Saturday, March 28, 2015

Sharp Objects

Jumlah halaman: 396 halaman
Tahun terbit: 2013
Penerbit: Crown Publishing Group
Format: paperback
Harga: Rp. 121.000 di Periplus.com
Rating Shiori-ko: 3/5
Sinopsis: 

Fresh from a brief stay at a psych hospital, reporter Camille Preaker faces a troubling assignment: She must return to her tiny hometown to cover the murders of two preteen girls. For years, Camille has hardly spoken to her neurotic, hypochondriac mother or to the half-sister she barely knows: a beautiful thirteen-year-old with an eerie grip on the town. Now, installed in her old bedroom in her family's Victorian mansion, Camille finds herself identifying with the young victims—a bit too strongly. Dogged by her own demons, she must unravel the psychological puzzle of her own past if she wants to get the story—and survive this homecoming.


Resensi Shiori-ko:
Memanfaatkan hadiah voucher elektronik yang senilai Rp. 100.000 dari lomba Dare to Blog, aku ingin mencoba lagi tulisan Gillian Flynn. Setelah bertanya-tanya kepada seorang teman, aku memantapkan diri untuk membeli buku ini.

Gaya Bahasa, Kosakata, dan Penyampaian
Aku tidak menyangka kalau ternyata tulisan Flynn pada buku ini tidak sesulit bukunya yang Gone Girl. Biasanya aku membutuhkan 50 halaman pertama untuk beradaptasi, tapi pada Sharp Object aku bisa langsung berada dalam "sepatu" tokoh utama. 

Masih khas Gillian Flynn, kosakata yang digunakan tetaplah kasar dan blak-blakan. Begitu pula dengan cara penyampaian yang tidak bertele-tele. Sedikit sekali maksud-maksud kiasan yang tertulis. Pembaca bisa langsung memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Secara perlahan Flynn membongkar siapa tokoh utama dan permainan kata-katanya "menyesatkan". 

Faktor penggunakan diksi yang membuatku menyarankan kalau buku ini lebih baik dibaca oleh pembaca dewasa. Kasar dan cukup mengintimidasi. Aku saja pada awalnya tidak menyangka kalau buku ini akan begitu "harsh". Siap-siap saja jika sebelumnya selalu membaca yang "baik-baik".

Plot
Permainan yang dilakukan oleh Flynn untuk mengkonstruksikan latar belakang tokoh adalah maju dan mundur. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, Flynn memberikan gambaran baik dari masa lalu tokoh utama dan ketika si tokoh utama mencoba mengoreksi dirinya sendiri. Kadang aku merasa bingung karena tidak begitu terlihat bedanya antara plot mundur dan plot yang maju (bahkan untuk tulisan koran itu sendiri). Tetapi aku rasa, jika pembaca benar-benar bisa mengikuti dari awal, tidak akan menemukan kebingungan.

via www.imgkid.com

Penokohan
Tokoh utamanya bernama Camille Preaker, bekerja dalam salah satu media cetak di Chicago. Disebabkan oleh persaingan bisnis yang ketat, atasannya mengutus Camille melakukan liputan di Wind Gap, kampung halamannya. Camille Preaker diceritakan bahwa dirinya menolak untuk pulang, yang berarti ia harus kembali ke rumah orang tuanya. Hubungannya dengan ibu dan ayah tirinya tidak baik. Awalnya aku kira karena ibu Camille memutuskan untuk menikah lagi. Tapi ternyata tidak. Cara Flynn menggambarkan Camille ternyata cukup mengerikan. Pembaca akan mengetahui bahwa ada yang salah dengan diri Camille sejak bab-bab awal. 

Tokoh yang cukup kuat lainnya adalah Adora, ibu Camille, dan Amma, adik tiri Camille. Keduanya seakan memiliki alasan mengapa Camille bersikukuh untuk tidak pulang ke Wind Gap. Semua latar belakang tokoh diceritakan dari mata Camille, membuat pembaca jadi ikut curiga dengan apa yang dicurgai oleh Camille. 

Masih sama dengan Gone Girl, kekuatan yang Flynn tekankan untuk buku ini adalah terletak pada kekuatan tokohnya. 

Ide Cerita
Gillian Flynn memang seorang penulis yang suka bermain-main dengan keadaan psikologis tokoh. Untuk buku Sharp Object ini tidak hanya satu tokoh saja yang memiliki kelainan mental dan jiwa, malah ada 3 tokoh sekaligus! Masing-masing digambarkan dengan berbeda-beda, begitu pula tingkat efek sampingnya pada lingkungan sekitar. 



Tidak hanya itu, permainan Flynn juga menyangkut pada akhir cerita. Awalnya aku merasa bahwa pelaku semua kejahatan tersebut sudah bisa aku tebak. Namun, ketika aku akan merasa bahwa cerita sudah mau habis, ternyata masih ada suatu hal yang disimpan oleh Flynn, yang cukup mengagetkan karena pembaca merasa tidak memperhatikan hal itu sejak memulai membaca.

Saran Shiori-ko:
Kalau kata temanku, buku ini membuat kamu tidak bisa berhenti membaca. Kalau aku bilang, buku ini biasa saja. Hanya sekumpulan cerita dari tokoh yang memiliki kelainan secara psikologis, mendapati peran yang berbeda-beda, kemudian berkumpula dalam waktu dan tempat yang salah. Aku tidak merasa adanya rasa tegang ataupun ketakutan. Tidak ada bagian yang membuatku berhenti membaca saking kagetnya dengan <i>plot twist</i> yang ditambahkan oleh Flynn. Hanya hiburan semata.

No comments:

Post a Comment