Penulis: Rhenald Kasali
Jumlah halaman: 286 halaman
Tahun terbit: 2014
Penerbit: Expose
Format: paperback
Harga: Rp. 69.000 di Gramedia
Rating Shiori-ko: 4,6/5
Sinopsis:
Sejak dilahirkan, manusia diberikan "kendaraan" yang kita sebut "Self". Hanya dengan "Self Driving", manusia bisa mengembangkan semua potensinya dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan. Sedangkan mentalitas passenger yang ditanam sejak kecil dan dibiarkan para eksekutif hanya akan menghasilkan keluhan dan keterbelengguan.
Resensi Shiori-ko:
Tergoda juga untuk membeli dan membaca buku ini yang lagi-lagi dipicu oleh book hangover setelah menyelesaikan Passion 2 Performance. Alasan lainnya ya karena sedang butuh bacaan untuk memotivasi diri agar mau memperluas comfort zone dan melihat hidup ini sebagai an endless learning zone.
Gaya Bahasa, Kosa Kata, dan Penyampaian
Buku ini tidak menggunakan kata-kata yang sulit. Awalnya aku kira buku ini ditujukan kepada pembaca yang sudah berada pada tataran profesional entah itu manager atau bahkan pimpinan yang paling atas sekalipun. Namun, dugaanku tersebut tidak terbukti. Dari awal, dari bab 1 saja, bahasanya bisa dimengerti dengan mudah oleh pembaca awam.
Begitu pula dengan cara penyampaiannya. Tanpa perlu menggunakan bahasa yang kasar, penulis bisa membuat pembaca tersadar, minimal mengkoreksi diri. Basa-basi tidak tampak dalam buku ini karena penulis langsung dapat mengutarakan maksud inti. Karena tidak bertele-tele itulah, aku menjadi ingin membaca dan segera menyelesaikan buku ini. Seakan-akan aku tengah menilai diriku sendiri menggunakan "indikator" pemaparan yang disebutkan dalam buku.
Isi Buku
Kalau sudah langganan dengan artikel penulis di media massa (baik itu cetak maupun elektronik), aku rasa pembaca tidak terlalu bingung apa yang dimaksud dnegan "Self Driving" itu. Namun, bagi pembaca pemula, semenjak awal bab, penulis memberikan "definisi" dengan singkat dan mudah ditangkap tentang judul buku tersebut.
Mengutip salah satu pernyataan dalam serial Drama Jepang, bahwa manusia selama ini hanya menggunakan 10% dari kemampuan seutuhnya dan sisanya masih "tertidur". Buku ini seakan meminta kita, manusia, untuk membangunkan potensi 90% yang lama tidak digunakan itu. Dibuka dengan penjelasan-penjelasan mengapa kita harus memaksimalkan potensi dengan menjadi "Self Driver" dan kemudian barulah penulis menjelaskan satu per satu langkah yang bisa dipelajari dan dilatih oleh pembaca untuk menjadi "Self Driver".
Meskipun tertulis "Self" bukan berarti manusia harus menjadi sosok yang egois. Seorang "Self Driver" yang baik ialah mereka yang juga bisa mengajak orang lain menjadi "Self Driver" berikutanya. Buku ini juga memotivasi pembacanya bahwa sekalipun kita bukanlah pemangku wewenang, kita juga bisa menjadi "Self Driver", dimulai dari melakukan perubahan terhadap kebiasaan diri (misalnya: menjadi semakin disipilin).
Ada banyak sekali hal-hal yang biasanya kita abaikan ternyata jika dicermati dan diubah menjadi hal yang positif akan merubah tatanan sistem ke arah yang lebih baik dan tentu saja menjadi lebih efisien. Coba saja bayangkan apabila baik itu tim kerja maupun pimpinan tidak mau melakukan perubahan padahal mereka tahu bahwa kinerja selama ini bukanlah yang efektif dan efisien, tentu saja pekerjaannya akan menjadi lambat, produktivitas juga tidak mengalami peningkatan.
Bagaimana dengan yang masih mahasiswa sepertiku? Sama seperti pada paragraf sebelumnya, bahwa ada banyak hal yang dapat diambil. Misalnya untuk menjadi individu yang manja namn juga bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambilnya. Bukan berarti sibuk mencari tambahan uang saku lantas meninggalkan pendidikan yang tengah dijalani. Malah karena mahasiswa itulah, dalam buku ini penulis menyarankan agar kita membuka wawasan dan networking dengan beragam cara. Pada bagian ini, penulis juga mencantumkan pengalamannya mengutus 30 mahasiswanya untuk berkelana di tanah orang sendirian, dengan dana sendiri, yang kemudian kumpulan cerita itu dibukukan dalam "30 Paspor di Kelas Sang Profesor".
via www.sayangianak.com |
Yang pasti, untuk menjadi "Self Driver" adalah mengubah pola pikir dari yang semula merasa sudah berada pada titik aman dan nyaman, menjadi bahwa kecerdasan manusia akan menurun jika jarang digunakan. Oleh karena itu, berulang kali dalam buku, penulis mengingatkan seorang "Self Driver" pasti harus tahan banting, benar-benar mau berpindah-pindah zona nyaman dan tidak pernah berhenti belajar.
Yang aku sayangkan adalah ada beberapa bagian semacam instruksi untuk berlatih mengubah pola pikir yang membutuhkan tenaga lebih dari 1 orang (alias berkelompok). Aku melewati bagian-bagian itu karena menurutku seharusnya hal seperti ini diberikan kepada peserta pelatihan.
Saran Shiori-ko:
Secara keseluruhan buku ini aku rekomendasikan kepada semua kalangan, entah itu siswa/mahasiswa, para orang tua, pegawai, hingga pimpinan sekalipun. Bahwa menjadi "Self Driver" dimulai dari diri sendiri bisa sangat berimbas baik pada kemajuan bangsa Indonesia :)
Setuju, Hes.
ReplyDeleteAku barusan menyelesaikan buku ini beberapa hari yang lalu. Menarik, potongan-potongan artikelnya juga mengena dan mudah dipahami.
Tulisannya secara keseluruhan menyentil kita yang lebih suka pasif, medioker, cukup dengan begitu-begitu aja, dan suka duduk diam menunggu orang lain yang melakukan perubahan. Sekaligus investasi masa depan, ketika kita yang membaca sudah menjadi orang tua, bisa mendidik anak untuk terbang tinggi, nggak dipegangi, tapi tetap bertanggung jawab.
Resensi yang bagus, Hes! Keep up the good work :)