyata, what goes around comes around. Dalam versiku, besarnya cinta terhadap buku yang aku miliki menjadi daya tarik atas kerja semesta. Sengaja tidak mengikuti beragam kuis dan mendaftar menjadi member BBW demi tiket Preview Sale, eh, dapat juga dari mitra kantor. 

Sobat Transportasi Umum

Aku ditemani oleh rekanku, Vania Decone, sesama Senior Content Strategist di kantor. Selain karena ini memang pekerjaan, kami juga sering berhubungan secara personal dengan mitra satu ini (yang Alhamdulillah super baik sekali!). Kami memutuskan untuk menuju ICE BSD, tempat BBW Jakarta 2019 berlangsung dengan menggunakan transportasi umum.

Mulai dari menggunakan KRL Commuter Line dan turun di Stasiun Cisauk (dengan drama gerbong kereta yang selalu penuh) dan dilanjutkan dengan menggunakan BSD Link. Tidak susah kok, dari exit tap Stasiun Cisauk ada skybridge yang terhubung oleh terminal transportasi intermoda BSD Link ini. Karena ternyata pada waktu itu hanya ada BSD Link menuju AEON Mall, jadilah kami menuju AEON Mall terlebih dahulu. Padahal, kalau mengacu pada arahan secara resmi dari BBW Jakarta 2019, mereka sudah menyiapkan shuttle bus yang langsung bisa mengantar pengunjung ke ICE BSD.

Vania Decone, rekanku sebagai sesama Senior Content Strategist. 
Dari AEON Mall BSD ke ICE BSD sebenarnya hanya 900 meter. Pilihannya ada dua: jalan kaki atau menggunakan shuttle bus dari AEON ke ICE. Kami memilih yang pertama. Hitung-hitung mengeksplorasi jalur baru.

Tiba di ICE, BBW Jakarta 2019 ini berlokasi di Hall 6 hingga Hall 10. Kami disambut oleh antrean orang-orang yang mau menukarkan email dengan tiket Preview Sale. Cukup panjang juga ternyata ya....

Menyisir dan Kalap!

Kami masuk dari area Hall 6 yang rupanya berisi kardus-kardus yang belum dibuka sebelum akhirnya kami menemukan hamparan buku yang menyenangkan itu!

*kemudian lupa ambil foto karena masing-masing dari kami langsung menuju area incaran dan kalap*

Aku sendiri melipir ke area fiksi dan menyisir dengan perlahan. Bergerak bagaikan ular mengincar tikus untuk mengetahui siapa tahu ada judul yang selama ini sudah aku incar. Dari pengamatanku, ragam buku yang tersedia di area fiksi jauh lebih banyak ketimbang tahun lalu. Bahkan, aku beberapa kali bergumam kesal karena buku-buku yang sudah aku miliki (dan tentunya, membeli dengan harga asli) ternyata sudah tersedia di BBW Jakarta 2019. Misalnya novel Morgan Matson yang berjudul The Unexpected Everything. Aku masih ingat betul, aku bersedia membelinya di Gramedia dengan harga yang lebih mahal karena di Periplus dan Kinokuniya belum ada. Eh, dua tahun kemudian, sudah ada di BBW Jakarta 2019 dengan edisi desain sampul yang lebih menawan. 

Fiction hightlight yang aku sering lihat di berbagai web perbukuan (seperti Buzzfeed Books)
Tidak hanya untuk novel Morgan Matson saja. Novel-novel Rainbow Rowell pun juga demikian. Desain sampul untuk Fangirl yang tersedia adalah yang berwarna kuning (yang jarang ditemui di pasaran). Ah, tapi untuk apa membeli lagi jika aku sudah punya satu eksemplar, bukan? 

Selama menyisir area fiksi, aku tidak menemukan buku karangan John Green. Sebuah kebetulan! Sebab, setiap tahun, pasti ada buku dari John Green. Tapi tidak dengan trilogi Hunger Games maupun The Maze Runner. Rasanya BBW Jakarta 2019 ini punya beribu-ribu stok untuk judul itu. 

Mungkin karena faktor usia juga, setelah menyisir area fiksi, kaki ini pegal juga jika harus menyisir area non-fiksi. Maka, aku langsung melompat ke sub-kategori yang memang menarik minatku seperti area Reference, Economic and Business, Self-Help, dan History. Di area tersebut rupanya bukunya juga lebih baru dari tahun lalu. Ada beberapa judul yang menarik (terutama tergoda karena desain sampulnya yang cantik) namun aku mengurungkan niat. Teringat bahwa ada beberapa buku non-fiksi yang harus aku baca untuk dibahas di kantor.

Fiction highlight yang sering kali menjadi incaran di toko buku

Selama kurang lebih 3 jam di dalam hall, kami memutuskan untuk menyudahi perjalanan BBW Jakarta 2019 ini. Syukurlah, antrean di kasir belum terlalu mengular. Kami hanya menunggu 1 pembeli sebelum akhirnya kami dilayani. 

Jastip oh Jastip...

Tapi, membicarakan BBW Jakarta 2019 belum lengkap tanpa adanya jastip (jasa titip). Di BBW Jakarta 2019 Preview Sale, sudah barang tentu ada banyak jastip yang bergerilya. Mereka memang mengambil buku dalam jumlah banyak dan menggunakan troli, bahkan koper pribadinya untuk menampung buku-buku tersebut. Ada pula yang baru mulai mometret di area Hall. Dari yang bermodal ponselnya saja hingga benar-benar membawa DSLR. Mungkin karena masih Preview Sale, kehadiran jastip ini belum banyak dan tidak mengganggu kami. 

Singkat cerita, kami berhasil membawa pulang tidak lebih dari 10 buku. Sebuah kemajuan pribadi untukku! Yah, tahu sendiri, aku tidak punya budget khusus untuk membeli buku (dan itu salah besar!) sehingga apa yang menggodaku, ya itu yang akan aku beli. Di tahun ini, syukurlah aku bisa mengendalikan diri untuk tidak langsung menyambar apa saja.

Berhasil hanya beli 4 buku saja!
Eh, ketinggalan. Di tahun 2019, BBW Jakarta menggandeng brand Taylor Fine Goods (TFG) sebagai mitra mereka untuk merchandise. Yang aku sesalkan adalah, aku tidak membeli tote bag Big Bad Wolf. Padahal ada promo buy 1 get 1 free

Untuk yang belum sempat ke BBW Jakarta 2019: tidak perlu terlalu ngoyo. Kalau memang sempat, silakan. Tapi jangan dipaksakan. Seperti kata Marie Kondo, jangan-jangan kita tidak perlu membeli lagi?

Dan terima kasih untuk mitra kami, Expose Communication atas hadiahnya!

Vania Kondo, begitulah kami menyebutnya. Karena ia sering mengingatkan untuk membeli hal-hal yang kita butuhkan saja

No comments:

Post a Comment