Wednesday, September 10, 2014

Top 10 Most Memorable Books (and Comic)


Jadi....karena aku di-tag oleh kak Ren dari Ren's Little Corner untuk menceritakan (atau bisa dibilang merekomendasikan) kepada teman-teman apa saja sih 10 buku (dan/atau komik) yang paling berkesan selama ini. Jujur, agak susah juga dan syukurlah aku punya akun Goodreads yang membantuku menyusun tulisan ini (serasa sedang mengerjakan proposal skripsi...). Tanpa panjang dikali lebar yang nantinya akan meluas, ini dia buku dan/atau komik yang masuk ke dalam 10 teratas:


Siapa yang tidak tahu Agatha Christie? Salah satu penulis cerita misteri detektif kondang yang pernah ada di bumi! Aku membaca buku ini ketika masih duduk di bangku SMP. Itu pun karena rekomendasi ibu yang juga suka membaca karya Christie. Awalnya ragu, namun setelah melalui beberapa halaman, aku jadi suka sekali. Bayangkan saja, bercerita tentang 10 orang yang tidak saling kenal, berada di suatu lokasi yang jauh dan ternyata semuanya tewas terbunuh. Tidak ada yang tahu karena memang tidak ada saksi hidup yang bisa dimintai keterangan. Ceritanya bagiku sungguh menarik karena buku tersebut menawarkan kisah misteri detektif tanpa ada tokoh detektif di dalamnya. Akhir ceritanya sungguh tidak terduga.


Bentuknya komik. Aku membacanya ketika masih SD karena di seberang sekolahku berdirilah tempat persewaan komik yang pada saat itu biayanya hanya Rp. 1.000 tiap eksemplarnya. Mengapa aku memilih komik ini? Rekomendasi dari teman sekelasku waktu itu. Aku coba saja membaca dan jatuh cintalah aku baik dengan plot cerita maupun dengan karakteristiknya.
Alkisah seorang bocah SMP pindahan dari Amerika Serikat secara penuh percaya diri menyatakan ikut ke dalam klub olahraga tenis di sekolahnya. Melihat perawakannya yang tidak mendukung, dia sempat diragukan. Namun setelah salah seorang anggota klub mengajaknya berduel barulah tahu seperti apa kemampuan bocah tersebut. Demi mendapatkan gelar pemain terbaik di Jepang, dia pun tidak mau kalah dengan anggotanya dengan bertindak sombong & mengintimidasi. Petualangannya sungguh seru untuk diikuti karena, jujur, artwork dari komik ini sangat rapi (disamping penggambaran karakternya yang bisa begitu tampan). Gara-gara komik ini, aku dapat pengetahuan baru di bidang olahraga tenis.

Terlambat membacanya? Tidak. Didorong oleh rasa penasaran karena buku ini ada di rumah, aku pun memutuskan untuk membacanya. Selain, karena judulnya sudah cukup menggodaku. Tanpa pikir panjang, apa salahnya aku coba. Kabarnya, buku ini adalah buku keempat penulis yang menceritakan tentang Rusia. Dan di buku ini lebih dibahas mengenai bagaimana denyut nadi Islam di negaranya Vladimir Putin. 
Kesan yang aku dapat ialah kemewahan dalam kosa kata dan menyentuh sanubari pembacanya. Bagaimana cara penulis mendeskripsikan sesuatu sehingga tampaklah keindahan yang sedang digambarkannya. Aku tidak punya kata-kata yang cukup pantas untuk mengatakan bagusnya buku ini. Yang pasti, jika ada yang menemukan buku ini di pasaran, segera beli. Kamu tidak akan pernah menyesal untuk pernah membeli dan membacanya.

 4. The Hunger Games Trilogy oleh Suzanne Collins

Jatuh cinta pertama kali dengan buku ini gara-gara filmnya. Memang, ada jeda cukup lama bagiku untuk memutuskan membaca judul ini. Awalnya aku merasa skeptis, berpikiran jangan-jangan bukunya dangkal, tidak cocok untukku. Namun dugaanku salah. Diawali dengan The Hunger Games yang saat itu juga membuatku suka dengan ide ceritanya. Malah menurutku, ketiga judul dalam trilogi ini memiliki sensasi hiperalitas. Padahal sebelumnya, adik-adikku sudah menyelesaikan buku ini dan merekomendasikan padaku. Tapi aku malah membaca dalam versi bahasa Inggris (mumpung tersedia di perpustakaan kampus :p). Berkesan karena hingga saat ini apabila ada sesuatu dalam kehidupan nyata yang aku rasakan sama seperti apa yang ada dalam cerita, aku jadi berpikir bagaimana kalau sebenarnya dunia dan tatanan sosial tempat kita tinggal ini adalah Panem dalam bentuk nyata. Gara-gara kecintaanku dengan novel ini, aku sampai menjadikannya suatu bahan kajian pustaka dan Alhamdulillah, mendapat nilai maksimum. Ada lagi yang mengkaji karya Suzanne Collins yang satu ini dalam konstruksi pemilikiran ilmaih? :)

