Sunday, November 8, 2015

The Grownup

The Grownup
Penulis: Gillian Flynn
Jumlah halaman: 80 halaman
Penerbit: W&N
Tahun terbit: 2015
Format: paperback
Harga: Rp 92.000 di Periplus
Rating Shiori-ko: 5/5
Sinopsis:


Gillian Flynn’s Edgar Award-winning homage to the classic ghost story, published for the first time as a standalone

A canny young woman is struggling to survive by perpetrating various levels of mostly harmless fraud. On a rainy April morning, she is reading auras at Spiritual Palms when Susan Burke walks in. A keen observer of human behavior, our unnamed narrator immediately diagnoses beautiful, rich Susan as an unhappy woman eager to give her lovely life a drama injection; however, when the "psychic" visits the eerie Victorian home that has been the source of Susan’s terror and grief, she realizes she may not have to pretend to believe in ghosts anymore. Miles, Susan’s teenage stepson, doesn’t help matters with his disturbing manner and grisly imagination. The three are soon locked in a chilling battle to discover where the evil truly lurks and what, if anything, can be done to escape it. 

“The Grownup,” which originally appeared as “What Do You Do?” in George R. R. Martin’s Rogues anthology, proves once again that Gillian Flynn is one of the world’s most original and skilled voices in fiction.

Resensi Shiori-ko:
Akibat sering bermain-main di Tumblr dan akun yang aku follow adalah para akun pecinta buku dari luar sana, jadilah aku baru tahu kalau Gillian Flynn menulis sebuah cerita pendek yang baru saja dipublikasikan. Iseng mampir ke Periplus Galaxy Mall, Surabaya ternyata yang tidak ku sangka malah sudah tersedia di bagian display buku baru. Tanpa banyak ba-bi-bu, langsung aku samber saja satu buah (meskipun awalnya aku bingung enaknya beli yang edisi USA atau edisi UK).

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Aku sudah membaca ketiga novel tulisan Gillian Flynn. Memang, gaya bahasanya sangat minim dengan kata-kata kiasan (minim, bukan berarti tidak ada sama sekali). Apalagi karena buku ini adalah cerita pendek, wajar jika Flynn membuatnya menjadi lebih lugas dan langsung masuk ke dalam intinya. Tetapi untuk percakapan atau dialog antartokoh, Flynn masih suka bermain dengan gaya bahasa yang kadang membuatku harus membacanya dua kali agar mengerti maksudnya. 

Masih sama dengan ketiga novelnya, cerita pendek ini juga mengandung kosa kata yang sebaiknya tidak dibaca oleh mereka yang tidak terbiasa dengan kata-kata kasar. Flynn tetaplah Flynn. Dunia orang dewasa yang ia ciptakan melalui cerita pendek ini penuh dengan kata-kata kasar (yang bahkan mungkin untuk sebagian pembaca Indonesia kata tersebut masih terlalu tabu untuk diucapkan). Tetapi uniknya adalah, Flynn melalui tokoh utama dalam cerita ini bisa menyederhanakan kata kasar tersebut menjadi suatu hal yang rasional, mengapa sang tokoh memilih mengucapkan kata tersebut. Selain yang kasar, karena memang sasaran dari tulisan Flynn adalah orang dewasa, wajar jika pembaca muda menemukan kosa kata yang masih sulit untuk dipahami. Untungnya, Flynn tidak terlalu banyak pula menggunakan bahasa gaul yang bagi pembaca di sini agak sulit untuk dipahami.

Plot
Cerita pendek ini dituturkan dari sudut pandang orang pertama yang tidak diketahui namanya siapa. Ia hanya membeberkan nama panggilannya, Nerdy, Nerdy berkisah secara runut dari awal. Apa yang ia kerjakan, bagaimana ia bertahan hidup. Pada awal bagian dari cerita ini, Nerdy sempat menyinggung bagaimana masa kecilnya dan keluarganya lalu Nerdy kembali berkisah mengenai hidup yang tengah ia jalani. Pergerakan plotnya rapi, tidak terlalu terkesan terburu-buru. Yang aku suka dari buku ini kalau berbicara soal plot ialah bagaimana Flynn meletakkan klimaksnya di akhir. Semakin menuju akhir, semakin puncaklah klimaks cerita ini. Meninggalkan pembacanya penasaran sendiri bahkan mungkin emosional bergidik ngeri.

