Saturday, July 4, 2015

Selamat Ulang Tahun ke-12, Gagasmedia



Happy birthday Gagasmedia yang ke-12!



Karena Gagasmedia lagi baik hati seiring dengan bertambah usianya (semoga makin bijak juga ya!), kabarnya akan berbagi paket buku untuk para blogger sebagai bentuk terima kasih karena para blogger sudah mau beli - baca - dan nulis resensinya (sok tahu aja sih ini mah...). Untuk bisa mendapatkan hadiah paket buku itu, para blogger diwajibkan menjawab 12 pertanyaan nih. Sudah siap?

1. Sebutkan 12 judul buku yang paling berkesan setelah kamu membacanya!

Ada kutipan yang berkata bahwa memilih satu buku favorit kepada mereka yang hobinya membaca sama dengan bertanya kepada seorang ibu, mana anak yang paling disayanginya. So, this is the tough question... 12 Buku yang beruntung itu adalah (tidak diurutkan berdasarkan ketentuan apapun)



Looking for Alaska (John Green) - Permainan emosinya yang sungguh campur aduk belum lagi plot ceritanya yang bagiku unik.

And Then There Were None (Agatha Christie) - Novel detektif pertama yang aku suka yang mana dalam cerita tersebut tidak ada tokoh detektifnya. Dan sejak saat itu, aku jadi membaca buku-buku Agatha Christie

Fangirl (Rainbow Rowell) - Takaran manisnya yang menyenangkan, bahkan kamu bisa jatuh cinta dengan tokoh lelakinya.

The Hunger Games Trilogy (Suzanne Collins) - Buku dystopia pertama yang aku baca dan it turns out so wonderful! Gara-gara cinta dengan buku ini, aku bahkan mengangkat topik skripsi mengenai buku dengan genre dystopia



Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari) - Gara-gara cuplikan ceritanya selalu ada di lembar ujian Bahasa Indonesia dan membuatku penasaran seperti apa kisah selengkapnya. Akhirnya, aku malah jatuh cinta dengan tulisan Ahamad Tohari.

Geliat Islam di Rusia: Catatan Diplomat Indonesia (M. Aji Surya) - Aku yang selama ini hanya tahu bahwa Rusia adalah negara yang tertutup, karena membaca buku ini aku jadi tahu kalau mereka sebenarnya sudah terbuka, hanya saja masih belum sepenuhnya.

Sabtu Bersama Bapak (Adhitya Mulya) - Apalagi kalau bukan bagaimana para tokoh lelaki dalam cerita tersebut benar-benar sosok suami idaman?

Trilogi Negeri 5 Menara (A. Fuadi) - Bahwa kekuatan keyakinan selalu berhasil membuat kita melakukan hal yang sebelumnya kita rasa tidak bisa.



Hannibal Tetralogy (Thomas Harris) - Bagaimana sebuah kesalahan fatal ketika kecil bisa membuat seseorang menjadi sangat jahat dan menjadi raja tega. Aku tidak mau bohong kalau aku juga jatuh cinta dengan sosok Count Lecter.

1984 (George Orwell) - Karena apa yang dituliskan oleh Orwell di dalamnya benar-benar terjadi di era kita sekarang.

Nasional.Is.Me (Pandji Pragiwaksono) - Masih ada pemuda yang optimis bahwa Indonesia bukanlah negara yang penuh keburukan. Dan Pandji membuktikannya.

Kangen Indonesia: Indonesia di Mata Orang Jepang (Hisanori Kato) - Mencintai negeri sendiri bisa dengan melihat Indonesia menggunakan kaca mata orang Jepang.


2. Buku apa yang membuatmu menangis? Kenapa?

Dibuat menangis oleh buku karena sisi emosionalku yang terlalu dominan ketimbang logika? Aku rasa aku bisa memberi jawaban, The Fault in Our Stars (John Green). Menggunakan sudut pandang Hazel Grace Lancaster yang mana merupakan tokoh utama ketika ditinggal meninggal oleh Augustus Water, aku rasa itu cukup menyedihkan. Well, lagi-lagi karena John Green memang jago mengaduk-aduk emosi pembacanya.



