Tuesday, November 24, 2015

Shutter Island

Shutter Island
Penulis: Dennis Lehane
Jumlah halaman: 369 halaman
Penerbit: Harper Torch
Tahun terbit: 2004 (pertama kali terbit tahun 2003)
Format: mass market paperback
Harga: Rp 65.000 di Uncle George Bookshop
Rating Shiori-ko: 3.5/5
Sinopsis:

U.S. Marshal Teddy Daniels and his new -partner, Chuck Aule, have come to Shutter Island, home of Ashecliffe Hospital for the Criminally Insane, to investigate the disappearance of a patient. Multiple-murderess Rachel Solando is loose somewhere on this barren island, despite having been kept in a locked cell under constant surveillance. As a killer hurricane bears relentlessly down on them, a strange case takes on even darker, more sinister shades--with hints of radical experimentation, horrifying surgeries, and lethal countermoves made in the cause of a covert shadow war. No one is going to escape Shutter Island unscathed, because nothing at Ashecliffe Hospital is remotely what it seems


Resensi Shiori-ko:
Kesalahan yang paling awal aku lakukan adalah suda menonton film adaptasinya sebanyak dua kali karena merasa tidak paam betul dengan apa yang diceritakan dan baru tahu kalau film dengan judul yang sama tersebut diangkat dari sebuah novel terkenal. Ketika salah satu toko buk online menjualnya, tanpa ragu aku segera membeli. Penasaran, sebab Goodreads pun memiliki rating yang cukup tinggi untuk buku ini.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Bagiku, tidak ada kata yang sulit dari buku ini. Sejak awal, alurnya muda dipahami karena baik dari kosa kata, gaya bahasa, dan cara penyampaian semuanya lugas, tegas, tanpa bertele-tele. Kalau pembaca sudah sering membaca buku berbahasa Inggris, rasanya bisa dengan cepat mengikuti bagaimana buku ini bertutur. Meskipun ide ceritanya cukup berat, tetapi karena rasa mudah yang diberikan oleh penulis, pembaca akan sanggup untuk menyelesaikannya. Dalam buku ini juga tidak ada kata-kata yang jarang ditemui dalam sebuahh cerita. Semuanya lumrah. Gaya penyampaiannya pun juga enak. Meskipun buku ini bisa dikatakan masuk ke dalam kategori suspnse, tetapi penulis tidak membuat pembaca menjadi lelah berkejaran dengan narasi cerita. Semuanya dijelaskan secara cukup, tidak terlalu berlebihan.

Plot
Aku sendiri tidak tahu apakah novel dengan genre sejenis maka titik menariknya juga sejenis. Hampir mirip dengan bagaimana Gillian Flynn meletakkan "kejutan", Lehane juga bermain dengan plot. Hanya saja, Lehane kurang rapi mempermainkan plotnya. Menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, Lehane mengajak pembaca untuk memahami lingkungan di sekitar tokoh utama, Teddy Danniels. Namun, ketika adegan harus mundur ataupun harus maju, Lehane hanya memberikan semacam page break sebagai tanda bahwa ada perpindahan latar waktu. 

Untuk segi peletakkan klimaks dan anti-klimaks, rasanya Lehane bermain secara standar. Endingnya (bagi yang suda menonton filmnya pasti tahu) juga tidak terlalu dipaksakan. Titik permainan perasaan yang ditekankan ole Lehane memang terletak pada permainan plotnya.

Penokohan
Aku terpukau dengan bagaimana Lehane bisa mengkonstruksikan tokoh Teddy Daniels yang begitu kuat, menggiring pembaca benar-benar melihat apa yang dilihat oleh Teddy Daniels dari sudut pandang orang ketiga serba tahu. 

Mark Rufallo sebagai Chuck Aule dan Leonardo di Caprio sebagai Teddy Daniels


Teddy Daniels diceritakan adalah US Marshall yang ditugaskan ke Shutter Island, tepatnya menuju rumah sakit jiwa untuk para kriminal. Teddy yang memiliki nama panjang Edward Daniels tidak sendiri. Ia ditemani oleh rekan barunya, Charles atau Chuck Aule yang sama-sama berasal dari US Marshall. Dipanggilnya petugas berwajib tersebut disebabkan oleh menghilangnya salah satu pasien mereka yang bernama Rachel Solando. Layaknya menghilang bak asap, Teddy sempat mencurigai bahwa perginya Rachel dibantu oleh pihak rumah sakit itu sendiri. 

Teddy digambarkan sebagai sosok yang kuat di luar padahal sebenarnya rapuh di dalam. Di saat sendirian, ia sering mengingat mendiang istrinya, Dolores Chanal yang tewas karena kebakaran di apartemen mereka. Teddy pun yakin bahwa penyebab kecelakaan tersebut juga berada di pulau yang sama dengannya. Maka ia bertekad, selain menemukan Rachel Solando, ia juga ingin bertemu dengan Andrew Laeddis, orang yang dipercaya olehnya menyebabkan kematian sang istri. 

Ide Cerita
Aku selalu suka cerita-cerita seperti tulisan Lehane, Chrsitie, Hoag, Kellerman, atau Flynn. Keteganga dan rasa kaget yang mereka bungkus dalam bentuk narasi apik selalu berhasil membuat aku kesal, mengapa sang penulis melakukan hal tersebut kepada tokohnya. 

Dalam Shutter Island, Lehane benar-benar menggiring pembaca mempercayai apa yang dialami oleh Teddy Daniels. Mulai dari Teddy berasa dari atas kapal feri, mengalami sakit migrain yang tak tertahankan hingga menguak yang terjadi sebenarnya di pulau itu -- tidak hanya perihal Rachel Solando saja ternyata. Kalau pembaca pernah membaca Pines (yang kemudian diadaptasi menjadi serial televisi Wayward Pines), rasanya kurang lebih sama. Pembaca kemudian akan kesal karena penulis punya beragam cara untuk mengakhiri novelnya itu. 

sumber


Sayangnya, ada beberapa peletakkan hal-hal mengagetkan tadi yang tidak begitu tepat -- berada di tengah-tengah bab ketimbang sebagai penutup bab. Padahal aku rasa, akan lebih mengena jika yang mengagetkan itu adanya di belakang saja, bukan di depan.

Saran Shiori-ko:
Buku ini menyebalkan. Buku ini masih bisa memberikan ku rasa kaget dengan alurnya meskipun aku sudah menonton filmnya sebanyak dua kali (yang artinya aku sudah tahu bagaimana jalan ceritanya hingga akhir). Tetap saja rasanya takjub ketika pembaca tahu apa yang sebenarnya terjadi di pulau tersebut. Aku rasa, kalau kalian ada waktu dan menemukan buku ini, kenapa tidak menyempatkan membaca? Kamu tidak akan rugi kok.

1 comment: