Saturday, January 24, 2015

Down the Darkest Road (Oak Knoll #3)

Penulis: Tami Hoag
Jumlah halaman: 434 halaman
Tahun terbit: 2012
Penerbit: Signet
Format: mass market paperback
Harga: Rp. 25.000 (diskon Periplus)
Rating Shiori-ko: 2/5
Sinopsis: 
Once upon a time I had the perfect family. Then, as in all fairy tales, evil came into our lives…
Four years after Lauren Lawton’s sixteen-year-old daughter disappeared, the world gave up the girl for dead. Lauren’s husband took his own life. Her younger daughter is looking only for what’s left of her childhood. But Lauren never surrendered. She knows who took her child, and there’s not a shred of evidence against him.
Looking for a fresh start, Lauren and her younger daughter Leah move to idyllic Oak Knoll. So has Lauren’s suspect. And it feels that history is about to repeat itself.
Leah is turning sixteen, and Oak Knoll has a cunning predator on the hunt. But as sheriff’s detective Tony Mendez and his team sift through the circumstances of an increasingly disturbing case, a stunning question changes everything they thought they knew… 
Resensi Shiori-ko:
Nama Tami Hoag adalah nama penulis yang asing di telingaku. Diperkenalkan pertama kali oleh seorang kawan di Jakarta dari judul buku Secret to The Grave. Ternyata judul tersebut membawa kesan yang menarik sehingga ketika aku menemukan judul lain yang masih satu seri, aku memutuskan untuk membelinya.

Gaya Bahasa dan Kosa Kata
Tidak terlalu berbeda dengan Secret to The Grave, di buku ini cara penulisannya masih seirama. Tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat. Dibuka dengan kisah bahagia sebuah keluarga hingga akhirnya mereka berakhir di Oak Knoll, sebuah kawasan terpencil. Hanya saja, pada Down the Darkrest Road akan banyak ditemukan kosa kata yang cukup kasar, berbeda dengan judul sebelumnya. Mungkin, karena pada buku ini kasus kriminalnya melibatkan orang dewasa (sedangkan pada Secret to The Grave saksi pembunuhan adalah anak usia 4 tahun). 

Gaya penceritaanya tidak membingungkan, namun hanya saja beberapa kosa kata aku rasa cukup berat (walau tidak seberat tulisan Thomas Harris dalam Black Sunday). Bagiku, kepiawaian Tami Hoag dalam merangkai kata adalah suatu kekuatan karena hanya dengan beberapa kalimat saja, kesan menegangkan bisa diciptakan. Sayangnya, tidak berjalan mulus untuk buku ini. 

Plot
Diceritakan dalam 2 macam sudut pandang. Yang pertama adalah sudut pandang korban, Lauren itu sendiri namun dalam bentuk masa lampau. Ketika dia menceritakan seperti apa hidupnya dulu yang memberi tahu pembaca mengapa dia bisa sampai di Oak Knoll. Kemudian ada sudut pandang orang ketiga serba tahu yang membuat plot menjadi maju (dan tentu saja, sudut pandang utama dalam kisah ini).

Dengan menghadirkan dua macam sudut pandang, mungkin penulis mengharapkan bahwa bisa saja Lauren yang mengaku sebagai korban jangan-jangan bukanlah korban. Tetapi sayangnya, hal tersebut aku rasa kurang terlihat. Kejutan sepanjang cerita bagiku tidak mengagetkan. Pembaca awalnya diharapkan dapat disetir hingga kebingungan untuk percaya pada kisah korban atau hasil penyelidikan polisi. Ternyata, tidak terlalu rapi juga dan jatuhnya adalah menjadi biasa saja.

sumber gambar: http://my-bicycle-and-i.co.uk

Penokohan
Tentu saja tokoh utamanya adalah korban, Lauren dan dibantu oleh detektif Anthony Mendez. Keduanya merupakn tokoh sentral dalam cerita ini. Namun hanya Lauren saja yang memiliki karakter dan latar belakang yang kuat (perlu diingat dia punya porsi bercerita dari sudut pandangnya), sedangkan Detektif Mendez hanya sebagai pelengkap saja. Dominasi pun hanya terlihat dari sisi Lauren sehingga muncul penilaian bahwa jangan-jangan sesungguhnya cerita ini hanya berpusat pada Lauren dan Mendez cuma sebagai "diadakan saja" agar tampak seperti novel kriminal.

Tersangka sendiri pun tidak dijelaskan dengan cukup kuat mengapa dia melakukan hal tersebut (dan ini masih menjadi misteri bagiku). Coba bandingkan dengan novel Red Dragon karya Thomas Harris dimana tersangka diceritakan dengan latar belakang yang kuat yang mana bisa membuat pembaca paham mengapa dia sampai menjadi kriminal. Termasuk juga, Tami Hoag tidak memberikan penjelasan akan tujuan dari tindakan si penjahat itu, apa kaitannya dengan kasus lain yang sempat ditangani kepolisian, mengapa dia tidak bisa dijatuhi hukuman dan masih banyak pertanyaan lain yang bagiku tidak terselesaikan dalam buku tersebut.

Yang Disayangkan
Aku hanya memberikan 2 bintang karena jujur aku merasa kecewa dengan tulisan Tami Hoag disini. Tidak ada kesan mengerikan dan menegangkan. Semuanya terasa biasa saja. Dan selama cerita, aku merasa bosan. Aku hanya melakukan skimming dan scanning. Entahlah, buku ini tidak terlalu bagus saja bagiku. Misteri dibalik semua itu juga tidak terselesaikan. Aku tahu memang ada beberapa bagian yang dibiarkan menggantung, tapi ada juga yang menurutku seharusnya diberi penjelasan. Sayangnya, banyak sekali yang dibiarkan begitu saja.

Saran Shiori-ko:
Untung saja aku membeli buku ini ketika diskon besar-besaran. Aku tidak merasa rugi dan menurutku tidak layak untuk disimpan. Mungkin setelah ini akan aku jual dengan harga murah. Ohya, dibandingkan dengan Gun Games dari Faye Kellerman yang sudah sempat aku ulas, buku ini tidak ada apa-apanya.

1 comment:

  1. I agree hez...bought this from periplus fx with high expectations prior (half) reading the Grave (lupa judulnya)....and ternyata......the execution of the ending is dissapointing and a lot of blah. The plot was potential,but I guess the author was tired and perhaps bored, so she decided to ent the story as soon as she can.

    ReplyDelete