Sabtu Bersama Bapak juga begitu. Ikatan yang kuat antara dua anak lelaki yang sudah dewasa dengan ibundanya menurutku suatu momen yang cukup manis. Begitu pula dengan rekaman video yang sudah dipersiapkan oleh sang bapak untuk mendidik para putranya meskipun dirinya sudah tidak ada lagi di dunia. Memang benar, kasih orang tua memang tidak pernah lekang oleh waktu.

Sedangkan buku yang baru-baru ini aku baca dan membuatku menangis, yakni P.S. I Still Love You tepatnya pada adegan dimana sang ayah bertanya pada putrinya dan sang ayah merasa bahwa ia tidak bisa menjadi sosok orang tua yang baik. Menjadi orang tua tunggal memang tidak mudah, tetapi sang ayah terus berusaha agar kebutuhan batin putri-putrinya terpenuhi. Manis. Adegan tersebut terlalu manis. 

Untuk Sabtu Bersama Bapak dan P.S. I Still Love You memang terlihat bias sekali ya? Memang benar, sosok ayah adalah sosok raja, pahlawan, dan yang segalanya bagi seorang anak perempuan.


3. Apa quote dari buku yang kamu ingat dan menginspirasi?

Diambil dari novel Negeri 5 Menara: "man jadda wa jadda". Jujur, aku baru tahu peribahasa tersebut ya dari novel itu. Benar-benar menjadikan aku merasa bahwa aku harus fokus agar bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Usaha keras tidak akan mengkhianati hasil.

Yang kedua adalah kutipan dari buku Ahmad Tohari yang berjudul Di Kaki Bukit Cibalak yang berbunyi, "Hidup ini seperti anggapan kita. Bila kita anggap sulit, sulitlah hidup ini. Bila kita anggap menyenangkan, senanglah hidup ini." Secara tersirat mengungkapkan bahwa masalah hidup itu semua berasal dari bagaimana kita melihat hidup ini. Itu semua memang masalah sudut pandang. Dan itu membuatku merasa, aku harus mengondisikan diriku sendiri menjadi orang yang senang dan menyenangkan.



Ada juga kutipan dari Alanda Kariza dalam bukunya DreamCatcher, "Luck is preparation meets opportunity" yang mendorongku untuk terus berusaha dan bersiap akan kesempatan yang datangnya suka tiba-tiba. 


4. Siapakah tokoh dalam buku yang ingin kamu pacari? Hayo, berikan alasan kenapa kamu cocok jadi pasangannya. Hehehe.

well, setidaknya Mad sMikkelsen lebih tampan ketimbang Anthony Hopkins hehe...

Of course, Count Hannibal Lecter dari Tetralogi Hannibal (Thomas Harris)! Iya, iya, itu tokoh yang sudah terlampaui legendaris (apalagi gara-gara filmnya). Tetapi aku jatuh cinta dengan sosoknya yang dingin, irit bicara, anggun, namun cerdas luar biasa. Aku penasaran dengan buku apa yang dibacanya ketika senggang dan ketika ia dipenjara. Aku cocok dengannya karena aku merasa memiliki kemiripan seperti Agen Khusus FBI, Clarice Starling yang mengurus kasusnya (dan berakhir menikah dengannya). Aku juga merupakan orang yang membaca cukup banyak buku dan aku tertarik dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Count Lecter ini. Bukankah pria lebih suka apabila dirinya yang menjadi sentral dari suatu hubungan? Bukankah sebagai wanita, untuk menaklukan seorang pria ialah "memberi makan" egonya? Aku rasa aku bisa melakukan hal itu. Kami sama-sama memiliki ambisi. We both can be alphas. 


