Penulis: Mohsin Hamid
Tahun terbit: 2014 (pertama kali terbit 2013)
Penerbit: Hamish Hamilton
Format: mass market paperback
Harga: Rp 20.000 (diskon Periplus Februari 2016)
Rating Shiori-ko: 3.5/5
Sinopsis:
From the internationally bestselling author of The Reluctant Fundamentalist, the boldly imagined tale of a poor boy’s quest for wealth and love.
His first two novels established Mohsin Hamid as a radically inventive storyteller with his finger on the world’s pulse. How to Get Filthy Rich in Rising Asia meets that reputation and exceeds it. The astonishing and riveting tale of a man’s journey from impoverished rural boy to corporate tycoon, it steals its shape from the business self-help books devoured by ambitious youths all over “rising Asia.” It follows its nameless hero to the sprawling metropolis where he begins to amass an empire built on that most fluid, and increasingly scarce, of goods: water. Yet his heart remains set on something else: on the pretty girl whose star rises along with his, their paths crossing and recrossing, a lifelong affair sparked and snuffed and sparked again by the forces that careen their fates along.
How to Get Filthy Rich in Rising Asia is a striking slice of contemporary life at a time of crushing upheaval. Romantic without being sentimental, political without being didactic, and spiritual without being religious, it brings an unflinching gaze to the violence and hope it depicts. And it creates two unforgettable characters who find moments of transcendent intimacy in the midst of shattering change.
Resensi Shiori-ko:
Setelah membaca buku Mohsin Hamid, Discontent and Its Civilization, kebetulan sekali aku menemukan buku Mohsin Hamid yang sebelumnya di tengah tumpukan buku yang didiskon oleh Periplus. Selain karena harganya yang memang kelewat murah, aku juga penasaran dengan tulisan fiksi Mohsin Hamid ini.
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Ada yang unik dengan buku ini. Yang menurutku mejadi suatu hal yang baru untuk dibaca oleh pembaca awam yang kurang begitu mengenal siapa Mohsin Hamid. Mohsin Hamid memperkenalkan dulu buku apa yang ia tulis kali ini. Seperti yang tertera sebagai judul, buku ini dimulai dengan kata "How To..." dimana bagi banyak orang, judul yang seperti itu mengarah kepada judul-judul buku dengan genre self-help. Pendekatan itulah yang digunakan oleh Mohsin Hamid. Dengan beberapa bab yang semuanya seakan mengarah pada tipikal buku self-help, bagiku cara penyampaian Mohsin Hamid terhadap buku yang sebenarnya adalah sebuah tulisan fiksi, menjadi menarik.
Bagaimana dengan gaya bahasa dan kosa kata? Mohsin Hamid tidak menggunakan kosa kata yang sulit, melainakn kalau aku boleh menyarankan, ia menggunakan bahasa yang ditujukan kepada pembaca dewasa. Akan tetapi, dengan bahasa yang lebih diperhalus, tetapi tetap memiliki makna yang sama. Kalau diibaratkan dengan majas, Mohsin Hamid pada beberapa bagian menggunakan majas ameliorasi untuk membuat tulisannya terlihat halus.
Plot
Pada awalnya, Mohsin Hamid memperkenalkan tokohnya menggunakan plot yang mundur baru kemudian secara bertahap semakin maju. Memang, Mohsin Hamid membuat cerita ini dengan menggunakan plot yang sudah umum. Buktinya, pada bab awal, Mohsin Hamid memberikan permulaan supaya pembaca mengerti.
Yang aku takjub dengan isi buku ini adalah penggunaan sudut pandang sebagai cara bernarasi Mohsin Hamid.. Ia menggunakan sudut pandang orang kedua, sebuah sudut pandang yang tidak banyak dipakai oleh penulis. Aku pertama kali membaca sudut pandang yang seperti itu adalah ketika membaca salah satu cerita dalam buku Recto Verso karangan Dee. Keunikan yang dimiliki oleh Mohsin Hamid inilah yang membuat buku ini menjadi sebuah pengalaman baru.
Penokohan
Well, bagian ini menjadi agak susah dijelaskan mengingat pengguanaan sudut pandang orang kedua yang digunakan oleh Mohsin Hamid. Tokoh utamanya adalah sosok seseorang yang ingin menjadi kaya raya. Ia memiliki masa kecil yang tidak begitu menyenangkan. Hal itu tergambarkan lewat bagaimana si tokoh utama ini mencoba mengubah jalan hidupnya.
Mohsin Hamid juga memberikan tokoh-tokoh lain yang diceritakan menjadi istri dari si tokoh utama hingga menjadi atasan si tokoh utama.
Isi Buku
Aku hanya memberikan bintang 3.5 karena bagiku, ceritanya cenderung biasa saja. Permasalahan yang dihadapi oleh tokoh utama juga tidak begitu menarik untuk terus diikuti. Hal yang membuatku menjadi tertarik untuk terus membaca dan menghabiskan buku ini adalah karena cara penyampaian yang menggunakan sudut pandang orang kedua itu tadi. Selebihnya, aku tidak begitu merasa buku ini memiliki keistimewaan tertentu. Diksinya memang bagus, tetapi tidak masuk ke dalam kategori diksi yang indah. Begitu pula dengan ceritanya yang mengingatkan ku pada film Slumdog Millionaire.
Saran Shiori-ko:
Mungkin kalau untuk sekedar bacaan saja, buku ini bisa menjadi opsi, namun jangan berekspektasi terlalu tinggi. Pengalaman membaca yang akan dialami kiranya hanya sebatas dari segi cara penyampaiannya, tidak sampai pada jalan ceritanya yang bisa membuat seseorang jadi tergerak hatinya.
No comments:
Post a Comment