Tuesday, November 17, 2015

We Were Liars

We Were Liars
Penulis: E. Lockhart
Jumlah halaman: 225 halaman
Tahun terbit: 2014
Penerbit: Delacorte Press
Format: paperback
Harga: Rp 218.000 di Kinokuniya
Rating: 4/5
Sinopsis:

A beautiful and distinguished family.
A private island.
A brilliant, damaged girl; a passionate, political boy.
A group of four friends—the Liars—whose friendship turns destructive.
A revolution. An accident. A secret.
Lies upon lies.
True love.
The truth.

We Were Liars is a modern, sophisticated suspense novel from National Book Award finalist and Printz Award honoree E. Lockhart. 
Read it.

And if anyone asks you how it ends, just LIE.


Resensi Shoiori-ko:

Sudah direkomendasikan untuk membaca buku ini sejak tahun 2014, namun karena aku sendiri kesulitan untuk mendapatkan salinannya, barulah ketika mampir ke Kinokuniya aku sempat membelinya. Cukup mahal untuk novel yang tidak terlalu tebal ini. Bahkan aku bisa menyelesaikannya dengan cepat.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Sejak membuka buku ini untuk pertama kalinya (karena aku belum pernah membaca buku Lockhart), penulis sudah menyuguhkan hal yang berbeda dari kebanyakan novel young adult lainnya. Cara penyampaiannya unik. Seperti penulisan puisi kontemporer. Buku ini menjamu pembacanya dengan campuran antara tulisan fiksi prosa dengan puisi. Syukurlah gabungannya tidak membuat bingung, malah menurutku membuat buku ini cukup indah. 

Meskipun begitu, jangan harap ada kesan manis atau sweet pada buku ini. Cara penyampaian yang unik tersebut malah membawa tone buku ini menjadi agak gelap, tetapi tidak segelap tulisan dari Gillian Flynn (tentu saja, beda target pembaca). Perpaduan yang cukup menarik untuk novel remaja. 

Kalau berbicara masalah kosa kata dan gaya bahasanya, Lockhart tidak menggunakan kata-kata yang sulit. Lockhart menyederhanakan apa yang biasanya diekspresikan secara panjang lebar menjadi seperti bait-bait puisi. Indah, tetapi berkesan gelap.  Mungkin inilah salah satu poin mengapa buku ini bagiku cukup menarik.

Plot
Diceritakan dari sudut pandang orang pertama, Cadence mengenai apa yang ia lihat selama menghabiskan liburan musim panas di pulau pribadi milik kakeknya. Plot inilah yang juga menjadikan buku ini cukup menarik. Setiap babnya hanya diberikan nomor, tanpa ada penjelasan mengenai momen. Lockhart menawarkan permainan plot yang untungnya cukup rapi, meskipun aku sendiri merasa agak kebingungan untuk mengikuti bagaimana cerita ini berjalan. Penempatan klimaksnya juga berada di bagian-bagian tertentu, dimana semakin ke belakang, cerita malah menjadi semakin menegangkan. Kesan gelap yang berada di dalamnya semakin terasa.

Penokohan
Kalau membaca buku ini, pembaca akan bertemu dengan 4 orang tokoh yakni Cadence, Mirren, Johnny, dan Gat. Keempatnya inilah yang dinamakan The Liars. Mereka saling mengenal karena mereka adalah sepupu, harus menghabiskan waktu musim panasnya bersama-sama di pulau pribadi milik si Kakek yang merupakan orang terpandang dengan uang yang tidak ada habisnya. Keempatnya semasa kecil hanya bermain dan bermain, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik potret keluarga sempurna. Menginjak usia yang semakin dewasa ternyata ada yang lebih buruk ketimbang hanya mencuri dengar bahwa ayah Cadence ternyata tidak sanggup membiayainya pergi ke Eropa dan hal-hal yang tidak diduga Cadence sebelumnya.

collaged by me // sumber




Tokoh Cadence Sinclair Eastman adalah cucu pertama dari keluarga Sinclair yang digambarkan sebagai sosok yang sempurna: bertubuh tinggi, ramping, rambut berwarna keemasan, dan otak yang cemerlang. Keluarga Sinclair secara turun menurun mengharapkan agar penerusnya akan sama mashyurnya dengan para leluhur, membuat semua keturunan Sinclair sepertinya memiliki beban sendiri-sendiri yang tidak mereka tunjukkan. Cadence menyadari suatu hal yang membuatnya harus melakukan sesuatu untuk merubah takdirnya sebagai penerus Sinclair. Cadence memegang kunci untuk keluarga Sincair.

Gatwick Matthew Patil atau Gat bukanlah keturuanan langsung dari keluarga Sinclair. Beberapa hal membuatnya bisa diterima menjadi bagian dari anggota keluarga tersebut dan merasakan musim panas di pulau mewah. Gat adalah sosok yang cerdas, yang kritis karena dirinya berbeda dari keluarga Sinclair. Sedangkan Johnny malah terlihat ceroboh, tidak tertarik dengan hal-hal yang butuh pemikiran mendalam. Malah sebenarnya lucu, tidak membawa semua hal menjadi sebuah masalah yang terlalu serius. Berbeda dengan Mirren yang seperti salinan Cadence. Mirren satu-satunya keturunan Sinclair yang sepertinya sudah memiliki rencana masa depan yang matang: kemana akan meneruskan studi dan akan menjadi apa setelah selesai sekolah. Namun di balik itu, Mirren kesusahan mengikuti bagaimana keluarga Sinclair menetapkan sebuah standar untuk menjadi sukses.

Ide Cerita
Aku kira kisah ini adalah kisah cinta biasa seperti kebanyakan novel young adult: sekelompok remaja yang pada awalnya saling berbohong agar terlihat superior dibanding lainnya namun suatu kejadian menghantan mereka, membuka tabir satu-persatu. Ternyata bukan, bukan seperti itu. Buku ini menceritakan tentang sebuah standar yang tinggi dalam sebuah keluarga terpandang, keluarga yang kelihatannya sangat disegani di Amerika Serikat. Polemik di dalamnya merefleksikan bagaimana kekayaan pun bisa membuat seseorang menjadi berubah. Belum lagi ketika semua tabir manipulasi itu terungkap. Aku rasa pembaca tidak menduga apa yang terjadi dengan keluarga ini sebenarnya.

Aku suka dengan bagaiman cerita ini bertutur, bagaimana penulis membuat pembacanya menjadi ikut terenyuh membaca kisah Cadence menghabiskan musim panasnya di pulau pribadi tersebut. Meskipun tidak seberat tulisan Tami Hoag atau Faye Kellerman, buku ini memberikan warna tersendiri dalam genre young adult. Apalagi kisahnya yang bukan kisah cinta semata, tetapi menyelami kehidupan sosial para orang kaya, the ugly truth behind their money. Namun benar, kadang kita tahu bahwa di dunia nyata hal-hal mengerikan yang terjadi di dalam buku memang benar ada.

Saran Shiori-ko:
Kalau kamu mencari bacaan young adult yang tidak terlalu banyak romansanya, We Were Liars adalah pilihan yang cocok. Lebih-lebih kamu bisa menemukan hal baru di dalam buku ini seperti yang sudah aku sampaikan sebelumnya. 

No comments:

Post a Comment