Tuesday, September 15, 2015

The Scorch Trials (The Maze Runner #2): Movie Adaptation Review

sumber


Masih belum terlalu terlambat untuk membahas The Scorch Trials, film kedua dari serial The Maze Runner yang disutradarai oleh Wes Ball. Indonesia mendapat bagian untuk bisa merillis duluan tepatnya seminggu sebelum tanggal resmi Amerika Serikat (U.S Release).




Sebelum menonton film ini, aku juga sempat menonton panel The Scorch Trials ketika San Diego Comic Con dan mendengar bahwa mereka benar-benar mengerjakan film tersebut secara serius. Bahkan Wes Ball ketika itu secara resmi mengenalkan seperti apa wujud Crank.


Mengingat bahwa aku secara pribadi cukup puas dengan film The Maze Runner pertama karena visualisasinya ternyata melebihi ekspektasiku (walaupun bagian akhirnya berbeda), aku optimis kalau buku ini akan sejalan dengan cerita yang ada di buku. Namun ternyata, sebagai seorang avid reader yang sudah berhasil menyelesaikan ketiga bukunya sejak tahun lalu, aku pribadi agak kecewa.

PERINGATAN: Tulisan ini mengandung spoiler baik bagi siapapun yang belum membaca bukunya maupun yang belum menonton filmnya

Semenjak awal cerita, terlihat bahwa Grup A (dengan para tokoh utama: Thomas, Newt, Minho, Teresa, Frypan, dan Winston) seakan diselamatkan oleh sekumpulan orang yang bergerak menentang WICKED. Para anggota Grup A diberi tempat singgah dalam sebuah gedung yang juga berisi anak-anak yang sama-sama pernah berada dalam labirin seperti mereka. Grup A diberi pakaian, kasur, hingga makanan. dr. Jansen, yang dalam film terlihat seperti seorang pimpinan kelompok penyelamat itu membuat para anak-anak remaja tersebut percaya bahwa ia akan memberikan hidup yang lebih baik ketimbang di saat mereka berada di dalam labirin. 

sumber


Sedangkan yang ada di buku tertulis bahwa mereka sadar kalau mereka belum sepenuhnya bebas dari cengkraman WICKED. Labirin barulah permulaan. Mereka tahu bahwa mereka akan diuji kembali dalam kondisi yang berbeda. Intinya ialah bahwa Grup A sadar, mereka berada dalam cengkraman WICKED. Berbeda dengan kondisi di film di mana mereka semua menjadi buronan, berusaha melepaskan diri dari WICKED.

Di dalam film, memang ada pemeran baru seperti Aris, dimana diceritakan kalau dialah yang paling lama berada di dalam labirin (1 minggu). Aris kemudian menarik perhatian Thomas dengan menunjukkan kepada Thomas apa yang sebenarnya terjadi di dalam gedung itu. Secara tidak langsung Aris memberitahu Thomas bahwa mereka sebenarnya masuk ke dalam sebuah perangkap. Aris pun tidak lama mendapatkan kepercayaan Thomas, meski pada awalnya Minho meragukan loyalitasnya. Dengan mengakali penjagaan yang ketat, Grup A berhasil keluar dari gedung tersebut.

Aris // sumber


Di dalam buku diceritakan kalau Aris berasal dari Grup B, alias grup labirin dimana hanya Aris lah anak laki-lakinya. Aris diceritakan sebagai orang yang menyebalkan, sering memicu pertengkaran dan membuat Thomas marah. Hingga akhir buku The Scorch Trials diceritakan kalau Aris belum juga mendapatkan kepercayaan Grup A. Ketika itu posisi Aris dan Teresa ditukar. Teresa dikirim untuk melakukan percobaan dengan Grup B, membuat Thomas tidak tahu kabar dari Teresa kecuali dengan cara telepati melalui alam mimpinya itu.

Belum lagi identitas dr. Jansen yang dapat diketahui sejak awal film. Dia bukanlah sosok yang memiliki wajah seperti tikus (bagaimana Thomas mendeskripsikannya dalam buku). Bukan juga sosok yang selalu mengenakan pakaian berwarna putih. dr. Jansen memperkenalkan dirinya di saat Gladers dari Grup A menanyakan siapa dia. Pakaiannya pun berwarna gelap, tidak botak, dan sering muncul. Padahal di dalam buku, Rat-Man ini hanya muncul sesekali, ketika ia memberikan penjelasan singkat kepada para Gladers tentang uji coba apa lagi yang akan ia hadapi. 

Begitu pun dengan masalah tag atau tanda yang ada pada balik leher para Gladers. Tanda itu di film hanya sebatas menujukkan kode obyek uji coba saja, tanpa memberi tahu apa deskripsinya pada masing-masing obyek tersebut.

sumber

Thomas, Newt, dan Minho memiliki tanda atau tag itu dan masing-masing dari mereka bisa mengetahui apa yang tertulis di sana. Para Gladers tidak membutuhkan alat baca khusus untuk dapat mengetahui apa yang WICKED ujikan kepada mereka. Seperti misalnya di dalam buku tertulis bahwa Newt adalah "The Glue". Di dalam film, tidak disinggung hal itu. Membaca tag atau lebih tepat jika dikatakan barcode masih menggunakan alat. 

Sebenarnya perbedaan yang terdapat di dalam film tidak hanya itu saja. Misalnya karakter Brenda yang ditunjukkan sebagai sosok yang tomboy, diperkuat oleh gaya rambutnya, dan kisah-kisah perjalanan mereka. Menceritakan bagaimana virus Flare menyerang bumi dan bahwa WICKED berusaha mengeringkan manusia yang kebal (Immune) (sedangkan di buku, WICKED mempelajari cara kerja otak para manusia kebal).

Sebagai seorang avid reader aku sendiri merasa kecewa dengan apa yang divisualisasikan oleh Wes Ball ternyata berbeda dengan yang ditulis oleh James Dashner. Maka dari itu, aku sempat terpikir bahwa film ini bukanlah "based on novel" melainkan "inspired by novel". Ditambah pula dengan Thomas Brodes-Sangster yang perannya malah seperti peran pembantu. Film ini terlalu didominasi oleh Dylan O'Brien. 

meskipun kecewa, tapi my BAE always look hella HANDSOME // sumber


Tapi kalau mau dipisahkan dari asosiasinya dengan buku, aku rasa film The Scorch Trials memang lebih baik dari The Maze Runner (meski mbak-mbak di depan saya sempat berkomentar kalau film ini seperti The Walking Dead). Wes Ball meletakkan semua adegan mengagetkan secara berurutan tanpa lupa memberikan sedikit bumbu drama di dalamnya. Yah, sama seperti ketika banyak pembaca akhirnya membuat penilaian yang terpisah antara film dan buku The Shining.

No comments:

Post a Comment