Wednesday, December 9, 2015

Book Tag: My Life in Books

In all of sudden, Kak Steven tagged me to do this book tag! It has been ages since my last book tag. Because I totally feel comfort to write down my opinions in Bahasa Indonesia, this book tag post will use Bahasa Indonesia, ya :)


Yuk, mari simak jawabanku! Oh iya, aku menggunakan acuan rak buku-ku yang ada di Goodreads untuk menjawab pertanyaannya ya. Maklum, tumpukan buku di kamar sudah tidak karuan. Akan sulit bagiku untuk mencarinya apabila memgacu pada rak buku fisikku itu.


1. Find a book for each of your initials

Namaku memiliki inisial huruf "H" dan huruf "I". Dan berikut adalah buku yang aku pilih untuk mewakilkan inisialku.



Sederhananya karena aku ingin memiliki kecerdasan seperti Count Hannibal Lecter. Sudah jeniusnya minta ampun, Hannibal juga bisa bersikap sopan karena memang dahulunya ia adalah seorang bangsawan. Aku sering sekali menjawab pertanyaan "siapakah tokoh fiksi yang ingin kamu ajak kencan?" dengan jawaban berupa tokoh Hannibal ini. 

Siapapun yang mengikuti kisah sala satu seniman Indonesia yang satu ini pasti tahu sekali kalau Pandji selalu berhasil dalam melawan arus. Dalam bukunya Indiepreneur yang aku beri 5 bintang dari 5 bintang, Pandji dengan tegas dan lugas memberikan dorongan dan kisah nyata bahwa menjadi seniman Indie juga bisa menghasilkan rezeki.

Keduanya seakan merangkai harapan kalau aku ingin bisa semenawan Hannibal tapi juga bisa hidup dengan idealismeku yang mungkin tidak cocok jika dibawa ke ranah bidang komersil yang utama.

2. Count your age along your book shelf: What book is it?


Ternyata jatuh pada buku Damn Good Advice (for People with Talent!). Buku ini adalah yang cukup ringan untuk dibaca oleh siapapun, terlepas apapun latar belakang pnedidikanmu. Walaupun memang yang ada di dalamnya tampak seperti apa yang sudah banyak orang katakan soal motivasi diri, tapi buku ini memberikan suguhan yang unik dengan memperbanyak visual ketimbang tulisan saja. Saranku, kalau membaca buku ini, jangan terkecoh dengan apa yang tersurat, makna yang tersirat malah lebih mengena. Tidak heran jika buku ini di toko buku impor seperti Periplus, harganya cukup menguras kantong. Karena, selain memang isinya yang bagus, seluruh halamannya dicetak berwarna. Aku bersyukur sempat membacanya karena hasil diizinkan meminjam dari kantor. 


3. Pick a book set in your city/state/country

Mungkin aku akan memili buku yang menggunakan latar tempat negaram, namun dengan sentuhan yang sangat aku suka. Apalagi kalau bukan buku Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.

Sudah entah berapa kali aku mengatakan kalau buku tersebut seakan memiliki suasana sendiri dalam menggambarkan bagaimana Indonesia pada kala itu. Bagaimana masyarakat di perdukuhan memiliki norma sendiri, tidak peduli akan agama, politik, bahkan pendidikan. Mereka beranggapan, selama semuanya aman dan mengikuti adat yang sudah turun temurun, maka hidup seluruh warganya akan terjamin. Tetapi semua itu beruba sejak adanya PKI, tragedi 1965 yang tidak hanya membuat para warganya kewalahan. Tahun 1965 yang seakan menjadi sebuah mimpi buruk olehh orang Indonesia, ternyata merubah tatanan sosial banyak wilayah, termasuk di perdukuhan tempat Srintil, sang ronggeng, hidup dan besar. Ronggeng Dukuh Paruk merupakan kisa kompleks akan mempertahankan norma, ajaran setempat yang bagi kita kini merupakan hal yang asing, dengan banyaknya polemik yang menyangkut pautkan masalah hati.


