Saturday, January 31, 2015

Opini Bareng: Januari 2015 - Ekspektasi


Aku baru bergabung dalam keluarga BBI per Agustus 2014 (meski blog ini sudah aku buat Januari 2014). Dalam salah satu resolusiku ialah ingin aktif dalam komunitas pembaca & penulis resensi terbesar di Indonesia. Walaupun aku menulis pos ini pada penghujung bulan, namun tidak ada salahnya kan?

edited by me // via www.favim,com

Karena Divisi Event di BBI tidak membatasi format dalam Opini Bareng, jadi dalam tema "Ekspektasi" ini aku ingin berbagi kisah tentang apa yang aku harapkan ketika aku memilih sebuah judul untuk aku baca.

1. Plot Twist

via www.memecrunch,com

Bermula karena sewaktu di Sekolah Dasar diperkenalkan dengan kisah detektif Agatha Christie dan Sherlock Holmes yang ternyata mind blowing, akhirnya kebiasaan untuk mendapati alur twist seakan menjadi suatu kewajiban. Aku bisa saja menilai suatu cerita kurang baik hanya karena plotnya yang bagiku tidak "berputar-putar", tidak membuat aku (sebagai pembaca) sampai melongo saking kagetnya dengan jalan cerita. Karena itulah, sewaktu aku mencoba membaca yang ringan, ambil kata Perahu Kertas karya Dee Lestari, aku dengan mudah menilai bahwa ceritanya datar, larinya si tokoh juga tertebak, yang membuat penilaian terakhirku terhadap buku tersebut menjadi: kurang seru. Maka dari itu, aku memiliki harapan bahwa judul yang aku pilih punya plot twist.

2. Akhir yang Multitafsir atau Bikin Penasaran

via www.quickmeme.com

Masih ada hubungannya dengan yang pertama, aku lebih suka jika penulis mampu mengakhiri ceritanya malah mengundang rasa penasaran (untuk kisah yang keberlanjutan) atau multitafsir, membiarkan pembaca yang memutuskan akan seperti apa final tokoh-tokoh. Emosi keseluruhan selama membaca juga dipengaruhi oleh bagaimana sebuah ending ditulis. Misalnya ketika aku merasa Gone Girl memang memiliki plot twist yang membuatku terus membaca, tapi akhir ceritanya tidak terlalu bikin penasaran (meski cukup menimbulkan multitafsir). Atau misalnya saja buku Cinta. karya BenzBara yang aku sayangkan karena ending-nya dituliskan secara pasti. Menurutku, akhir yang multitafsir dan bikin penasaran akan memunculkan diskusi buku yang lebih seru.

3. Book Hangover Effect


via ermiliablog.wordpress.com
Perahu Kertas memang aku akui bisa membuat pembaca merasakan emosi dari tiap tokohnya, tapi kurang membuatku merasakan book hangover seketika aku selesai membacanya. Permainan emosi yang diciptakan penulis aku rasa belum tentu menjadi indikator bahwa pembacanya akan merasakan book hangover. Contoh yang cukup bagus adalah Looking for Alaska karya John Green. Aku jadi emosional ketika membaca buku itu, dan sesaat setelah aku menyelesaikannya, aku merasa belum bisa move on dari jalan ceritanya. Begitu pula ketika aku selesai membaca Fangirl karya Rainbow Rowell atau The 5th Wave karya Rick Yancey. Pengolahan emosi yang baik, karakter dan tokoh yang kuat serta cara penyampaian yang enak secara keseluruhan membuatku jadi hangover dan mampu stuck hingga beberapa hari dengan judul tersebut.

4. Jatuh Cinta 

via thefanaticalbookworm.blogspot.com
Tidak peduli tokoh perempuan atau laki-laki, mau dia penjahat atau orang baik, aku berharap aku bisa jatuh cinta dengan tokoh fiksi dalam sebuah buku. Minimal, perasaan jatuh cinta yang impulsif seperti itu bisa aku jadikan pelarian dari lelahnya berpikir akan permasalahan di dunia nyata. Aku merasa jatuh cinta dengan tokoh Hannibal Lecter dari tetralogi Hannibal karya Thomas Harris. Meskipun di dalam cerita, Count Lecter (nama bangsawannya Hannibal) adalah sosok yang suka membunuh, tapi Thomas Harris memberikan deskripsi yang menarik tentang bangsawan tersebut. Dia digambarkan tampan, cerdas, namun berperilaku dingin yang ternyata seorang pembalas dendam. Aku pernah merasa jatuh cinta dengan tokoh Levi dari buku Fangirl karya Rainbow Rowell, tokoh Gabriel Whittman dari buku Gun Games karya Faye Kellerman. 

5. Pengetahuan Baru

via www.indulgy.com

Kalau 4 poin di atas adalah ekspektasi pada judul cerita fiksi, yang kelima ini aku harapkan baik dari buku fiksi maupun non-fiksi. Setiap pembacaan buku yang aku lakukan, aku berharap mendapat informasi baru. Ada yang bilang bahwa, semakin orang banyak membaca semakin ia sadar bahwa ia tidak memiliki ilmu apa-apa, maka dari itu ia akan terus membaca. Ungkapan tersebut kurang lebih memberi tahu bahwa dibalik kegiatan membaca, manusia sebenarnya juga mencari pengetahuan atau informasi baik itu untuk sekedar hiburan atau sebagai bentuk mencari jawaban atas permasalahannya. Aku pernah membaca buku yang serius karena aku butuh informasi yang ada di dalamnya. Namun ada juga fikis yang menyisipkan pengetahuan seperti buku-bukunya Windry Ramadhina (London, Memori, Walking After You). Jadi aku bisa dapat 2 hal: hiburan dan ilmu baru.

---

Setidaknya itulah 5 hal yang aku ekspektasikan dalam setiap judul yang aku pilih. Lima poin tersebut sering sekali menjadi indikatorku untuk memberikan rating dan menulis resensi. Aku merasa seimbang antara hasil yang baik ketika aku membaca (dalam artian memenuhi atau lebih dari yang aku harapkan) dan juga yang buruk (mengecewakan). Tapi yang pasti, aku belum pernah memilih bacaan tanpa memiliki ekspektasi sebelumnya. 

No comments:

Post a Comment