Saturday, July 29, 2017

The Handmaid's Tale


Judul ini sudah nangkring menjadi to-be-read sejak lama. Apalagi ketika sedang marak-maraknya novel young adult bertema dystopia seperti The Hunger Games. Banyak situs yang kemudian mengangkat kembali tema dystopia sebagai sebuah bacaan di masa lalu. Tidak terkecuali The Handmaid's Tales karya Margaret Atwood.

Santer perbincangan mengenai tulisan Atwood yang dirilis tahun 1985 ini semakin menjadi. Ditambah dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat menggantikan Barrack Obama. Semua berasumsi, Amerika Serikat memasuki masa-masa sebagaimana dituliskan oleh para penulis distopia.


Penulis: Margaret Atwood
Jumlah halaman: 336 halaman
Tahun terbit: 2016 (pertama kali terbit 1985)
Penerbit: Vintage Classics
Format: mass market paperback
Harga: Rp 120.000 (Disc 20%) di Kinokuniya Indonesia
Rating Shiori-ko: 3/5
Sinopsis:

In this multi-award-winning, bestselling novel, Margaret Atwood has created a stunning Orwellian vision of the near future. This is the story of Offred, one of the unfortunate 'Handmaids' under the new social order who have only one purpose: to breed. 


In Gilead, where women are prohibited from holding jobs, reading, and forming friendships, Offred's persistent memories of life in the 'time before' and her will to survive are acts of rebellion. Provocative, startling, prophetic, and with Margaret Atwood's devastating irony, wit, and acute perceptive powers in full force, The Handmaid's Tale is at once a mordant satire and a dire warning.

***

Fenomena tersebut diperkuat dengan diadaptasinya judul The Handmaid's Tales oleh salah satu kanal televisi di Amerika Serikat, Hulu, menjadi sebuah serial televisi. Baru saja mengudara pada bulan April 2017, banyak penikmat film yang memuji bagaimana serial tersebut mampu menggambarkan apa yang tertuang di dalam bukunya. Tentu, siapa yang tidak penasaran. Bukunya pun kemudian kembali booming. Banyak toko buku yang memberikan diskon. Seperti Kinokuniya Indonesia yang memberikan potongan sebesar 20% untuk buku The Handmaid's Tales edisi Vintage Future.

Buku ini dibuka dengan kisah Offred, tokoh utama sekaligus narator dalam cerita The Handmaid's Tales. Semua kisah yang ada di dalam buku ini dituturkan dalam perspektifnya. Bagaimana ia memandang kehidupan di Republik Gilead, menjalani hidup sebagai seorang Handmaid. Offred adalah nama yang diberikan oleh Commander, atau dalam kata lain, "yang memiliki Handmaid" tersebut. Tidak ada yang tahu siapa nama aslinya, pun ia tidak pernah menyebutkannya. Meninggalkan kesan apa yang sebenarnya disimpan oleh Offred.

Sepanjang kisah hidup Offred, pembaca diajak untuk mengarungi lini masa (timeline) antara sebelum menjadi Republik Gilead dan ketika ia kini menjadi bagian dari republik tersebut. Tidak ada penanda waktu. Semuanya merupakan narasi. Ketika Offred mengingat masa-masa masih dianggap sebagai seorang wanita (sebab, di Republik Gilead akan ada status dimana wanita tidak lagi dipandang sebagai "seorang wanita"). Pembaca sengaja dibiarkan menebak-nebak, apa yang berubah dalam kehidupan Offred setelah ia menjadi seorang Handmaid.

Dalam The Handmaid's Tales, Atwood juga memperkenalkan beberapa "pekerjaan" wanita. Yang paling rendah ialah para Handmaid. Seperti yang tertulis dalam sinopsis dan menjadi premis buku ini, mereka adalah kaum wanita yang masih subur. Yang masih dapat memberikan keturunan bagi para Commander. Di atas Handmaid adalah Aunts. Mereka seringkali digambarkan sebagai seorang "pengasuh" untuk para Handmaid. Mereka bertanggung jawab atas keselamatan dan kinerja Handmiad, seperti memastikan bahwa setiap kali berbelanja, para Handmaid tidak keluar sendirian. Di atas lagi ialah para Wives (istri-istri). Maksudnya ialah istri dari Commander. Mereka yang infertil, yang tidak bisa memberikan keturunan untuk Commander.

Perbedaan kasta pada perempuan ini juga berpengaruh terhadap perbedaan perlakuan. Offred dan sesama Handmaid tidak diperkenankan untuk membaca tulisan. Mereka hanya mengerti perintah yang diucapkan secara lisan. Tidak diperkenankan untuk menulis, hanya mengingat tugas utamanya saja.

sumber
Buku ini memiliki premis yang menarik. Sederhana, namun berimbas ke banyak hal. Menyentil banyak hal pula yang sayangnya, hingga kini masih relevan: hak perempuan dalam masyarakat. Tidak sedikit yang mengatakan kalau buku ini adalah buku yang sifatnya feminis. Atwood dalam salah satu artikel di New York Times mengatakan kalau ia sendiri tidak menggolongkan novel larisnya ini ke dalam genre tertentu. Ia hanya menulis apa yang menjadi kekhawatirannya.

Konten yang bagus dalam buku baru bisa aku selesaikan dalam waktu hampir seminggu. Kosa kata yang cukup rumit bagiku ternyata menjadi sebuah kendala. Plus, Atwood yang menulis kisahnya secara detil, runtut, dan terperinci. Sebenarnya itu adalah kekuatan. Memudahkan pembaca untuk membayangkan apa yang dialami oleh Offred.

Seketika selesai membaca buku ini, pasti akan ada keinginan untuk mencari tahu lebih dalam. Iya, akhir dari buku ini adalah sebuah plot twist. Orang bisa saja percaya dengan akhir cerita tapi ada juga yang mengatakan kalau itu semua bertele-tele. Atwood mengembalikannya kepada pembaca.

Tidak heran jika kekuatan buku ini menjadi multitafsir yang kemudian dikembangkan menjadi banyak esai bahkan menjadi inspirasi penulis-penulis berikutnya. Kini, tulisan Atwood pun menjadi serial televisi yang ditunggu-tunggu oleh para penikmatnya

1 comment:

  1. ini mirip banget sama kondisi negara ini sekarang yang bila mana pemerintah melakukan pembiaran pada segolongan umat yang mabuk agama, bisa jadi rakyat akan berakir seperti ini,semoga saja tidak sampai terjadi.amin

    ReplyDelete