5. Ceritakan ending novel yang berkesan dan tidak akan kamu lupakan!

Dari novel Mockingjay, pamungkas trilogi The Hunger Games. Sepanjang buku itu diceritakan bahwa Peeta Meelark berada di tangan Capitol, alias menjadi tahanan Presiden Snow. Tim Mockingjay pun berusaha untuk menyelamatkan Peeta. Misi tersebut dirasa terlalu mudah karena tidak adanya kendala yang mereka hadapi ketika mereka menyusup ke dalam Captiol. Benar saja, ternyata Peeta telah diretas (hijacked) oleh ilmuwan-ilmuwan Capitol dengan membawa misi untuk membunuh Katniss. Namun, Katniss percaya bahwa cinta bisa membuat semuanya kembali seperti semula. Peeta tidak bisa disembuhkan, Katniss pun membuat permainan real or not real untuk mengembalikan ingatan Peeta akan kisah mereka berdua. Hingga pada akhirnya, ketika Peeta mengatakan kalau Katnis mencintainya, Katniss pun menjawab "real" -- bahwa ia memang benar mencintainya.



Akhir novel tersebut sangat berkesan bagiku, mengenai bagaimana seseorang yang sudah terlanjur sayang pasti akan berusaha sekuat apapun untuk membuat yang terkasihnya kembali. Termasuk Katniss. Endingya manis, tetapi tidak terlewat manis. Dan aku suka itu.


6. Buku pertama Gagasmedia yang kamu baca, dan kenapa kamu memilih itu?

banyak yang bilang, sekolah di luar negeri adalah suatu petualangan

Studying Abroad: Belajar Sambil Berpetualang di Negeri Orang. Buku yang ditulis oleh kak Windy Ariestanty dan Maurin Andri ini aku pilih ketika aku masih berada di bangku SMA. Iya, yang aku punya adalah edisi kaver yang pertama kali itu (kaver barunya juga tidak kalah menarik kok!). Aku membeli buku itu karena termakan oleh ambisi ku untuk "harus sekolah di luar negeri". Tergoda dengan desain kavernya yang bagus, aku meminta untuk dibelikan buku itu. Eh ternyata kok isinya juga menarik dan memang membantuku untuk dari mana sebaiknya memulai agar bisa sekolah di luar negeri. Bahkan, buku tersebut juga membahas mengenai bagaimana hidup di tanah orang, bagaimana mengatasi culture shock yang nanti akan dialami. Sebuah paket lengkap untuk aku, yang masih SMA, untuk tahu oh ternyata sekolah di luar negeri tidak hanya senang-senang doang ya. Dan gara-gara membaca buku ini, aku jadi tertarik dengan kak Windy Ariestanty, ingin tahu seperti apa sih sosoknya dan berlanjut membaca karya-karyanya yang lain.


7. Dari sekian banyak buku yang kamu punya, apa judul yang paling menarik, kenapa?

Yang paling menarik ya? Paling? Berarti hanya satu jawaban saja ya?



The Night Circus. Menarik versiku karena sebenarnya judul ini merepresentasikan sebuah atraksi sirkus yang hanya ada di malam hari, yang mana hal tersebut ada di luar negeri dan di masa lampau. Berbeda dengan yang ada di Indonesia bahwa atraksi sirkus kebanyakan berupa satu tenda besar, bukan tenda-tenda kecil. Membayangkan The Night Circus, aku malah membayangkan klip video milik Coldplay yang berjudul Magic. Kurang lebih itulah imajiku ketika mendengar judul tersebut. Simpel, namun ada sesuatu yang membuatku penasaran.


8. Sekarang, lihat rak bukumu...cover buku apa yang kamu suka, kenapa?

Tipe kaver yang suka sepertinya memiliki hal yang sama: font face yang digunakan dalam kaver. Ada dua kaver buku (buku dalam hal ini adalah buku dalam bentuk fisik). 



