Thursday, December 24, 2015

Ready Player One

Ready Player One
Penulis: Ernest Cline
Jumlah halaman: 372 halaman
Tahun terbit: 2012 (terbit pertama kali tahun 2011)
Penerbit: Broadway Books
Format: paperback
Harga: Rp 224.000 di Kinokuniya Plaza Senayan
Rating: 4.5/5
Sinopsis:


It's the year 2044, and the real world is an ugly place.

Like most of humanity, Wade Watts escapes his grim surroundings by spending his waking hours jacked into the OASIS, a sprawling virtual utopia that lets you be anything you want to be, a place where you can live and play and fall in love on any of ten thousand planets. 

And like most of humanity, Wade dreams of being the one to discover the ultimate lottery ticket that lies concealed within this virtual world. For somewhere inside this giant networked playground, OASIS creator James Halliday has hidden a series of fiendish puzzles that will yield massive fortune — and remarkable power — to whoever can unlock them. 

For years, millions have struggled fruitlessly to attain this prize, knowing only that Halliday's riddles are based in the pop culture he loved — that of the late twentieth century. And for years, millions have found in this quest another means of escape, retreating into happy, obsessive study of Halliday's icons. Like many of his contemporaries, Wade is as comfortable debating the finer points of John Hughes's oeuvre, playing Pac-Man, or reciting Devo lyrics as he is scrounging power to run his OASIS rig. 

And then Wade stumbles upon the first puzzle. 

Suddenly the whole world is watching, and thousands of competitors join the hunt — among them certain powerful players who are willing to commit very real murder to beat Wade to this prize. Now the only way for Wade to survive and preserve everything he knows is to win. But to do so, he may have to leave behind his oh-so-perfect virtual existence and face up to life — and love — in the real world he's always been so desperate to escape. 

A world at stake. 
A quest for the ultimate prize. 
Are you ready?

Resensi Shiori-ko:
Buku ini sudah sering berlalu lalang pada dashboard Tumblr-ku. Sudah berulang kali rasanya penasaran dengan seperti apa sih buku ini sampai-sampai membuka ragam situs toko buku impor yang berbasis di Indonesia. Namun, yang namanya rezeki juga tidak lari kemana. Ketika ada tugas kantor yang mengharuskan aku ke Jakarta, aku (selalu) menyempatkan diri untuk mampir ke Kinokuniya. Sempat galau juga apakah aku sebaiknya membeli Ready Player One saat itu juga atau menunggu. Tapi akhirnya, aku menyadari bahwa pilihanku benar: aku mengadopsinya dan puas sekali dengan cerita yang disuguhkan di dalamnya.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Memasuki gaya kepenulisan penulis yang belum pernah aku baca sebelumnya, bagiku menjadi suatu tantangan tersendiri. Aku takut kalau-kalau ternyata aku tidak cocok dengan bagaimana penulis menuturkan ceritanya baik dari gaya bahasa maupun dari kosa katanya itu sendiri. Tapi keraguanku tersebut tidak terbukti. Entah bagaimana caranya, buku Ernest Cline yang pertama ini bisa dengan cepat menghipnotisku dengan sempurna untuk tidak meletakkan buku ini begitu saja. Padahal kalau boleh dibilangm gaya bahasa dan kosa katanya berada di level menengah, yang artinya agak sulit diikuti oleh mereka yang tidak terbiasa dengan bahasa gaul negara asal penulis. Namun anehnya ialah, Ernest Cline mampu membuat cara penyampaiannya menjadi suatu hal yang membuat pembaca fokus dengan tulisannya dan langsung jatuh cinta sejak bab prolog dimulai.

Semakin ke belakang, pembaca rasanya akan dengan mudah beradaptasi dengan bagaimana Ernest Cline memasukkan kosakata yang berhubungan dengan ilmu komputer, pemrograman, hingga dunia game

Plot
Sejak bab inti, bukan dari bab prolog, semuanya dikisahkan secara maju. Penceritaan mundur hanya dilakukan melalui dialog antartokoh. Sedangkan sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama yakni Wade Watts alias Parzival. Semua dikisahkan dari bagaimana Wade melihat dunia nyata dan dunia maya, OASIS, dimana ia lebih banyak menghabiskan waktu disana.

sumber
Untuk konflik, ide dasarnya sederhana namun Ernest Cline bisa membuatnya begitu seru dan cukup komplek. Penulis membawa kejutan setiap kali pembaca sudah sampai akhir bab dan membuat penasaran dengan apa yang akan terjadi terhadap Wade dan OASIS. 

