Wednesday, February 11, 2015

Edge of Tomorrow/All You Need is Kill

Edge of Tomorrow 
previously published as All You Need is Kill
Penulis: Hiroshi Sakurazaka
Jumlah halaman: 266 halaman
Tahun terbit: 2014
Penerbit: Haikasoru
Format: mass market paperback
Harga: Rp. 97.000 di Periplus
Rating Shiori-ko: 3/5
Sinopsis: 

There’s one thing worse than dying. It’s coming back to do it again and again… When the alien Gitai invade, Keiji Kiriya is just one of many raw recruits shoved into a suit of battle armor and sent out to kill. Keiji dies on the battlefield, only to find himself reborn each morning to fight and die again and again. On the 158th iteration though, he sees something different, something out of place: the female soldier known as the Bitch of War. Is the Bitch the key to Keiji’s escape, or to his final death?



Resensi Shiori-ko:
Aku seakan menjadi salah satu manusia yang sepertinya mudah dihasut. Memutuskan membeli buku ini karena seorang teman pernah berkata bahwa versi film Hollywoodnya buruk, dibandingkan dengan versi novelnya. Berhubung aku sendiri tidak bisa berbahasa Jepang, begitu buku ini ada di Periplus maka aku langsung membeli dan menuntaskannya dalam waktu 3 hari (padahal aku yakin bisa menyelesaikannya dalam waktu 1 hari saja).

Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Jangan kaget, karena bagiku buku ini langsung berkata apa adanya, dengan kosa kata yang kamu temukan agak kasar (atau bahkan benar-benar kasar). Meskipun ini adalah novel fiksi, akan tetapi bahasanya tidak bertele-tele. Tidak ada kosa kata yang sulit untuk diikuti. Semuanya mengalir dengan mudah. Hanya beberapa bagian saja penulis mencoba bermain dengan analogi. Sisanya, ya kisah 2 tokoh utama itu sendiri .

Plot
Aku tidak mau banyak berbicara tentang plot karena hal inilah yang menjadi salah satu poin menarik dalam novel (selain ide cerita tentunya). Buku ini dibagi menjadi 4 bagian yang menceritakan masing-masing tokoh-tokoh (meski aku sendiri agak bingung dan kabur tentang apa yang diutarakan oleh penulis pada bab 2). Kesemuanya menggunakan sudut pandang orang pertama yang adalah juga pemeran utama, Keiji Kiriya. Kecuali pada bab ketiga yang menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu (dan plotnya adalah plot mundur alias flash back. Meskipun begitu, plotnya bagiku tidak membingungkan. Seru.

Penokohan
Secara keseluruhan cerita ini hanya memiliki 2 tokoh utama, yakni Keiji Kiriya dan Rita Vrataski. Meskpun kisahnya dituturkan oleh Keiji Kiriya, namun center cerita terletak pada Rita. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya bagian khusus yang menceritakan masa lalu Rita sebelum pada akhirnya dia memutuskan untuk bergabung pada kesatuan tentara elit (Special Army). Sedangkan si penuturnya sendiri tidak memiliki latar belakang yang kuat mengapa dia menjadi salah satu pasukan khusus pembasmi alien. Terlihat sekali bahwa yang ingin ditonjolkan adalah sosok Rita sebagai pahlawan (eits, jangan senang dulu, ending buku ini bagiku cukup tidak terduga).

Keiji dan Rita versi manga // via www.shonenjump.viz

Ide Cerita
Kalau dari jenisnya, penulisnya (atau penerbitnya ya?) menyatakan kalau buku ini dimasukkan dalam kelompok Military Science Fiction. Ya, aku setuju. Kamu tidak akan menemukan tanggal dan tahun untuk cerita ini. Kuncinya hanya pada hitungan hari yang dilakukan oleh Keiji Kiriya. 

Berbicara tentang ide cerita, aku merasa ada sentuhan The War of the Worlds karya H.G. Wells tentang alien yang menginvansi bumi dan ingin merebutnya dari manusia. Namun di satu sisi, di bagian ketika Keiji dan Rita berada dalam kesatuan aku merasakan sedikit seperti bagian di dalam novel The 5th Wave. Malah, Rita mengingatkanku pada Ringer (The 5th Wave). Tentang bagaimana kehidupan Keiji seperti permainan video game juga asyik (ah, bacalah supaya tahu mengapa hidupnya bisa seperti itu dan siapa sebenarnya Rita).

Untuk akhir cerita, awalnya aku sempat merasa kecewa mengapa tidak ditinggalkan multitafsir begitu saja. Namun setelah mengikuti bagian berikutnya aku paham, penulis tidak ingin meninggalkan banyak pertanyaan di benak pembaca. Malah, aku menemukan kalau penulis menjadi sentimentil dengan menuliskan bagaimana keadaan Keiji Kiriya terhadap Rita pada akhirnya. Mungkin inilah mengapa novel ini sempat dikataakn sebagai light novel. Jangan berharap ada konflik yang bikin ribet atau kisah cinta segitiga. Masalahnya simpel namun satu biji plot twist yang dibubuhkan oleh penulis cukup membuatku merasa tidak menduga bahwa akhirnya akan seperti itu.

Saran Shiori-ko:

Banyak kawan yang bercerita kalau film adaptasinya buruk, bikin ngamuk pecinta novel ini. Maka dari itu aku lebih memutuskan untuk membaca duluan sebelum aku nonton filmnya. Mungkin kamu mau mengikuti hal serupa.

1 comment:

  1. Novel ini keren, tapi aku lebih suka manga-nya. Dan, sama aku juga kurang ngerti saat baca bab 2. Baru kali ini mampir ke sini, salam kenal. ^^

    ReplyDelete