Penulis: Windry Ramadhina
Jumlah halaman: 328 halaman
Tahun terbit: 2014
Penerbit: Gagasmedia
Format: paperback
Harga: Rp. 50.000 di Gramedia
Rating Shiori-ko: 4/5
Sinopsis: dikutip dari Goodreads
Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.
Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.
Korban buaian permainan diksi Windry yang asik dan akhirnya membaca sebuah karya terbarunya. Selain karena resensi mengatakan bahwa buku ini juga tidak kalah bagusnya dengan judul sebelumnya.
Gaya Bahasa dan Kosa Kata
Siapapun yang sudah pernah membaca karyanya Windry Ramadhina pasti paham betul bagaimana cara dia meramu kata-kata sehingga menjadi nyaman untuk dibaca. Ringan. Namun tentu saja, ukan Windry namanya kalau tidak bermain dengan istilah baru dalam bukunya. Kali ini dengan tema mengenai dunia kuliner khususnya kue, pembaca diajak mengetahui lebih banyak istilah dalam dunia tersebut. Tenang saja, meskipun di dalamnya ada perpaduan bahasa Italia maupun Perancis, tetapi kali ini pembaca dibantu dengan catatan kaki. Syukurlah, pemberian penjelasan tersebut (bagiku) sudah menuruti aturan sebagaimana mestinya.
Plot
Kembali lagi aku beri tahu, pola dan gaya penceritaan Windry bagiku dapat mudah dikenali, dan untuk pembaca setianya aku rasa sudah kenal dengan bagaiamana plot ini berjalan. Maju dan mundur. Mundur untuk menjelaskan latar belakang tokoh sekaligus yang memberikan pencerahan pembaca terhadap sebab si tokoh berada pada posisi tersebut. Meskipun, untukku ceritanya lumayan mudah tertebak (hint: auranya hampir sama dengan Looking for Alaska-nya John Green).
via rebloggy.com |
Penokohan
Unik! Diceritakan menggunakan sudut pandang orang pertama yang ternyata memiliki saudara kembar. Jangan bingung dulu! Sudutnya tidak berubah, tetap tokoh An lah naratornya. Keberadaan Arlet, kembaran An, juga kuat (wajar sih, namanya juga kembar pasti saling menguatkan). Sedangkan tokoh seperti Julian juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Namun bagiku, meski Jinendra dihadirkan sebagai tokoh utama juga (ya nggak sih?) sosoknya kurang mendominasi. Kisahnya kurang banyak disinggung. Tetapi, memunculkan dua tokoh laki-laki dan dua tokoh perempuan sepertinya bisa dianggap sebagai ide yang bagus kan?
Yang Menarik
Tanpa aku sadari, salah satu ciri khas Windry adalah dia selalu memberi informasi kepada pembacanya perihal arti di balik nama tokoh-tokoh utamanya. Dan percayalah, pasti berhubungan dengan ide utama cerita.
Ohya, ini juga hal yang kusuka. Windry seakan (eh tapi memang sih) menyisipkan kisah tokoh dari bukunya yang lain. Kalau pembaca sudah pernah membaca buku-buku sebelum karya terbarunya ini, pasti akan cepat mengerti di bagian manakah kisah itu ;) Semacam trivia tapi aku suka (dan tentu menarik)!
Windry tidak hanya menulis untuk menghibur pembacanya, namun juga mengedukasi. Apalagi kalau tidak dengan menebarkan banyak informasi baik itu hanya sebatas istilah maupun tata cara akan suatu hal. Tampaknya ia memang sosok yang suka berbaggi ya. Aku tidak membayangkan seperti apa riset yang dilakukannya sebelum menulis cerita ini (dan aku yakin, dia akan butuh seorang pustakawan, percayalah!).
Saran Shiori-ko:
Iya ini bias, tapi aku jatuh cinta dengan Windry Ramadhina (ditambah ia menyebutkan nama Ken Hirai dalam cerita!! Oh, jangan lupakan ia suka dengan Laruku <3). Kalau kamu mau mencicipi rasa asam manis suatu cerita, aku rasa buku ini tidak rugi untuk kamu baca.
No comments:
Post a Comment