Saturday, March 5, 2016

A World Without Islam

Penulis: Graham E. Fuller
Jumlah halaman: 385 halaman
Tahun terbit: 2012 (pertama kali terbit 2010)
Penerbit: Back Bay Books
Format: mass market paperback
Harga: Rp 122.000 di Periplus
Rating Shiori-ko: 3.5/5
Sinopsis:

This extremely provocative and illuminating "what if" journey through history, geopolitics, and religion investigates whether there is something unique in Islam and its followers that breeds violence and conflict. Spanning the rise of Muhammad to the collapse of the Ottoman Empire to the present day, the book examines and analyzes the roots of terrorism, the conflicts in Israel and Chechnya, and the role of Islam in supporting and energizing the anti-imperial struggle. 

Fuller's startling conclusion? Contrary to the claims of many of today's most respected politicians, thinkers, theologians, and soldiers, East-West relations in a world without Islam might not look vastly different from what we see today. And, thankfully, such recognition provides a map to a more peaceful future, making A WORLD WITHOUT ISLAM both a brilliant examination of the past and a visionary look forward. 


Resensi Shiori-ko:
Melihat buku ini seringkali membuatku ingin membaca. Namun, baru belakangan aku sempat. Itu pun karena ada yang bersedia untuk meminjamiku. Aku tertarik dengan judulnya dan sudah meletakkan ekspektasi akan apa yang nantinya aku dapat setelah membaca buku ini.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Sudah pasti, dengan judul yang sepertinya membahas topik yang berat, orang pertama kali akan merasa agak ngeri dengan bahasa yang nantinya digunakan sebagai penutur dalam buku ini. Memang, bahasanya tidak begitu mudah dimengerti, apalagi kalau membacanya sambil lalu. Meskipun begitu, bahasa yang digunakan oleh Fuller tidaklah terlalu susah. Tingkatannya kalau boleh dibilang hanya sebatas tingkatan menengah saja. Begitu pula dengan kosa katanya yang tidak menggunakan istilah-istilah asing meskipun Fuller dulunya bekerja untuk CIA. Syukurlah, cara penyampaiannya sangat rapi. Fuller bisa membuat isi bukunya dituturkan secara kronologis sehingga tidak membuat pembaca menjadi bingung.

Isi Buku
Yang ada dipikiranku ketika akan membaca buku ini adalah sebuah perandaian bagaimana jika Islam benar-benar tidak ada dunia. Apakah itu akan mengubah tatanan masyarakat dan bernegara suatu komunitas atau malah tidak ada pengaruh yang terjadi sama sekali. Well, itu adalah ekspektasiku di awal.

Ketika sudah berjalan beberapa bab, aku baru sadar kalau Fuller mencoba membahasnya perlahan. Dimulai dengan sejarah mengenai Islam dan bagaimana Islam bisa menyebar ke seluruh dunia. Tidak dilewatkan juga, ketika Islam berhasil berjaya di Cordova plus cerita mengenai runtuhnya kerajaan Islam. Sekilas memang terlihat membosankan. Apalagi kalau di bangku sekolah dulu, kisah ini tidak pernah alpa untuk dijadikan bahan ujian. Namun, Fuller mencoba menyajikannya secara berbeda. 

Islam dikatakan baru bisa beredar luas ketika Nabi Muhammad menjadi Rasul. Tetapi bukan berarti sebelum itu tidak ada usaha untuk menyebarluaskan Islam. Fuller memberikan pandangan yang berbeda-beda terhadap Islam dimulai dari agama Protestan hingga Yahudi, yang kala itu juga sudah banyak pemeluknya. Dari bagian awal, yakni tentang kedatangan Islam, pembaca disuguhi bagaimana sejak dulu sudah ada resistensi dan penolakan akan agama Islam yang kalau dilihat, memang berbeda dengan dua agama itu. Fuller tidak memberikan pendapat yang berat sebelah. Melainkan mencoba melakukan penjabaran. Memberikan penilaian sepenuhnya kepada pembaca. 

Di bagian selanjutnya, Fuller memberikan tulisan tentang bagaimana Islam dipandag di negara barat hingga ke negara-negera timur. Dari Eropa, Amerika Serikat, Rusia, India, hingga Cina. Fuller memasukkan unsur Islam ke dalam sejarah perang dunia. Tidak jarang, Fuller mengatakan kalau perang yang sebenarnya pun tidak pernah ada urusannya dengan agama. Manusianya saja yang selalu merasa punya keterikatan dengan mengatasnamakan agama. Fuller mulai menjelaskan tentang keberadaan Islam di abad pertengahan dan bagaimana pandangan kerajaan-kerajaan besar, khususnya di Eropa dalam melihat Islam.

Pada bagian akhir dari buku ini, Fuller mulai mengaitkan apa yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dengan judul dari buku ini. Barulah ketika membaca bagian itu akhirnya apa yang menjadi ekspektasi di awal terjawab sudah. Fuller mulai membahas bagaiman jika keberadaan muslim yang ada di mana-mana dan tidak sedikit itu, tidak digubris oleh negara-negara yang serakah menguasai dunia. Di bagian terakhir ini juga, aku merasa kalau Fuller mulai menyelahkan Amerika Serikat karena ambisi untuk mendapatkan seluruh tambang minyak di seluruh dunia yang hingga kini, permasalahan itu tetap ada: peperangan dan terorisme yang membawa-bawa label agama.

Saran Shiori-ko:
Meskipun tidak terlalu thought provoking, buku ini cukup bagus untuk dinikmati sebagai penambah wawasan. Selain karena dituturkan secara kronologis dan rapi, Fuller secara bertahap memperkenalkan konsep "bagaimana jika Islam tidak ada di dunia". Ujung akhirnya cukup memuaskan, dan bisa jadi bahan diskusi menarik. Kamu bisa menggunakan buku ini untuk mengisi kekosongan ruang di otak. Jangan lupa, orang-orang besar di dunia seperti Zuckerberg juga membaca buku ini lo!

No comments:

Post a Comment