 5. Trilogi Negeri 5 Menara oleh A. Fuadi

Buku pertama yang berjudul Negeri 5 Menara membuka pengetahuanku mengenai hidup di suatu pondol pesantren, yang ternyata didasari oleh pengalaman hidup penulis di Pondok Modern Gontor. Aku memang punya 2 orang teman yang sejak lulus dari SD sudah memutuskan untuk sekolah di sana dengan harapan dapat meneeruskan perguruan tinggi di Al Azhar yang ada di Mesir sana. Alangkah terkejutnya aku ketika buku ini menceritakan bahwa pendidikan yang ada di pondok modern tersebut memang layak disebut "modern", bukan seperti yang aku kira. Aku juga tersentuh dengan kisah persahabatan Alif bersama para Sahibul Menara. Sedangkan berkat buku kedua, Ranah 3 Warna, aku terdorong untuk mencoba mengikuti suatu seleksi pertukaran pelajar seperti yang diikuti oleh Alif (disini dikenal dengan nama Pertukaran Pelajar Antar Negara yang diselenggarakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga RI). Meskipun aku belum berhasil pada seleksi tersebut, tapi aku menjadi tahu, "Oh seperti inikah bentuk ujian yang dijalani oleh Alif sebelum dia akhirnya ke Kanada?". Dan di buku terakhir, Rantau 1 Muara, aku (dari lubuk hati yang paling dalam) berterima kasih kepada penulis yang mau menyebutkan peranan pustakawan dalam pencarian informasi (coba baca bagian ketika Alif dan istrinya mencari buku di Library of Congress), karena aku ingin menjadi sosok pustakawan yang bisa membantu banyak orang. Ah, ditambah dengan deskripsi mengenai kemegahan Library of Congress. Sudah tentu, tempat itu merupakan salah satu tujuan yang harus aku singgahi. Mohon doanya ya!


6. Hawkeye Collins and Amy Adam oleh M. Master

Merupakan buku kisah detektif pertamaku. Direkomendasikan langsung oleh ayah karena ke-12 serialnya adalah bacaan beliau ketika masih kecil (hingga saat ini, bukunya masih bagus!). Sangat ringan karena memang buku ini untuk anak-anak. Bukan cerita detektif biasa. Dibalut seakan pembaca adalah orang ketiga yang membantu Hawkeye Collins dan Amy Adam untuk memecahkan kasus yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Karena buku ini memang ditujukan untuk anak-anak, jangan harap menemukan kasus pembunuhan. Kebanyakan berupa pencurian atau penipuan, tapi ada juga kasus yang berhubungan dengan Monster Danau Loon. Singkatnya, gara-gara buku ini, aku jadi kecanduan cerita detektif yang membuat aku mengenal Agatha Christie dan Sherlock Holmes. Aku sudah pernah menulis sedikit resensinya disini

7. Percy Jackson and the Olympians oleh Rick Riordan

Lagi-lagi tahu pertama kali karena diadaptasi dalam bentuk film. Karena filmnya yang tidak begitu bagus, aku sempat merasa sedikit enggan untuk membacanya. Seingatku pada saat itu, bukunya tidak terlalu booming, sehingga aku pikir kualitas bukunya juga ala kadarnya. Tapi, setelah pacarku dengan baik hati membelikan buku pertamanya dalam edisi bahasa Inggris, akhirnya aku tahu bahwa sebenarnya buku ini kocak dan menarik. Tambahan lagi, buku ini menggunakan dasar mitologi Yunani yang mana aku sangat suka (well, itu karena aku suka saja nama "Hestia" adalah salah satu dari 12 Dewa-Dewi Olympus). Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti cerita ini. Tentu saja, aku jadi semakin tahu tentang mitos-mitos Yunani dan membuatku ingin membaca kisah non-fiksi dari para dewa dewi tersebut.


8. Nasional.Is.Me oleh Pandji Pragiwaksono

Berkat mengikuti penulis di twitter, aku jadi tahu bahwa beliau tidak hanya sekedar artis saja. Melainkan seniman. Tidak sekedar seniman, melainkan sosok yang optimis pada Indonesia. Dan untungnya saja, bentuk optimisnya itu dituangkan hingga menjadi buku. Setelah membaca bukunya, pemikiranku terhadap negeri ini menjadi mulai positif, bahwa sesungguhnya potensi anak bangsa tidak bisa diragukan kualitas dan daya saingnya. Saking aku ingin merekomendasikan buku ini kepada semua orang, aku bahkan menjadikan buku ini suatu bacaan wajib untuk para mahasiswa baru di jurusanku (kebetulan aku adalah Koordinator Acara Orientasi Mahasiswa Baru di jurusanku). Hasilnya? Ya walaupun masih ada orang yang skeptis terhadap Indonesia (dan bahkan terhadap penulis) tapi setidaknya aku bisa membuat mereka membaca sesuatu yang positif. Aku berharap, penulis seperti Pandji semakin banyak dan semakin sering menyalurkan energi baik.