Yang pertama adalah buku Ahmad Tohari yang berjudul Di Kaki Bukit Cibalak (desain kaver baru). Warnanya sederhana, hanya gabungan dari warna hijau, dengan sketsa setengah badan dua orang duduk di kap mobil, sketsa dengan warna hitam. Di atasnya, menimpa gambar sketsa itu, ialah tulisan judul dnegan warna putih. Font face yang digunakan tampak seperti coretan menggunakan spidol marker. Tampak begitu nyata bagiku. 

Yang kedua adalah desain kaver milik To All The Boy's I've Loved Before dan P.S. I Still Love You. Desainnya hanya menggunakan foto model yang ditata apik, sangat ditujukan kepada pembaca perempuan, dengan dibubuhi judul yang seakan-akan berasal dari tulisan tangan menggunakan spidol marker


9. Tema cerita apa yang kamu sukai, kenapa?

Another difficult question. Bisa dikatakan aku membaca sesuai dengan mood. Tetapi yang paling lama hinggap dalam diriku adalah yang menggunakan tema misteri, kriminalitas, atau detektif. Contohnya seperti kisah petualangan Sherlock Holmes, karya Agatha Chrstie, atau kalau penulis lokal, seperti V. Lestari. Yang aku suka tentu saja karena alur cerita yang menawarkan ketegangan, akhir yang tidak bisa ditebak, ataupun kalau kita mau menebak, yang ada malah meleset semua. Karena menurutku kisah cerita yang bisa ditebak hanya lewat beberapa kalimat saja bukanlah suatu hal yang menarik, bahkan bagiku adalah cerita yang membosankan. Buat apa melanjutkan cerita yang sudah tertebak oleh kita? 

Pasangan Holmes - Watson yang ini yang paling ditunggu penggemar, kabarnya.

Alasan lain sih karena sedari kecil dikenalkan bacaan detektif oleh orang tua. Ayahku memberikan aku buku misteri untuk anak-anak yang paling aku ingat, berjudul Hawkeye Collins and Amy Adam (aku rasa hanya orang yang seusia ayahku saja yang tahu buku itu), belum lagi ibuku yang mengenalkanku dengan Agatha Christie, Sherlock Holmes, bahkan V. Lestari. Ohya, jangan lupakan juga buku-buku Enyd Blyton seperti Sapta Siaga atau Lima Sekawan. 

Jadi alasan yang paling mendasar ya karena cerita yang tidak tertebak itu tadi sih...


10. Siapa penulis yang ingin kamu temui, kalau sudah bertemu kamu mau apa?


seriously? can I meet my favorite author(s)?

Semuanya penulis lokal dan sayangnya jarang sekali mengadakan acara jumpa fans (atau semacamnya). 

Ahmad Tohari, tentu saja. Semenjak sukses menyelesaikan Ronggeng Dukuh Paruk, aku jatuh cinta dengan karyanya. Bagaimana beliau menyusun diksi-diski tersebut menjadi susunan kata yang sederhana namun indah, membuatku ingin tahu seperti apa sosok beliau sebenarnya. Aku ingin bertanya padanya bagaimana beliau melihat modernitas yang semakin lama semakin menggerus sifat alamiah suatu desa (guyub, rukun, gotong royong). Sebab aku merasa apa yang ditulis beliau di dalam karya-karyanya sebenarnya sebagai suatu sindiran bahwa modernitas membuat hal yang baik, yang merupakan akar sifat orang Indonesia, menjadi hilang karena ketamakan manusia. Aku penasaran dengan sudut pandang yang beliau gunakan dalam melihat kemajuan suatu bangsa. 

Kemudian ada bapak diplomat, M. Aji Surya yang menulis Geliat Islam di Rusia. Sungguh, tulisannya juga bagus, enak diikuti dan membuka cakrawalaku bahwa di Rusia pun umat Islam sesungguhnya masih bisa beribadah. Beliau seakan ingin memberi pencerahan kepada pembaca yang masih berasumsi kalau Rusia itu negara komunis yang tertutup, yang "jahat". Ternyata melalui tulisan beliau (beliau juga menulis buku lain selama menjadi diplomat di Rusia), aku jadi tahu apa yang selama ini ditangkap dengan salah oleh sebagian orang. 

