Wednesday, May 11, 2016

Nick & Norah's Infinite Playlist

Nick & Norah’s Infinite Playlist
Penulis: Rachel Cohn & David Levithan
Jumlah halaman: 240 halaman
Tahun terbit: 2014 (pertama kali terbit 2006)
Penerbit: Electric Monkey
Format: paperback
Harga: Rp 60.000 di Big Bad Wolf Jakarta 2016
Rating Shiori-ko: 4/5
Sinopsis:

A sexy, funny roller coaster of a story about one date over one very long night in New York. Nick and Norah are both suffering from broken hearts. So when Nick sees the girl who dumped him walk in with a new guy he asks the strange girl next to him to be his girlfriend for the next five minutes. Norah would do anything to avoid conversation with the not-friend girl who dumped Nick, and get over the Evil Ex whom Norah never quite broke up with. And so she agrees. What follows is an epic first date between two people who are just trying to figure out who they want to be - and where the next great band is playing.


Resensi Shiori-ko:
Sejak filmnya banyak ditonton remaja kekinian (bahkan aku sendiri belum menontonnya karena memang aku bukan remaja kekinian), buku ini sering aku lihat di salah satu toko buku yang ada di Surabaya. Saat itu harganya cukup menjengkelkan. Tetapi, lagi-lagi, yang namanya jodoh tidak akan lari kemana. Aku menemukan buku yang tinggal satu eksemplar ini di Big Bad Wolf Jakarta 2016 kemarin. Dan harganya pun hanya Rp 60.000 saja!

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Buku ini merupakan duet penulis yang aku bayangkan mirip dengan hasil duet antara David Levithan (juga) dengan John Green dalam karyanya Will Grayson, Will Grayson. Aku memang belum banyak membaca tulisan Levithan, tetapi dari apa yang aku tahu (dari membaca Will Grayson Will Grayson dan The Lover’s Dictionary), Levithan memiliki kelebihan untuk memberikan diksi-diksi yang indah. Berbeda dengan John Green yang bisa menata diksi sederhana menjadi sebuah frasa yang dalam (dan katanya sih, quote-able). Bagaimana dengan Rachel Cohn? Aku malah baru membaca karyanya, ya buku ini. 

Keduanya, baik Cohn dengan Levithan, bisa melebur dengan baik. Tidak ada ketimpangan yang terlalu ditonjolkan, selain untuk membedakan sudut pandang penceritaan saja. Gaya penyampaiannya pun juga cerdas, dengan premis yang diberikan dalam sinopsis, membuat penasaran pembaca.

Plot
Semuanya diajak maju. Semuanya diajak untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya setelah Nick bertanya secara spontan kepada Norah. Permasalahan yang dimunculkan dalam tulisan ini sebenarnya tidak terlalu membuat tegang, namun cukup membuat kesal (apalagi jika kamu pernah berada pada posisi tersebut). Sudut pandang yang diberikan adalah dari orang pertama, masing-masing dari Nick dan Norah, seperti sebagaimana dua penulis tersebut menghidupkan para tokohnya.

Penokohan
Dua tokoh utama disini memiliki keunikan masing-masing. Nick dengan rasa spontannya dan berusaha untuk terlihat tenang di depan Norah. Dan Norah yang berusaha menaruh rsaa percaya kepada Nick setelah pertanyaannya yang sangat spontan malam itu.

Nick adalah salah satu keramaian dari sebuah acara banda indie (dan lebih dikenal dengan sebutan Gigs). Nick sangat spontan ketika bertanya kepada gadis di sebelahnya yang kemudian diketahui bernama Norah, untuk menjadi pacarnya selama 5 menit. Nick terlihat tenang di luar padahal dalam hatinya, ia juga merasa khawatir. Takut Norah melabelinya dengan hal-hal yang negatif. Nick berusaha untuk terlihat sebagai sosok laki-laki yang berani dan perhatian (tidak hanya sekedar baik secara etika ketika berperilaku di depan perempuan).

Norah tentu kaget dengan apa yang terjadi di gigs kala itu. Dan lebih kaget lagi ketika mengetahui siapa Nick sebenarnya (sama dengan ketika Nick tahu siapa Norah). Norah berbeda dengan Nick secara karakter. Norah adalah orang yang berani, memang mencintai spontanitas tapi di satu sisi Norah adalah orang yang labil dan emosinya sangat mendominasi. Meskipun begitu, Norah juga memiliki ketakutan yang didasari oleh hubungan masa lalunya, yang tentu saja mempengaruhi bagaimana ia bereaksi terhadap ajakan Nick.

Isi Buku
Buku ini menyenangkan! Aku merasa lebih suka dengan buku ini ketimbang Eleanor & Park, walaupun hubungan Nick & Norah terkembang dengan lebih cepat ketimbang Eleanor & Park. Aku suka bagaimana keduanya akhirnya menemukan satu hal yang cocok, dan bisa dibicarakan di antara mereka kedua.

Di latar belakangi oleh lingkungan yang dipenuhi oleh musik tidak membuat buku ini biasa saja. Berbeda dengan Amy & Roger's Epic Detour, Nick & Norah memenuhi percakapan mereka dengan hal-hal yang berbau musik. Dari membicarakan masalah personel band indie yang tengah tampil malam itu hingga lagu-lagu yang mereka berdua dengarkan. Meskipun begitu, para penulisnya juga tetap memberikan daftar lagu apa saja yang cocok dengan karakter Nick & Norah (dan itu terletak di akhir buku ini!).

Cohn & Levithan cukup cerdas dalam membuat cerita cinta yang hanya berlatar satu malam saja. Premis yang sederhana namun unik ternyata bisa dijadikan sebuah novel yang memikat bagiku. Seru juga akhirnya melihat Nick & Norah saling terbuka satu sama lain. Memang, akan ada pembaca yang mengatakan kalau buku ini tampaknya terlalu singkat untuk bisa meyakinkan kalau keduanya akhirnya jatuh cinta. Tidak ada kata yang manis atau adegan yang kelewat manis. Tetapi melalui penceritaan yang tidak terburu-buru, aku suka dengan bagaimana buku ini diakhiri oleh Cohn & Levithan.

Saran Shiori-ko:
Nick & Norah's Infinite Playlist adalah novel kisah cinta yang bumbu cintanya tidak berlebihan. Menarik untuk diikuti dan dijadikan "pelarian" setelah sehari penuh dengan target kerja.

1 comment:

  1. aku pernah nonton film-nya eh tapi aku juga bukan remaja kekinian :D film-nya lumayan bagus tapi kayaknya lebih bagus novelnya yah.. agak susah tapi nyari novel ini

    ReplyDelete