9. Kreatif Sampai Mati oleh Wahyu Aditya

Ini salah satu buku kreatif yang selama aku membacanya, aku tidak bisa berkomentar selain hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Bagaimana tidak, apa yang dikemukakan oleh mas Wadit (sapaan akrab penulis) seakan membuatku tersadar. Contohnya saja bahwa kreatifitas anak-anak di Indonesia yang dibatasi oleh gambar pemandangan yang hanya berupa dua gunung dengan matahari terbit di antaranya. Selain mengkritisi kurikulum dan sistem pendidikan di Indonesia, mas Wadit juga memberikan saran kepada pembacanya bagaimana untuk terus berpikir kreatif, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Bagian yang aku suka adalah ketika mas Wadit menjelaskan bahwa anak-anak sebaiknya dibiarkan saja imajinasinya. Mau mewarnai daun dengan warna ungu, jangan dilarang, karena dengan begitu dia akan merasa bahwa kreatifitas sifatnya bebas dan memerdekakan. Itu salah satu prinsip yang aku pegang dan ingin aku terapkan. Mas Wadit juga menyampaikan bahwa jangan sampai keterbatasan malah membuat kita takluk dengan apa adanya. Memanfaatkan keterbatasan juga merupakan salah satu bentuk pemikiran kreatif. Buku ini wajib dibaca semua orang, apalagi orang yang sedang hilang arah memikirkan judul skripsi *kabuuuuur*

10.Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah untuk Tidak Miskin oleh Ligwina Hananto

Direkomendasikan oleh teman, mbak Eka, karena baginya sangat penting bagi saya yang sudah bekerja (walaupun masih freelance) dan berumur 20 tahun untuk memulai menata kehidupan finansial. Aku sendiri tidak tahu siapa penulisnya. Berkat mbak Eka juga, aku memiliki kesempatan untuk mendengarkan seminar beliau secara gratis. Isi dari buku yang ditulisnya ialah meyakinkan bahwa kita, kelas menengah, yang bisa kowngkow di kafe setiap minggu, yang bisa (atau malah selalu?) kalap ketika ada diskon buku, sesunggunhnya adalah kelas yang rapuh karena tidak semuanya memilii simpanan di hari tua. Penulis memberikan penjelasan apa saja yang harus disiapkan, bagaimana sebaiknya mengatur keuangan terutama jika tinggalnya di ibu kota Jakarta. Buku ini juga dilengkapi dengan booklet yang berisi capaian apa saja yang sudah kita raih dalam hal finansial, seperti apakah sudah punya asuransi kesehatan dan lain sebagainya. Yang aku suka ialah, penulis sangat menyarankan pembacanya untuk beramal sesuai dengan ajaran Islam. Tidak dapat diabaikan kalau the power of giving hingga kini masih sulit dipahami dari segi matematisnya. Aku bahkan merekomendasikan buku ini kepada kakak pacarku dengan harapan sebagai sesama perempuan, kita bisa menjadi lebih kuat secara finansial mendukung kehidupan di masa depan nantinya.

---

Yap! Itulah 10 judul buku dan komik yang meninggalkan kesan bagiku. Aku merekomendasikan semuanya untuk semua yang membaca tulisan ini. Coba saja cari, kemudian baca. Kalau mau berdiskusi, monggo!

Untuk siapa selanjutnya yang aku beri tag ini? Well, karena aku adalah "makhluk" baru di dunia blogging buku, maka aku membebeaskan siapa saja yang ingin ikut serta berbagi Top 10 Most Memorable Books dalam versi kalian sendiri! :)


4 comments:

  1. Aku pernah bahas THG dimatkul Pengantar Psikologi sos, pas diskusi tema perpustakaan masa depan. Kata dosennya : "itu idenya terlalu imajinatif, mungkin cuma bisa diterapkan didunia fantasi". :[

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya aku setuju dengan kak Ren, dosennya kurang baca banget tuh :" nanti kalau semester 5 ambik kelas Minat Baca, pasti dosennya punya pendapat yg beda banget sama dosen PsikoSos :)

      Delete
  2. Makasih ya Hesti udah ikutan :)

    @Shona: Dosennya kurang banyak baca novel fantasy berarti :P Bukan ga mungkin sih bisa kejadian

    ReplyDelete
  3. Prince of Tennis bagus kalo di komik. tapi pas jadi live action kok kerasa lebay dan ajaib ya -.-

    ReplyDelete