Tuesday, September 29, 2015

Indonesia Etc.

Indonesia Etc.: Exploring the Improbable Nation
Penulis: Elizabeth Pisani
Jumlah halaman: 416 halaman
Tahun terbit: 2015
Penerbit: Granta Books
Format: paperback
Harga: Rp 189.000 di Periplus
Rating Shiori-ko: 3.5/5
Sinopsis:

In 1945, Indonesia's declaration of independence promised: 'the details of the transfer of power etc. will be worked out as soon as possible.' Still working on the 'etc.' seven decades later, the world's fourth most populous nation is now enthusiastically democratic and riotously diverse - rich and enchanting but riddled with ineptitude and corruption. Elizabeth Pisani, who first worked in Indonesia 25 years ago as a foreign correspondent, set out in 2011, travelling over 13,000 miles, to rediscover its enduring attraction, and to find the links which bind together this disparate nation. Fearless and funny, and sharply perceptive, she has drawn a compelling, entertaining and deeply informed portrait of a captivating nation.

Resensi Shiroi-ko:
Setelah menunggu dengan sabar dan menekan rasa ingin membeli ketika buku ini masih tersedia dalam bentuk hardcover, akhirnya tanpa sengaja aku menemukan edisi paperback terpajang cantik di gerai Periplus. Ditambah dengan stiker "new" pada segel plastiknya, membuatku tunduk pada nafsu (pemegang PEC Periplus mendapatkan diskon 10% untuk pembelian buku dengan stiker "new"). Buku ini pertama kali direkomendasikan oleh ayahku yang ketika itu ingin mengenalkan tentang Indonesia kepada siswi pertukaran pelajar yang tinggal di rumah. Alih-alih ia tertarik, malah aku yang tanpa sengaja merasa penasaran dengan apa yang ada di dalam buku ini.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyamapaian
Buku ini mungkin berada di antara travelogue dan esai mengenai Indonesia dari kacamata orang barat. Eliz, begitu ia memanggil dirinya sendiri, sebenarnya sudah pernah berada di Indonesia sebelum masa reformasi. Ia adalah jurnalis sekaligus penghubung yang tentu saja membuat buku ini menjadi lebih rinci membicarakan suatu hal yang berat, masalah politik misalnya. Jangan kaget jika beberapa kosa katanya ada yang jarang sekali kita temui. Kesulitan-kesulitan ini akan ditemukan di awal, ketika kita masih belum familiar dengan gaya tulisan Eliz. Pembaca awalnya akan meraba-raba, karena Eliz menggunaka sudut pandangnya untuk menceritakan mengenai Indonesia. Penyampaiannya pun aku rasa seperti jurnal perjalanan, tetapi tidak hanya sekedar jurnal. Ia memberikan pendapat dari dirinya yang berasal dari Barat namun juga memberikan penjelasan mengenai bagaimana Indonesia menganggap suatu hal itu. Seimbang. Setidaknya apabila buku ini dibaca oleh orang non Indonesia, Eliz tidak terlihat seperti sedang menjelek-jelekkan Indonesia. 

Jujur saja, ada beberapa bagian dimana aku sempat merasa bosan dengan topik yang ia jelaskan. Belum lagi dengan kosa kata yang tidak terlalu familiar untuk aku yang biasa membaca novel ringan. Meskipun gaya bahasanya lugas dan langsung, tidak menggunakan kata-kata kiasan (apalagi kode-kode), tapi tetap saja aku merasa ada suatu hal yang membuat buku ini memiliki love-hate relationship denganku. Aku bosan dengan penyamapaiannya, tetapi aku ingin tahu bagaimana Eliz menilai Indonesia.