Penokohan
Dalam cerita pendek ini ada 3 tokoh yang menjadi fokus utama

kiri: desain US Edition cover // sumber gambar kanan


Yang pertama ialah Nerdy, atau begitulah ia dipanggil. Diberi sebutan seperti itu karena di luar penampilannya ketika bekerja, ia mengenakan kacamata dan suka membaca. Ia ingin dilabeli sebagai seseorang yang pintar. Nerdy memiliki kemampuan untuk membaca gerak-gerik manusia. Itu pun bukan sesuatu yang bisa dianggap kekuatan paranormal. Ia sendiri menjelaskan kalau kemampuan tersebut ia dapatkan karena sudah bertahun-tahun bertemu beragam manusia, sehingga baginya manusia mudah ditebak. Awalnya Nerdy menganggap bahwa pekerjannya "yang baru" akan mendatangkan banyak keuntungan, khususnya uang. Namun, seperti yang bisa ditebak oleh pembaca, semua anggapannya itu salah.

Susan Burke adalah seorang ibu dari dua orang anak yang mengira bahwa dirinyalah yang gila. Ia tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti hantu ataupun rumah yang masih memiliki "penghuni lamanya". Susan baru saja pindah ke sebuah rumah bersama keluarganya yang bahagia sebelum sesuatu yang aneh terjadi pada anak angkatnya. Ia merasa kalau hal tersebut terjadi karena adanya roh jahat di dalam rumah tersebut. Begitulah awalnya ia bisa bertemu dengan Nerdy.

Miles Burke merupakan anak angkat Susan Burke. Miles sudah menganggap Susan ibunya sendiri karena ia sudah tinggal bersama sejak Miles berusia 4 tahun. Miles-lah yang dilaporkan oleh Susan memiliki tingkah laku yang aneh semenjak mereka pindah ke rumah besar tersebut. Miles tidak seperti dulu. Miles berusia 15 tahun tetapi Susan merasa takut kepada anaknya itu. 

Ide Cerita
Bukan Flynn namanya jika tidak memberikan plot twist dalam ceritanya. Termasuk dalam cerita pendeknya. Tidak tanggung-tanggung, double plot twists! Inilah mengapa aku berani memberikan 5 dari 5 bintang. Sederhana, namun Flynn bisa menggiring pembacanya untuk percaya dengan apa yang dituturkan oleh Nerdy. Flynn bisa membuat pembaca merasakan emosi Nerdy ketika berhadapan denga rumah yang katanya berhantu itu. Tapi bukan Flynn namanya jika menyelesaikan cerita bertumpu pada kisah mistis. Flynn tidak pernah menulis kisah hantu. Tapi apa benar buku ini bukan soal hantu?

Aku memaklumi jika cerita bergera cukup cepat karena ini adalah cerita pendek. Namun kecepatannya tersebut tidak terkesan terburu-buru. Flynn sangat rapi menuturkan kisah hingga pada bagian-bagian akhir klimaks pun semakin memuncak bahkan di akhir cerita. Kesan double plot twists yang diberikan oleh Flynn membuat kita bertanya-tanya mana yang benar dan mana yang hanya rekayasa. Membuat pembaca berdecak kagum atau malah sebal karena Flynn berhasil mempermainkan emosi. Tapi itulah Flynn.

Saran Shiori-ko:
Dari keempat tulisan Flynn (termasuk cerita pendek ini), hanya buku ini yang berani aku beri 5 bintang. Aku suka dengan bagaimana Flynn menjebak cara berpikir pembacanya dan memberikan kejutan menuju akhir cerita. Bahkan pada akhir cerita pun, puncak emosi dan klimaksnya masih terasa. Aku puas dengan akhir ceritanya karena selama ini ketiga novel Flynn memberikan akhir yang tidak begitu emosional. Aku rasa, untuk pemula yang ingin membaca Flynn, bisa mencoba dengan buku ini. Supaya tidak kaget dengan gaya bahasa, kosa kata, dan penyampaian Flynn di novelnya yang tebal-tebal itu. Untuk yang sudah pernah membaca karya Flynn, aku rasa membaca buku ini akan membuat rindu membaca buku thriller dan berharap Flynn segera menulis buku baru. 

2 comments:

  1. Thank you Shiori-Ko atas reviewnya. menarik. Terima kasih atas kiriman reviewnya. Your Friend, Periplus.com

    ReplyDelete