Aku bukan orang yang banci foto, aku lebih tertarik dengan pribadi beliau-beliau tersebut, terutama dengan sudut pandang yang beliau gunakan untuk melihat negara kita, untuk membahas isu-isu terkini. Aku percaya, buku yang bagus adalah yang membuat pembacanya ingin berbincang dengan penulisnya. Aku pun juga begitu. Kalau ada kesempatan untuk bertemu dengan beliau, aku ingin berdiskusi banyak hal yang selama ini menjadi sorotan publik baik nasional maupun internasional.


11. Lebih suka baca e-book (buku digital) atau buku cetak (kertas), kenapa?

Alhamdulillah akhirnya ada pertanyaan yang bisa aku jawab langsung ya...

Printed book for sure!!!



Buku cetak, buku kertas, buku fisik atau apalah itu selama aku bisa mencium aroma kertasnya begitu aku buka dari bungkusannya. Buku cetak memang memakan ruang fisik yang tidak sedikit, bahkan harus diakali supaya semua koleksi yang dimiliki bisa muat. Tetapi itulah kesenangannya, ketika ada orang yang datang dan mengintip ruangan kita, mereka akan terpukau dengan koleksi buku cetak yang kita miliki. 

Aku memang masih berusia kepala 2, tetapi aku tidak sanggup untuk membaca terlalu lama menggunakan layar gadget mau itu ponsel ataupun tablet atau layar monitor komputer sekalipun. Mataku cepat lelah. Aku lebih memilih membaca printed book. Buku cetak pun tidak membutuhkan baterai supaya bisa diakses, jadi aku tidak perlu khawatir ketika aku berada di suatu tempat yang tidak ada aliran listriknya. 

Buku cetak tidak perlu di-zoom in agar aku bisa membaca, tidak perlu aku geser-geser agar semua tulisannya terlihat. Buku cetak sudah diciptakan untuk pas dengan ukuran mata dan penglihatan manusia. Tidak repot. Meskipun tidak simpel untuk dibawa-bawa karena berat, tetapi genggamannya begitu pas dengan tangan manusia. Itu yang membuat printed book lebih nyaman dibaca ketimbang e-book.

Yang biasanya paling dibanggakan sih, yakni ketika bisa menenteng buku cetak, membacanya di ruang publik, karena akan terlihat seperti sosok yang cerdas. Berbeda jika di ruang publik terlihat asyik dengan gadget meski itu tengah membaca buku (kecuali kalau kelihatan bawa Kindle ya), orang-orang masih menganggapnya seperti kebanyakan manusia lainnya, yang memilih untuk membunuh waktu dengan bermain gadget ketimbang membaca. Belum lagi ketika keluar dari toko buku dengan bangganya membawa tas plastik berisi buku-buku cetak, ada prestis yang terselip ketika melewati kerumunan orang (apalagi kalau belinya dari toko buku impor). 

Eits, tapi bukan berarti yang membaca e-book bukan termasuk golongan orang-orang keren ya. Semuanya keren kok selama mereka membaca buku! 


12. Sebutkan 12 kata untuk Gagasmedia menurutmu!

Glory
Outstanding 

Great
Adventurous
Gorgeous
Awesome
Superb
Magnificent
Enlightening
Delight
Incredible
Adorable

---

Fyuh, akhirnya terselesaikan juga menjawab 12 pertanyaan (kebanyakan adalah pertanyaan yang sulit). Ayey! Dan sekali lagi, selamat ulang tahun Gagasmedia! Semoga makin berjaya, makin murah juga harga bukunya, dan makin berkualitas novel-novelnya! (voice from an avid reader hihi :p) Dan semoga aku terpilih menjadi pemenang :3

3 comments: