Monday, April 10, 2017

Berkenalan dengan 4 Penulis yang Baru Diketahui Karyanya (& Jadi Jatuh Cinta)



Aku punya kebiasaan untuk membaca buku berdasarkan resensi dari teman-teman dekatku. Terkadang juga hanya berdasarkan rating yang ada di Goodreads. Atau, mengandalkan ketenaran nama pengarang tersebut di telingaku.

Kebetulan sekali, dalam BBI HUT Ke-6 Marathon ada juga tema yang membahas mengenai Author/Genre Baru yang Dibaca Tahun Ini (April 2016-April2017) yang tentu saja, memaksaku supaya aku membuka-buka lagi rak Goodreadsku. Melihat secara rinci lagi penulis/genre baru apa yang sudah aku baca. 

Karena tidak ada ketentuan yang begitu ketat mengenai definisi dari "baru" itu sendiri, maka aku memutuskan akan membahas mengenai para penulis yang karyanya baru saja aku baca pada periode April 2016-April 2017. Aku yakin, sebagian besar dari kalian pasti ada yang sudah familiar dengan namanya, bahkan dengan karya-karyanya. Tapi, boleh dong aku berbagi pendapat? Bersama dengan Shiori-ko, berikut adalah 4 penulis dan dengan karyanya yang baru pertama kali aku baca!

1. Higashino Keigo dengan The Devotion of Suspect X

Sebenarnya sudah mendengar nama Higashino Keigo sejak masih rajin maraton drama Jepang berjudul Galileo. Seorang teman juga sudah berujar bahwa drama Jepang yang mengadaptasi dari novel-novel Higashino Keigo tidak kalah menariknya dengan versi buku. Ketika BBW Jakarta 2016 lalu, sayangnya, aku terlewat untuk membeli The Devotion of Suspect X -- salah satu karya populernya. Ternyata keberuntungan masing mengikuti. Gramedia Pustaka Utama memutuskan untuk menerjemahkannya di tahun 2016. Bahkan mengadakan giveaway (meskipun aku sendiri tidak menang). Dikejar rasa penasaran, aku tetap membaca buku tersebut walaupun harus merogoh kocek sendiri (yang juga cukup dalam).

The Devotion of Suspect X mengenalkanku lebih jauh dengan bagaimana tulisan Higashino Keigo. Meskipun dasarnya aku adalah penyuka genre detektif, tetapi aku juga masih agak ragu untuk membaca karyanya. Ternyata, aku bisa mengikutinya dengan baik. Bahkan rasanya ingin segera ku selesaikan. Dari The Devotion of Suspect X, aku mencoba karya-karyanya yang lain dan berharap semakin banyak judul yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

2. Julie Buxbaum dengan Tell Me Three Things


Perjumpaanku dengan Tell Me Three Things bisa dikatakan cukup menarik. Buku tersebut sebenarnya sudah rilis beberapa minggu sebelum tanggal aku mulai membaca (22 November 2016). Namun, aku baru tahu saat sampul bukunya seliweran di dashboard Tumblrku. Awalnya aku tidak tergoda hingga ketika melihat wujud fisiknya, sepertinya memang layak baca.

Ekspektasi awalku hanyalah bacaan ringan young adult biasa saja. Tidak begitu menyentuh seperti Looking for Alaska-nya John Green atau All The Bright Places-nya Jenniver Niven. Lagi-lagi aku salah prediksi. Awal buku tidak begitu menarik hingga semakin ke belakang, aku semakin menikmatinya. Ujung-ujungnya, seperti yang sudah bisa ditebak, aku terkena hang over. Dari situ aku merasa, karya Julie Buxbaum boleh mendapatkan kesempatan untuk aku baca.


3. Jenniver Niven dengan All The Bright Places

Nama Jenniver Niven terdengar baru untukku. Meskipun beberapa portal pop culture membahasnya, seperti Buzzfeed bahkan Goodreads sekalipun, aku belum tergerak untuk membaca All The Bright Places. Apalagi aku sendiri mengetahui harga buku fisiknya cukup mahal untuk ukuran novel Young Adult. Hingga seorang rekan kerja, yang juga member BBI, merekomendasikan judul tersebut kepadaku.

Premisnya menarik. Dan semakin aku baca, aku semakin larut dalam balutan emosi yang tersusun rapi dalam setiap paragrafnya. Aku jadi ikut depresi, ikut sedih. Emosi yang ditawarkan seperti emosi ketika kamu membaca Looking for Alaska. Bisa ditebak, hangover untuk All The Bright Places memakan waktu yang lebih lama. Aku bahkan sempat membuat playlist di akun Spotify-ku.

Tinggal tunggu saja kapan aku akan membaca bukunya yang berjudul Holding Up the Universe.

4.  Akiyoshi Rikako dengan Holy Mother

Aku tidak begitu tertarik dengan novel Jepang kecuali namanya sudah begitu terkenal seperti Edogawa Rampo atau Higashino Keigo. Nama Akiyohsi Rikako akhirnya mendapatkan perhatianku ketika makin santer dibicarakan dalam beberapa grup yang aku ikuti via WhatsApp. Teman pun juga merekomendasikan. Katanya cocok dengan selera bacaanku.

Akiyoshi Rikako sudah terkenal dengan Girls in the Dark. Dan semua novel yang sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kabarnya mendapatkan rating yang bagus. Termasuk Holy Mother. Dengan mempertaruhkan uang sakuku, aku beranikan untuk membeli satu buah buku Holy Mother. Sejak awal buku ini sudah memancarkan aura yang menegangkan. Apalagi dengan desain wajah sampul yang seperti itu.

Awalnya memang takut, tapi kemudian semakin ingin menghabiskannya dalam sekali duduk. Meskipun kenyataannya, aku tidak bisa. Tetapi, semenjak Holy Mother dan bagaimana impresiku terhadap buku ini, judul-judul lain layak mendapatkan kesempatan juga.

---

Bagaimana dengan kalian? Apakah sudah pernah membaca karya dari para penulis yang baru aku kenal tersebut?

No comments:

Post a Comment