Penulis: Alanda Kariza, Kevin Aditya
Jumlah halaman: 296 halaman
Tahun terbit: 2015
Penerbit: POP
Format: paperback
Harga: Rp. 75.000 di Gramedia
Rating Shiori-ko: 3.5/5
Sinopsis:
One man.
One woman.
Their feelings intertwined.
Their hearts beat apart.
“Meeting her was a memorable accident. And you were the collateral damage.”
— M
“You will always be a concept I could never unravel.”
— F
Beats Apart is a fiction of two people going through both pain and pleasure of loving. It started as an experimental project, which was written without a plot and lasted for one month. Alanda Kariza wrote in F’s point of view, while Kevin Aditya spoke on behalf of M. Each writer alternately posted one part of their story every other day on a blog in 2012. The writings are now ready for you to enjoy, in this book stunningly designed by Astranya Paramarta.
Will there ever be someone who stays a heartbeat away from you?
Resensi Shiori-ko:
Terdorong oleh promosi dan iklan, dan apalagi nama besarnya penulisnya (yang mana aku follow akun Twitter dan Instagramnya), aku pun tidak lagi menunggu hingga buku ini tersedia di toko buku diskon. Aku merelakan gajiku di hari pertama untuk terpotong karena membeli buku yang sedang ramai diperbincangkan ini.
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Bagiku, buku ini ternyata menggunakan bahasa Inggris. Jadi, ya tidak salah juga kalau pramuniaga di Gramedia bahkan sampai meletakkannya di jajaran buku impor (aku rasa pramuniaga juga perlu suka membaca supaya up to date dengan buku apa yang sedang ramai dicari dan tidak sampai salah meletakkan buku). Aku kira hanya sinopsis di belakang bukunya saja yang menggunakan bahasa Inggris. Namun ternyata bukan. Buku ini secara keseluruhan menggunakan bahasa Inggris. Aku agak pro dan kontra dengan keputusan dua penulis tersebut. Aku setuju saja karena paling tidak memberikan nuansa baru dalam pernovelan remaja untuk pasar Indonesia. Lagipula, ada beberapa diksi hingga frasa yang rasanya lebih mengena jika disampaikan dalam bahasa Inggris. Yang membuatku tidak setuju ialah karena penggunaan Bahasa Inggris pada seluruh tulisan ini membuat seakan hanya ditujukan untuk kelompok sosial/pembaca dari kelas tertentu.
Belum lagi dengan kosa kata yang digunakan. Aku sering kali menemukan kata-kata yang rasanya tidak familiar digunakan dalam novel remaja atau Young Adult novel yang biasanya aku baca. Maaf saja jika ada beberapa bagian dimana aku tidak begitu merasakan feel tulisannya. Hal tersebut membuatku menyimpulkan kalau memang benar adanya buku ini ditujukan tidak untuk mereka yang ingin mencicipi atau bahkan pembaca baru tulisan Alanda & Kevin. Pembaca dituntut terlebih dahulu untuk memiliki pemahaman dalam Bahasa Inggris yang baik barulah bisa membaca buku in secara keseluruhan tanpa kehilangan emosi dan makna dari apa yang ingin disampaikan oleh Alanda & Kevin.
Untungnya, keberatanku pada dua hal tersebut diimbangi oleh cara penyampaian buku ini yang berbeda dari apa yang biasanya aku baca. Kalau biasanya prosa berbentuk novel selalu monoton: tata letak tulisan selaluu berpaku pada margin, kali ini Beats Apart ternyata menggunakan cara yang berbeda. Kalau pembaca pernah tahu penulisan puisis kontemporer, ya kurang lebih seperti itu. Alanda & Kevin mematahkan aturan bahwa sebuah tulisan harus patuh terhadap margin layaknya karya tulis ilmiah. Satu halaman belum tentu ada satu paragraf. Bahkan ada satu halaman yang hanya terdiri dari beberapa kata saja. Faktor itulah yang membuatku yakin kalau pembaca bisa menghabiskan bukunya hanya dalam satu sesapan kopi sejenak.
Plot
Plotnya bercampur aduk antara maju dan mundur. Kadang maju, namun juga kadang mundur. Salah satu keunggulan dari menggunakan Bahasa Inggris ialah pembaca bisa tahu kemana alur dibawa meskipun tidak ada sub heading yang menunjukkanya: melalui penggunaan verb atau verba. Buku ini ditulisa dari dua sudut pandang yang berbeda, yakni dari pihak f dan pihak M. Masing-masing memberikan gambaran kisah cinta yang tengah mereka lalui dan bagaimana mereka berusaha menjalankan hari-harinya.
Penokohan
Tokoh utamanya hanya ada dua. Atau memang, cuma ada dua tokoh dalam buku ini?
Alanda & Kevin tidak bermain dengan tulisan novel pada umumnya. Ia menggunakan inisial ketimbang nama lengkap untuk memanggil para tokohnya. Bahkan tokoh sampingan dalam buku ini hanya menggunakan kata ganti she saja.