4. Pick a book that represents a destination you would like to travel to

Cinta pertamaku untuk bepergian jatuh pada Jepang, terutama Tokyo dengan banyaknya hal-hal yang selama ini aku lihhat hanya memalui film maupun anime. Aku membayangkan bisa berada di Harajuku untuk melihhat bagaimana anak muda disana dengan bebas mengekspresikan dirinya. Atau ke Asakusa yang kabarnya banyak kuil menarik untuk dikunjungi. 


Kokoronotomo, I heart Tokyo, Sebuah buku yang sangat ringan berkisah tentang pasangan sejoli beda kewarganegaraan, Tomo yang orang Indonesia dan Kokoro yang orang Jepang. Kisah mereka tidak hanya sekedar diceritakan tentang bagaimana perjuangan Tomo untuk bisa tiba di Jepang, penulis juga mengemukakan tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi ketika berada di Tokyo. Kalau pernah menonton siaran di sala satu stasiu televisi swasta yang berjudul Kokoro no Tomo, pasti juga tidak asing dengan siapa saja yang memerankan dua tokoh tersebut. Jadi, meskipun aku hanya memberi 2 bintang untuk buku ini, yah buku ini cukup mewakilkan kalau aku juga ingin ke Tokyo.

Sebenarnya ada satu buku lagi yang menggambarkan Tokyo dengan cara berbeda dan menarik. Tokyo on Foot merupakan sala satu buku yang kaya sekali dengan visual namun semuanya digambar dengan tangan dan diwarnai hanya dengan pesil warna (sebelum nantinya dipindai dan diperbanyak ya). Tokyo on Foot merupakan buku yang bisa membuatku ingin menelusuri bagian-bagian kecil Tokyo yang tidak banyak diekspos oleh situs perjalanan atau situs wisata. Penulis juga peka untuk memperlihatkan bahwa ada hal-hal yang sangat khas Jepang setiap kali kita berada di Tokyo, yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

5. Pick a book that is your favorite color

Kalau boleh, aku ingin mengubah pertanyaannya dengan salah satu buku yang desainnya aku suka, sebab aku bingung warna apa sih yang aku suka :p

Pilihanku jatuh pada bukunya Morgan Matson yang Since You've Been Gone. Sebenarnya agak bingung juga karena kaver buku E. Lockhart yang We Were Liars juga menarik. Tapi nyatanya, aku tetap suka dengan kaver milik Matson.  Bukunya simpel, berkisah tentang persahabatan dua remaja perempuan dimana mereka saling mencari jati diri masing-masing. Namun pencarian tersebut berlangsung cukup seru karena salah seorang dari mereka meninggalkan teka-teki yang harus dipecakan. Di samping memahami apa rahasia dibalik teka-teki tersebut, nyatanya liburan musim panas mereka menjadi lebih seru karena ada banyak hal-hhal yang tidak terduga yang menghampiri mereka.


6. Which book do you have the most memory fond of?

Mungkin aku akan memilih Wonder, sebuah novel yang sangat indah dari R.J. Palacio. Kisahnya sederhana namun dengan permasalahan yang cukup kompleks karena diceritakan dari kacamata seorang anak berusia 10 tahun, baru pertama kali masuk ke sekolah umum. Banyak asumsi yang mengelilinginya, banyak prasangka yang ia lihat tapi belum terbukti kebenarannya. 

Wonder, adalah salah satu buku yang ingin aku rekomendasikan kepada siapapun, tidak terpaut usia ataupun gender. Sebab, isu yang diangkat oleh R.J. Palacio dalam buku ini sebenarnya sangat sederhana: bagaimana kamu menilai seseorang tanpa harus melihat keadaan fisiknya terlebih dahulu. Sebuah isu yang selama ini selalu diabaikan oleh banyak orang. Apalagi ketika manusia belakangan ini semuanya menjadi sok hakim, merasa bisa memberikan penilaian terhadap semua manusia padahal bertemu dan berinteraksi dengannya pun belum pernah. Wonder menjadi pengingat bagi kita semua menjadi baik hati merupakan hal sederhana yang malah terlupakan.