Desain dan Tata Letak
Buku ini dibagi menjadi 13 bab yang membahas setiap topiknya secara rinci dan runtut. Pada awal buku, pembaca akan disuguhi oleh peta Indonesia secara keseluruhan. Dan setiap memulai bab baru, Eliz akan mengawalinya dengan peta pulau dimana fokus cerita akan dituangkan dalam tulisan di bab tersebut. Meskipun aku yang orang Indonesia, akhirnya aku tahu dimana letak pulau-pulau kecil atau kota-kota kecil yang selama ini aku hanya sekedar mendengar namanya tanpa ada keinginan untuk memeriksanya di peta.

sumber


Karena buku ini adalah buku dalam format paperback, jangan berharap ada tulisan atau gambar berwarna. Gambar hanyalah ada gambar peta pada awal bab, dan tulisannya formal (font face serif). Untung saja ukuran tulisannya tidak terlalu kecil.

Ide Buku
Jangan membayangkan Eliz akan membahas tentang Indonesia dari sisi kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Di buku ini, Eliz ingin memberi tahu kepada pembaca bahwa Indonesia tidak sekedar 5 pulau besarnya saja. Tidak sekedar keramah-tamahan yang terus diiklankan untuk menarik wisatawan. Eliz mengantarkan pembaca melihat bahwa warga di pulau-pulau yang dekat dengan perbatasan negara lain pun ternyata memiliki jiwa nasionalisme yang khas. Mereka memang tidak seperti dia yang bisa mengakses informasi dimanapun dan kapanpun, tapi Eliz kagum dengan bagaimana orang-orang pulau tersebut menyambut orang asing. 

Buku ini tidak sekedar menghadirkan pendapat Eliz yang kelihatannya hanya sekedar pendapat banyak orang. Eliz dengan latar belakang sebagai jurnalis sering menggunakan sitasi dari buku-buku yang membahas Indonesia. Hal ini bisa dilihat pembaca dari foot note yang sering muncul dalam paragrafnya. Tidak salah kalau ada yang memasukkan buku ini ke dalam kelompok tulisan esai.

sumber


Pada bab pertama, Eliz menjamu pembacanya dengan tulisan mengenai sejarah Indonesia sejak zaman kerajaan hingga era Susilo Bambang Yudhoyono. Meskipun tidak mendetil, tetapi Eliz memberikan analisisnya apa-apa saja hal yang melekat pada warga Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda yang akhirnya menjadi budaya. Eliz tidak sungkan-sungkan untuk mengkritik perilaku orang Indonesia yang bagi dia tidak sejalan dengan prinsipnya. Dan bab-bab selanjutnya mulai mendetil misalnya mengenai adat, mengenai permainan politik uang, mengenai kepercayaan, hingga mengenai isu-isu seperti pendidikan dan kebersihan. Semua Eliz tangkap dan tulis secara gamblang. Bahkan ia juga tidak segan mengomentari FPI sebagai preman, bukan sebagai cerminan masyarakat muslim. 

Meskipun sebagian besar bercerita tentang Indonesia di luar pulau Jawa, pada akhir bab, ia sempat menyinggung kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, dan bagaimana kedua kota tersebut bisa berubah begitu cepat (apakah menjadi lebih bak atau menjadi lebih buruk).

Saran Shiori-ko:
Buku ini tidak terlalu wajib untuk dibaca oleh mereka yang rasanya belum terlalu open mind dengan apa yang terjadi di Indonesia. Eliz tidak kasar, hanya saja ia terlalu jujur mengemukakan pendapatnya sehingga bagiku akan menjadi berbahaya bagi mereka yang belum sepenuhnya bisa menerima pendapat orang lain terkait Indonesia. Buku ini juga bukanlah bacaan yang ringan. Meskipun kamu bisa tertawa ketika membaca pendapat Eliz akan suatu hal yang menurutnya menggelikan. Akan tetapi, jika kamu penasaran dengan kacamata luar terhadap Indonesia, tidak ada salahnya kamu mencoba. Tapi jangan berharap kamu bisa menikmatinya dengan santai,

No comments:

Post a Comment