Yang pertama adalah f, seperti bentuk tulisannya yang italic dan huruf "f", pembaca sudah bisa menerka kalau tokoh ini adalah si perempuan. M, yang terlihat serif dan kapital menunjukkan kalau itu adalah inisial untuk si laki-laki. Keduanya tidak pernah dideskripsikan secara fisik oleh Alanda & Kevin. Penulis hanya memberikan penjelasan mengenai watak mereka masing-masing dari sudut pandang lawan tokohnya. Pembaca tidak tahu bagaimana sosok f ataupun M, apakah mereka pendek, tinggi, atau bagaimana. Sepertinya Alanda & Kevin membiarkan para pembaca untuk memiliki imajinasinya sendiri ketika membaca buku ini.
Desain dan Tata Letak
Khusus untuk buku ini, aku memberikan sub judul untuk masalah desain dan tata letak. Seperti yang sudah aku katakan, buku ini berbeda dari novel kebanyakan. Selain tulisan, yang dijual ialah pengalaman membaca novel romans dalam tata letak seperti sebuah buku desain dan fotografi. Menyenangkan sih, dan mungkin itu yang membuat harga jual buku ini jadi cukup mahal (dan bisa dihabiskan dalam hitungan jam saja). Setiap tokoh diberi porsi bab, dimana bab ini dibuka dengan satu kata saja dalam bahasa Inggris dan bulatan berwarna cyan (seperti warna biru pada sampul buku) dan kemudian ada sebuah foto hitam putih yang seakan berkorelasi dengan emosi yang akan disampaikan dalam bab itu. Beats Apart memberikan sesuatu yang masih jarang ada di novel remaja di Indonesia.
sisi kanan: bab baru // dok. pribadi |
foto setiap mulai bab baru // dok. pribadi |
salah satu layout halaman cerita // dok.pribadi |
Ide Cerita
Aku awalnya masih tidak tahu buku ini tentang apa walaupun aku follow akun Instagram dan Twitter Alanda. Aku juga bukan pembaca tulisan Kevin Aditya. Yang aku tahu adalah kalau Beats Apart adalah proyek menulis Alanda dengan rekannya (yang aku baru tahu bernama Kevin Aditya). Aku melewatkan informasi (sneak peak) buku ini dan hanya ingin langsung membelinya saja.
Ternyata ceritanya tentang suatu hubungan cinta yang rumit dan menurutku malah terlarang. Posisi f adalah posisi dimana sebagian besar wanita pasti akan menyalahkannya jika hal ini terjadi pada hubungan mereka di kehidupan nyata. Dan M, adalah seorang lelaki yang ternyata tidak menyangka bahwa awal pertemuannya dengan f akan menjadi sebuah pilihan hidup yang sulit, bahkan untuk berdamai dengan gejolak dirinya pada saat itu.
Sebuah ide cerita yang cukup unik untuk diangkat menjadi topik utama sebuah novel. Aku rasa karena berada di posisi f selama ini hanya dijadikan posisi yang minor untuk novel remaja (berbeda dengan novel dewasa/chicklit). Aku menikmati bagaimana cerita bergulir. Aku juga merasakan bagaimana emosi dari kedua tokoh, atau bahasa gaulnya, aku jadi baper dengan kisah cinta mereka berdua. Tetapi sayangnya, aku merasa tidak setuju dengan akhir ceritanya. Penulis memberikan penutup yang bersifat tertutup, dan...sepertinya akhir cerita yang diharapkan oleh sebagian besar pembaca. Karena sempat hampir seperempat buku, jalan ceritanya masih bergejolak, tetapi mengapa akhirnya terlihat begitu mudah dan bahkan seperti dibuat untuk segera berakhir.
Cerita ini minim dialog. Hanya berupa pikiran-pikiran masing-masing tokoh tentang satu sama lain, tentang cinta, tentang kehidupan mereka. Wajar kalau pembaca menjadi emosional.
Saram Shiori-ko:
Untuk variasi novel remaja di Indonesia, boleh lah buku ini menjadi bahan bacaan di kala senggang atau ketika butuh bacaan ringan. Tetapi aku tidak sepenuhnya suka dengan buku ini, karena beberapa hal yang sudah aku sebutkan di atas. Kalau kamu punya duit lebih, silahkan saja membelinya ketika buku ini belum masuk toko buku diskon. Secara fisik, buku ini memang layak koleksi (all hail design and layout!!), Tetapi secara isi, aku tidak tahu apakah kalian setuju dengan bagaimana buku ini ditutup. Belum lagi penggunaan bahasa Inggris yang membuatnya menjadi segmented pada kelas sosial menengah - atas. Kalau saranku sih, tunggu saja sampai tersedia edisi diskonnya (atau kalau sudah tidak sabar, pinjam mereka yang sudah punya).
Hai Hestia, terima kasih atas resensinya ya. Terima kasih juga karena sudah meluangkan waktu untuk membaca Beats Apart. Buku ini ditujukan untuk pembaca dewasa muda (usia 21 - 35 tahun). Semoga ke depannya kami bisa memberikan karya yang lebih baik, dan mungkin dalam Bahasa Indonesia ya. :-)
ReplyDelete