Penulis: Aldous Huxley
Jumlah halaman: 176 halaman
Tahun terbit: 2004
Penerbit: Vintage Classics
Format: paperback
Harga: Rp 169.000 di Periplus
Rating Shiori-ko: 3.5/5
Sinopsis:
In his 1932 classic dystopian novel, Brave New World, Aldous Huxley depicted a future society in thrall to science and regulated by sophisticated methods of social control. Nearly thirty years later in Brave New World Revisited, Huxley checked the progress of his prophecies against reality and argued that many of his fictional fantasies had grown uncomfortably close to the truth. Brave New World Revisited includes Huxley's views on overpopulation, propaganda, advertising and government control, and is an urgent and powerful appeal for the defence of individualism still alarmingly relevant today.
Resensi Shiori-ko:
Meskipun belum membaca Brave New World, akan tetapi ketika melihat buku ini dengan cantiknya berada di etalase Periplus Galaxy Mall Surabaya, rasanya sayang sekali jika tidak diadopsi. Memanfaatkan diskon member Periplus Elite Card (PEC), akhirnya aku memberanikan diri untuk melangkahi kisah fiksinya.
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Sebenarnya aku sempat takut dengan kosa kata dan gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini. Sudah bukan rahasia lagi kalau Brave New World itu sendiri ditulis pada tahun 1930an. Tentu saja, penggunaan kosa katanya akan berbeda dengan apa yang biasa aku baca (novel Yong Adult kekinian). Meskipun edisi revisited yang satu ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1958, aku tetap saja takut kalau-kalau buku ini tidak bisa aku pahami, sebab biasanya aku bisa menghabiskan waktu seminggu untuk membaca tulisan klasik (malah aku sempat meninggalkan Clockwork Orange karena bahasanya yang sulit). Ternyata apa yang aku khawatirkan tidak terbukti. Revisited ini tidak menggunakan bahasa yang sulit. Bahkan gaya bahasanya juga lugas, tidak menggunakan majas berbelit-belit.
Untuk cara penyampaiannya, buku ini merupakan kumpulan esai, sehingga Huxley menuliskan apa yang pernah ia tulis dalam Brave New World dengan membandingkan keadaan dunia pada saat itu (setelah Perang Dunia I dan Perang Dunia II). Bagi yang tidak terlalu tertarik membaca esai (mungkin pernah berpengalaman membaca esai semasa kuliah), aku rasa akan menemukan banyak kebosanan. Huxley tidak asal mencomot teori, ia bahkan mengutip secara langsung dari pemikir-pemikir yang ia rasa sejalan dengan "ramalannya" dalam buku Brave New World.
Desain dan Tata Letak
Karena buku ini adalah kumpulan esai, jadi jangan harap ada ilustrasi dan gambar-gambar yang mendukung paragraf. Semua buku ini berisi tulisan. Tetapi aku rasa, desain kavernya yang eye catchy sudah cukup membuatku jatuh cinta dengan fisik buku ini.
sumber |
Ide Buku
Huxley mengatakan di awal bahwa buku ini berisi esai, dimana ia membandingkan Brave New World dan 1984 milik Orwell dengan apa yang telah terjadi selama ini (tepatnya 20 tahun setelah ia menerbitkan Brave New World). Huxley memaparkan semua pemikiran kritisnya dari aspek-aspek dalam dua buku dystopian classic. Huxley juga mempertanyakan apakah jangan-jangan kedua buku itu dijadikan acuan untuk melakukan suatu hal.
Buku ini menjadi 12 bab yang mana masing-masing berfokus pada satu masalah yang dibahas dalam Brave New World, seperti: Overpopulation, Propaganda under a Dictatorship, Brainwashing, dan yang lainnya. Huxley bahkan tidak segan untuk mencomot dari contoh nyata misalanya tentang kediktotarian Hitler pada masa Perang Dunia II dan kemudian membahasnya dalam konteks Brave New World.
Ada banyak sekali sentilan, yang kalau kita baca di masa sekarang dan kemudian merefleksikannya dalam kehidupan nyata, agaknya apa yang ditulis oleh Huxley ini ada benarnya juga. Esai ini bukan sekedar esai yang semata-mata ditulis oleh Huxley karena ia merasa bahwa "ramalannya" benar terjadi. Tetapi seperti semacam peringatan, atau kalau sekarang, menjadi tamparan akan bagaimana kita hampir tidak memiliki kebebasan.
Saran Shiori-ko:
Kalau kamu sudah membaca Brave New World, baca juga 1984, baru baca buku ini. Huxley sering sekali menggunakan kedua buku itu dalam membahas aspek kehidupan manusia. Kalau kamu suka membaca esai, bagus sekali kalau kamu menyempatkan diri membaca buku ini. Tetapi, kalau kamu membaca buku ini hanya untuk mencari hiburan, aku rasa buku ini bukan pilihan yang cocok.
No comments:
Post a Comment