Tokoh
Karena buku ini dari sudut pandang Wade, bagaimana Wade mempresepsikan dunia nyata dan dunia maya. Wade dikatakan benar-benar berdedikasi dengan sistem OASIS tersebut. Ia banyak menghabiskan waktu menjelejahi dunia maya hingga megenai kehidupan pribadi mendiang pendirinya. Ia membaca apa yang dibaca oleh Halliday, pencetus OASIS. Rasanya perpustakaan otak Wade tidak pernah penuh mau berapa banyak lagu yang ia dengar, game yang berhasil ia selesaikan, hingga pada serial anime yang ditonton pula oleh Halliday. 

Wade tidak sendiri. Wade memiliki teman baik di dunia maya yang menggunakan nama Aech. Keduanya tidak pernah saling tahu bagaimana rupa masing-masing, dimana mereka tinggal. Yang mereka tahu bahwa Wade bisa dipercaya begitu pula dengan Aech. Wade menggunakan nama samaran Parzival untuk menyelesaikan misi atau menjadi bounty hunter untuk harta karun yang ditinggalkan oleh Halliday.

sumber

Hidup Wade bukanlah hidup yang mulus. Ada saja rintangan yang datang begitu ia berhasil memecahkan satu kode. Ada saja yang mengancam hidupnya. Bahkan karena hal tersebut, Wade mau melakukan sebuah tindakan yang cukup eksrtim. Wade bisa jadi panutan bagi pembacanya bahwa berada di dunia maya bukan berarti harus mengabaikan apa yang ada di dunia nyata.

Ide Cerita
Ernest Cline tampaknya sudah bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan jika teknologi terus menerus maju namun tidak diiringi oleh kesiapan sistem pemerintahan, negara, atau bahkan tatanan sosial. Buku ini memang secara tidak langsung menyindir bagaimana keadaan di dunia ntara saat ini bisa saja berubah menjadi dunia maya. Akan timbul keyakinan kalau realita itu busuk dan memuakkan.

sumber

Ide Ernest Cline tentang OASIS juga menurutku jangan sampai dijadikan acuan untuk membangun masa depan, bahwa semua yang ada di dunia nyata tidak bisa dikendalikan dan maka dari itu membentuk sistem baru yang digunakan untuk menopang manusia, termasuk melalui pendidikan secara online. Semua orang dalam dunia Ernest Cline memiliki banyak kepribadian online. Seperti Wade misalnya yang memiliki akun menjelajahi OASIS dan akun sekolah yang berbeda. Bisa saja, dunia masa depan kita akan menjadi seperti itu. 

Ernest Cline terbukti tidak sekedar menulis. Ia juga pembaca dan penikmat budaya pop. Hal itu diperlihatkan olehnya melalui tokoh Wade yang membaca karangan-karangan orang besar, menonton film legendaris sepanjang masa, mendengarkan musik yang tida pernah lekang oleh waktu, dan menikmati anime yang selalu dikenang oleh semua generasi. Ernest Cline terbukti adalah sosok yang cerdas, yang bisa menuangkan ide di kepalanya dengan sangat baik dan terstruktur (ini juga yang menjadi alasan mengapa aku memberikan 4,5 bintang).

Mengapa tidak 5 bintang? Ya karena aku merasa agak bingung ketika membaca buku ini. Ada bagian dimana Wade berada di dunia nyata dan menjadi Wade. Ada pula bagian dimana Wade masuk ke dalam sistem OASIS dan menjadi Parzival. Ketika sedang membaca buku ini, aku malah membayangkan latar OASIS seperti permainan The Sims.

Saran Shiori-ko:
Aku berani merekomendasikan buku ini bagi mereka yang mengaku nerd, geek, otaku atau apalah itu. Buku ini buku yang terlalu keren. Buku yang mendorongku untuk menulis esai berdasarkan bagaiman Ernest Cline melukiskan dunia di masa depan nanti. Jadi, ya tidak rugi kalau aku membeli buku ini dengan harga yang cukup mahal. Dan kabarnya, Steven Spielberg sedang menggarap film yang diadaptasi dari novel ini! Jadi kamu punya alasan yang cukup kuat untuk membeli bukunya :3

No comments:

Post a Comment