7. Which book did you have the most difficult reading?

Kalau secara keseluruhan dari pengalaman membacaku selama ini, aku rasa bukunya Sutan Takdir Alisyahbana yang Layar tak Terkembang, tetapi berhenti di tengah jalan dan tidak aku lanjutkan lagi. Begitu pula denga buku-bukunya Pramoedya, aku belum sampai hati untuk menyelesaikannya hingga akhir (eh, kecuali Calon Arang sik). Kalau buku yang aku temukan sulit untuk aku baca dan aku berhasil menyelesaikannya, mungkin aku bisa menjawab dengan buku milik Gillian Flynn yang Gone Girl.

Lucu bagaimana aku mengingat bahwa pertemuanku dengan Gone Girl adalah semata-mata karena filmnya akan tayang (dan sayang sekali tidak masuk ke dalam bioskop di Indonesa). Aku cukup kaget dengan bagaimana bahasa penyampaian Flynn yang bagiku cukup berat dan ternyata kelewat kasar. Aku sempat mengalami kebuntuan karena begitu lambatnya aku dalam membaca setiap lembarnya. Seingaku, aku hampir menghabiskan waktu 1 bulan lamanya untuk membaca Gone Girl. Walaupun sempat ada perasaan bosan ketika membaca buku ini. Aku teringat lagi akan motivasiku memulainya: ya, aku tidak mau imajinaisku disetir olehh film. Berhasil menyelesaikan Gone Girl lantas tidak menjadi hal yang begitu membanggakan juga sih. Setidaknya aku lega kalau aku akhirnya bisa menyelesaikan apa yang aku anggap sulit. Dari Gone Girl pulala aku melanjutkan membaca karya Flynn yang lain.

8. Which Book on your TBR pile will give you the biggest sense of achievement?

Mari berbicara mengenai serial yang sudah aku ikuti dan berhasil aku baca sampai habis. Ada Percy Jackson and The Olympians. Aku sudah membaca kelima bukunya tetapi aku hanya punya 2 judul pertama, sisanya akku mendapat pinjaman. The Chronicles of Narnia juga berhasil aku tamatkan tetapi semuanya dalam bahasa Indonesia. Begitu pula dengan Thhe Spiderwick Chronicles, juga dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, buku pamungkas dari salah satu serial yang aku suka, yakni Winter dari serial Lunar Chronicles, akan menjadi salah satu pencapaian yang cukup membanggakan bagiku.

Aku memiliki semua bukunya, bahkan sampai suplemennya demi untuk mengikuti bagaimana kisah Linh Cinder, sang tokoh utama, menyelematkan diri dari para penjahat. Awalnya tertarik mengikuti karena Book Club Indonesia merekomendasikan buku ini. Walaupun pada buku pertama aku mengalami kebosanan karena laju plotnya cukup lambat, buku kedua hingga suplemennya pun ternyata bisa membuatku ingin mengikuti serial ini. Serial ini merupakan serial yang memodifikasi kisa anak-anak seperti Cinderella, Red Riding Hood, Rapunzel, dan Snow White. Bahkan untuk suplemennya, penulis juga memodifikasi kisa Little Mermaid. Pokoknya, bagi pecinta dongeng anak, mungkin akan merasa senang dengan adanya alternatif  cerita yang berbeda dari yang selama ini kita tahu. Oh, dan tentu saja, aku tidak sabar untuk mulai membaca Winter!

---

That's all about my life in books. I tag Escape to Fantasy World, Marrying Books, and Buku Buku Biru! Have Fun guys! :D

No comments:

Post a Comment